+ Add to Library
+ Add to Library

C2 Part 1

FARIDA POV..

Aku Farida termenung di dalam mobil, air mataku tak hentinya mengalir. Kenapa Mas Rahmat tega mengkhianatiku , apa salahku. Aku selalu berusaha menjadi istri yang baik. Hati ku sakit sekali teganya mas Rahmat berselingkuh dariku lebih sakit lagi ternyata mas Rahmat berselingkuh dengan adikku sendiri Ratih.

Aku tak menyangka ternyata Ratih adikku tega menyakiti hati kakaknya sendiri.

Ingin aku berteriak memaki mereka berdua tapi mulutku seakan terkunci tak mampu mengeluarkan suara.

Aku hanya bisa menangis, menangisi penghianatan dari orang-orang yang ku sayangi.

Aku baru saja melihat perselingkuhan suamiku dengan adikku sendiri. Pagi ini setelah selesai sarapan aku bergegas ke butik tetapi baru saja mengendarai mobil, aku teringat kalau ada sketsa ku yang tertinggal jadi aku putuskan balik lagi ke rumah, karena jarakku dengan rumah masih dekat aku putuskan berjalan kaki saja.

Sampai di depan rumah, ku lihat masih ada mobil mas Rahmat berarti suami ku belum pergi kerja atau jangan-jangan mas Rahmat cuti lagi. Akhir-akhir ini mas Rahmat memang sering cuti yang sedikit membuatku curiga.

Aku masuk ke dalam rumah dengan memakai kunciku sendiri, kulihat suasana sepi sekali , aku buru-buru menuju ke kamar bermaksud mengambil sketsa ku sewaktu aku melewati kamar tidur Ratih adik ku, telinga ku mendengar suara orang berbincang. Sesaat aku bingung Ratih berbicara dengan siapa sedangkan di rumah cuma ada Rahmat suami ku dan Ratih. Jantungku langsung berdetak kencang, pikiran buruk hinggap di kepalaku. Kuhampiri kamar Ratih dan ku lihat pintu kamar yang tak tertutup rapat, dengan perasaan tak menentu aku mencoba melihat ke dalam kamar.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat apa yang terjadi di dalam kamar tersebut.

Kulihat Ratih adikku telanjang bulat tanpa sehelai benang pun berbaring di atas ranjang dengan Rahmat suami ku yang juga telah telanjang. Kepala suamiku sedang berada di selangkangan adikku dan Ratih adikku seperti nya menikmati cumbuan dari suamiku.

Aku terduduk di lantai depan pintu kamar Ratih, air mataku mengalir deras melihat kejadian didepan mataku sendiri. Aku masih tak percaya kalau suami dan adikku sendiri tega mengkhianatiku.

"Aaakhhh , mas Rahmat.. enaakk..., Teruss mass...," terdengar suara Ratih yang merasuki telingaku semakin membuat hatiku hancur.

Aku berdiri dan berlari melangkah keluar dari rumah, terus berlari sampai ke tempat aku memarkir mobil.

Lama aku termenung dan menangis di dalam mobil. Setelah merasa lebih tenang , aku mencoba mengendarai mobilku menuju butik. Sepanjang jalan kilas kejadian yang tadi aku lihat terbayang-bayang di depan mataku.

Aku teringat akan kejadian di ruang makan ketika aku menemukan jejak aneh di lantai. Apa mereka melakukannya di sana juga. Kurasakan wajahku memucat. Air mata ku kembali mengalir membasahi pipiku.

Aku berusaha untuk tenang menahan perasaan sampai akhirnya sampai ke butik. Butik masih sepi karena memang aku datang lebih pagi. Setelah di ruangan, aku menangis sejadi-jadinya tanpa di tahan lagi. Apakah pernikahanku harus berakhir, tapi aku tak mungkin melakukannya karena kalau aku bercerai gimana dengan orangtuaku. Papa punya penyakit jantung , aku takut papa shock dan mungkin bisa terkena serangan jantung kalau mengetahui perselingkuhan antara Rahmat dan Ratih. Aku tak mau itu terjadi. Ya aku harus tetap bertahan dengan pernikahan ini . Anggap saja aku tak mengetahui perselingkuhan antara Rahmat dan Ratih.

Aku harus bisa melakukannya menahan perasaan sakit di hati ku , aku tak mau keluargaku berantakan kalau mengetahui semuanya. Aku rela berkorban untuk keluargaku.

AUTHOR POV..

Seminggu setelah kejadian tersebut, Farida berusaha menutup mata dan menahan sakit hati. Wanita itu berusaha biasa saja di hadapan Rahmat dan Ratih. Tetap menjadi istri dan kakak yang baik bagi Rahmat dan Ratih. Tetapi sakit hati Farida tak bisa di tahan, wanita itu benci melihat Rahmat dan Ratih sehingga selalu berusaha menjauh dari mereka berdua. Itu yang membuat Farida malahan seperti memberikan kesempatan kepada suaminya berduaan dengan Ratih adiknya sendiri karena dia selalu pergi ke butik lebih pagi dan pulang ke rumah lebih malam. Sempat Rahmat protes tetapi Farida memberi alasan kalau butik lagi ramai pesanan.

Seperti pagi ini, Farida baru saja sampai ke butiknya , masih terlalu pagi membuat suasana di butik masih sepi karena para karyawan Farida belum ada yang datang.

