HAPPY VIRUS/C12 episode 12
+ Add to Library
HAPPY VIRUS/C12 episode 12
+ Add to Library

C12 episode 12

Alecas (Alecas bertubuh Lucas)

LuXa (Lucas bertubuh Alexa

***

"Dia di sana, pergilah dan jaga sikapmu." Tunjuk Armin pada seorang gadis cantik yang tengah melukis di taman sendirian.

"Kenapa tidak kau saja?" LuXa membentak frustasi, dia masih di buat pusing memikirkan kebenaran jika sebenarnya Joe masih hidup.

Lalu siapa pria yang dia bunuhnya?.

"Aku tidak ingin dia berfikir aku memanfa'atkannya karena ini."

LuXa tersenyum sinis, "Bagus, kau mencintai gadis di bawah umur. Kejahatan moral," ucapnya menekankan.

"Ayo Alexa" LuXa menarik Alecas lebih lembut kali ini. Mereka berjalan mendekati gadis yang di tunjuk Armin untuk mencari sebuah jawaban.

"Kau Yura?" Ucap LuXa sedikit tegang.

Gadis itu menengok, dia meletakan kuasnya di atas bangku dan mengangguk.

"Bisakah kau membantu kami?" Tanya LuXa was-was.

"Membantu apa?" Jawabnya tenang.

Tidak berapa lama Shwan datang menyusul, pria itu membawa seekor burung dalam sangkarnya, meletakannya di depan Yura. Shwan melangkah mundur dan berdiri di belakang.

"Apa yang dia katakan?" Tanya Alecas.

"Aku tidak tahu apa-apa paman" jawab Yura dengan senyuman polosnya.

Alecas tertunduk sedih, bahunya bergetar mulai menangis, "Tubuh kami tertukar, aku mohon bantu kami."

Yura menggerakan kepalanya ke satu sisi, melihat LuXa dan alecas bergantian dengan tatapan dingin menusuk. Ada kewaspadaan besar di mata gadis itu.

"Aku tidak bisa." Tolak Yura lagi.

"Thomas mengutus kami kemari." Sela LuXa.

"Zuyura Alexandra Franklin. Kau bisa menundukan hewan juga tumbuhan, dan kau dapat berbicara dengan mereka, karena kau keturunan Alexander Franklin." Sambung LuXa, menjelaskan.

Yura mengangguk mengerti. Tanpa penolakan lagi, gadis itu mulai membuka sangkar burungnya, membuat LuXa dan Alecas bernapas lega, karena gadis di hadapannya itu mudah di ajak berkompromi.

Yura menerbangkannya, burung itu berputar di langit dengan cepat, beberapa saat kemudian burung-burung lain berdatangan dalam jumlah yang sangat banyak seperti bermigrasi. Mereka mulai turun mengelilingi Yura dan berkicau.

Seekor burung biru hinggap di tangan Yura dan mengerakan kepalanya dengan lincah.

"Kau penjahat" ucap Yura pada LuXa.

"Ya. Aku memang jahat, dan aku ingin memperbaiki semuanya" jawab LuXa dalam keputus asaan.

"Kau membunuh seekor kucing hitam dengan pelurumu" Yura bangkit, para burung terbang lagi mengelilinginya.

Yura tersenyum kepada kawanan burung dan berbisik, para burung itu langsung berhamburan kembali pergi, begitu pula burung biru yang di bawa Shwan.

"Aku tidak pernah membunuh kucing" LuXa semakin bingung.

"Kucing hitam, yang kau tebas dengan belati dan pelurumu. Dia kucing, bukan manusia" jawab Yura menegaskan.

LuXa menegang lemah semakin pusing. Yura mendekati Alecas, dan menelitinya sejenak.

"Bagaimana agar tubuh kami bisa kembali?" Tanya Alecas gemetar.

"Katakan kau mencintainya, dan cium dia."

Alecas langsung menggeleng, dia tidak akan pernah sudi mengatakan cinta pada pria arogan seperti Lucas. Cintanya hanya untuk Devon.

"Enggak mau" tolak Alecas.