Sewaktu Farida masuk ke ruangannya di lihatnya Iksan OB di butiknya yang lagi beres-beres.

Rupanya pemuda itu lagi mengepel lantai. Farida masuk tanpa melihat kalau lantai masih basah karena di bersihkan. Sewaktu dia melangkah , wanita itu terpeleset dan jatuh terduduk di lantai.

"Oouchh..," pekik Farida

Iksan yang tidak menyadari Farida yang masuk keruangan,

berbalik dan terkejut mendapati bos cantiknya terpeleset dan jatuh terduduk di lantai. Segera saja pemuda itu membantu Farida berdiri, tanpa sengaja tangan Iksan penyentuh payudara Farida ketika membantu wanita itu berdiri.

Farida kaget begitupun dengan Iksan yang merasa tangannya menyentuh sesuatu yang empuk.

"Eh, maaf Bu , saya gak sengaja", ucap Iksan gugup.

"Gak apa-apa San , kamu kan gak sengaja",

"Ibu gak apa-apa , maaf lantainya licin karena masih basah",

"Saya gak apa-apa, tolong bikinkan saya kopi ya", perintah Farida lalu kemudian melangkah ke kursi kerjanya.

"Baik Bu , tunggu saya buatkan dulu", Iksan lalu berlalu.

Farida merasakan dadanya berdegup kencang ketika merasakan telapak tangan Iksan yang tanpa sengaja menyentuh payudara nya.

Sementara di tempat lain ada Iksan yang juga merasakan hal yang sama, masih terasa di telapak tangan Iksan kenyalnya payudara bos cantiknya itu.

Pemuda berumur 23 tahun itu baru bekerja di butik Farida 3 bulan lamanya. Iksan sudah menyukai Bosnya itu ketika pertama kali bertemu, selama bekerja dengan Farida , pemuda itu selalu mencuri pandang ke Farida. Kontolnya langsung keras melihat body yahud Farida yang selalu memakai pakaian yang lumayan seksi.

Setelah membuatkan kopi Farida , Iksan segera menuju ruangan Farida. Ruangannya terletak di belakang karena ruangan di depan di pakai buat memamerkan pakaian buatan Farida.

Iksan berharap semoga karyawan yang lain lebih siang datangnya biar ia bisa lebih lama berduaan dengan pujaan hatinya. Walaupun pemuda itu ada rasa terhadap Bosnya sendiri tetapi ia sadar diri tak mungkin Bosnya itu menatap dan menanggapi perasaannya. Karena Farida pasti mengira Ia hanya seorang OB walaupun ia kerja sambil kuliah tetapi umur mereka berdua juga terpaut cukup jauh. Farida lebih cocok jadi kakak nya daripada kekasih. Maka itu Iksan hanya bisa menyimpan perasaannya diam-diam.

Iksan mengetuk pintu ruangan terdengar suara lembut menyuruhnya masuk. Pemuda tersebut masuk dan melihat Farida lagi sibuk sama sketsa.

"Ini Bu ,kopi nya",

"Taruh saja di atas meja",.

Setelah menaruh kopi, Iksan mengambil peralatan pel yang tadi di tinggalkannya.

"Bu boleh saya terusin lagi bersih-bersih ruangan ini?", Tanya Iksan memberikan alasan supaya lebih lama berduaan dengan wanita pujaan hatinya.

"Ya uda di lanjutin saja", sahut Farida.

Iksan dengan semangat membersihkan ruangan tersebut sambil sesekali matanya melirik Farida yang masih asyik dengan sketsa. Farida yang merasa tatapan mata Iksan tiba-tiba mengangkat wajahnya dan mereka berdua akhirnya bertatapan.

"Kenapa San, ada yang aneh ya sama wajah saya", tanya Farida.

"Enggak kok Bu , malah Ibu cantik sekali, " ucap Iksan memuji Farida

Wajah Farida langsung bersemu merah entah kenapa ketika mendengar perkataan Iksan membuat wanita itu berdebar.

"Eh, kamu tuh ya bisa saja",

"Maaf Bu , Ibu gak apa-apa tadi jatuh terduduk",

"Gak apa-apa cuma pantat saya agak sakit mungkin nanti jadi lebam",

"Biar saya bantu pijat biar gak lebam", cetus Iksan yang membuat Farida terkejut dan Iksan Langsung salah tingkah karena mengusulkan sesuatu yang pribadi seperti itu.

"Hmm, emang kamu bisa mijat San", entah kenapa Farida malah meladeni percakapan yang mulai menjurus itu.

"Bisa Bu malah Saya ahlinya, malah nanti Ibu bisa keenakan dan ke tagihan di pijat sama Saya", ucap Iksan yang semakin berani.

Farida menatap Iksan yang juga sedang menatapnya, baru saja Farida ingin berbicara terdengar suara ketukan membuat wanita itu menoleh ke arah pintu dan menyuruh siapapun yang ada di balik pintu supaya masuk.

Iksan sedikit kesal ketika kebersamaannya dengan Farida jadi terganggu terpaksa dia pamit keluar dari ruangan tersebut.

Farida hanya menghela napas pelan ketika sadar kalau dia barusan saja tergoda oleh rayuan pengawai sendiri.

Percakapan mereka berdua tadi terlalu berani antara karyawan dengan atasannya sendiri.

To be continued...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height