LuXa menggertakan giginya dengan kuat. Cinta? Yang benar saja!. Itu sangat lucu dan memalukan, Lucas pernah berniat membunuh Alexa dan sekarang harus mengatakan cinta?. Perkataan Yura sudah menumpulkan taringnya.

"Atau kalian ingin seperti itu selamanya?" Ucap Yura lagi. Gadis itu berbalik dan membenahi semua alat-alat lukisnya dan berdiri. "Kalian memang tidak saling mencintai. Tapi kalian membutuhkannya."

"Baiklah" LuXa memijat batang hidungnya, menghadap Alecas degan canggung. "Kau duluan Alexa."

"Gak mau. Aku hanya mencintai Dev!" Alecas bersedekap dan mengerucutkan bibirnya. "Kau yang duluan."

LuXa mengerutkan hidungnya seketika. Dia terdiam beberapa saat, "Aku mencintaimu" bisiknya sambil membuang muka.

"Aku.. aku juga mencintaimu" jawab Alecas setengah hati.

"Katakan dengan tulus, atau kalian seperti itu selamanya" Yura mengintrupsi, dia berbalik lalu pergi.

LuXa membuang napasnya dengan kasar, menelaah kata-kata yang telah di ucapkan Yura.

"Aku mencintamu Alexa" ucap LuXa sekali lagi, menatap mata Alecas dan merendahkan suaranya menjadi lembut.

"Aku juga mencintaimu" Alecas terdiam sejenak. "Lucas..." Alecas membungkuk dan memiringkan kepalanya, mengecup bibir LuXa singkat.

Tubuh mereka kembali...

Alexa meringis, memeluk dirinya sendiri dan kesakitannya. "Aku ingin pulang" Alexa berjalan tertatih-tatih mendahului Lucas.

***

Lucas termenung beberap saat, mengingat bagaimana tadi Alexa berjalan mendahuluinya. Alexa terlihat kesakitan dengan tubuhnya.

Bahkan ketika dalam perjalanan pulang pun, gadis itu lebih banyak diam dan meringis dengan mata berkaca-kaca.

Sekarang Lucas ingat, tadi dia berkelahi dengan tubuh Alexa, dan gadis itu tidak terbiasa.

Lucas bergegas keluar menyusul kepergian Alexa. "Tunggu Alexa."

"Apa?" Alexa berteriak dan berbalik, menampakan wajahnya yang sudah basah dengan air mata. Alexa menangis.

Lucas tidak ikut berteriak kali ini. Dia membungkuk dan menggendong Alexa dan membawanya, "Kau cengeng sekali" bisik Lucas, dia sengaja memancing perdebatan untuk membuat Alexa mengomel atau merajuk, Lucas merasa bersalah bila melihat gadis itu menangis.

"Brengsek. Aku benci padamu" Alexa memukul dadanya dengan lemah.

Lucas mendengus kesal, dia membawanya ke kamar dan membaringkan tubuh Alexa di ranjangnya.

Lucas membantu melepaskan sepatunya dan jaketnya. "Ehm.. apa kau butuh Dokter?" Tanya Lucas hati-hati.

Alexa meneliti tubuhnya, banyak lebam biru di tubuhnya, kakinya lecet kemerahan dan tangannya terdapat goresan.

"Menyebalkan. Akan aku laporkan pada Ayah" Alexa melepas jaketnya dan melemparnya ke lantai, dia mengangkat kaus yang di kenakannya juga, terdapat lebam lagi di sekitar pinggangnya.

"Karena itu aku bertanya, kau butuh Dokter atau tidak Alexa?" Bisik Lucas mulai kesal lagi, Alexa mendelikan matanya penuh permusuhan.

"Tidak perlu. Malam ini aku akan pergi berpesta."

"Pesta?, dengan siapa?" Tiba-tiba Lucas menuntut.

"Apa urusanmu Lucas?." Alexa beranjak dari ranjangnya dan pergi ke kamarnya sendiri.

Lucas mematung, mengeryitkan keningnya dengan heran, dia tidak tahu kenapa tiba-tiba dia sedikit jengkel mendengar Alexa akan pergi ke pesta.

Lucas pergi ke kamarnya sendiri dengan cemberutan kecil di bibirnya.

To Be Continue..

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height