HAPPY VIRUS/C15 episode 15
+ Add to Library
HAPPY VIRUS/C15 episode 15
+ Add to Library

C15 episode 15

Alecas (Alecas bertubuh Lucas)

LuXa (Lucas bertubuh Alexa

Langkahnya melebar keluar kamar dengan gigi terkatup sepenuhnya emosi.

LuXa berbelok dari tangga menuju dapur, di ambilnya sebuah pisau buah yang tergeletak di atas meja. Tidak ada kompromi lagi baginya untuk kehidupan Devon, pria itu harus di singkirkan secepatnya agar benar-benar jauh dari Alexa.

Suara decitan gerbang terdengar lemah, Devon masih berusaha untuk bicara pada Alexa, dia butuh memberikan penjelasan dan meminta maaf.

Bila perlu Devon akan bersujud dan menunggu di sana sampai Alexa mau bertemu dengannya.

"Buka gerbangnya" perintah LuXa mematikan, tangannya menggenggam erat pisau di belakang tubuhnya.

Seorang penjaga gerbang mengangguk patuh, dia kembali ke komputernya dan mengatur gerbang mansion untuk terbuka.

Devon terperangah, antara lega dan takut begitu melihat gadis di cintainya muncul di balik gerbag dengan tatapan yang menakutkan

"Lex" panggil Devon dengan suara gemetar, tubuh Devon langsung rubuh ke tanah, dia bersujud penuh penyesalan. "Maafkan aku Alexa..."

LuXa menyerigai jahat, dia melangkah semakin dekat sambil menggerakan pisau di belakang tubuhnya seperti sebuah pulpen.

"Maafkan aku Alexa. Aku menyesal, aku tidak pernah bermaksud.." suara Devon menghilang, air matanya terjatuh penuh penyesalan, "Aku merasa terjebak. Aku hanya mencintaimu, tidak ada yang lain."

LuXa terkekeh, "Omong kosong." Jawabnya dengan enteng, dia siap mengayunkan tangannya di udara, siap menebas leher Devon dengan pisaunnya.

Ckittt

Cahaya mobil menyinari mereka berdua, membuat LuXa memicingkan matanya kesilauan. Armin melompat keluar dari mobil dan berlari, "Menjaulah!" Teriaknya entah kepada LuXa atau Devon.

Devon langsung berdiri dan menjauh, begitu melihat LuXa memegang pisau. "Sayang.. kau kenapa?."

LuXa melangkah lebar, menerjang jarak di antaranya dengan Devon, LuXa menerjang perut Devon dengan mudah hingga pria itu tersungkur.

"Alexa" Devon gemetar, tidak berani melawan. Devon sadar jika Alexa tengah marah. Tapi Devon merasa takut saat melihat sorot matanya.

"Jangan melakukannya!." Teriak Armin seraya menarik bahu LuXa, menjauhkannya dari Devon. "Pergilah. Sekarang!" Perintahnya pada Devon.

Devon menggeleng, "Aku mau bicara pada Alexa."

Armin menarik napasnya dengan kasar, dia merangsek baju Devon lalu melayangkan tinjuan keras di wajahnya, "Pergi. Atau kau mati di sini."

"Jangan ikut campur. Aku harus melenyapkannya" LuXa menggeram dalam kemarahan, karena Armin menjauhkan dirinya dari mangsanya malam ini.

"Diam!" Bentak Armin dengan berani.

Devon mulai merasakan ketegangan yang menekan dirinya, dengan terpaksa dia segera mundur dan berlari ke mobilnya, meninggalkan Armin dan LuXa yang bertengkar.

"Sialan. Jangan ikut campur masalahku!" LuXa memperingatkan. Dia semakin di buat kesal, dengan kehadiran Armin, dan sekarang pria itu sudah berani membentak dan memerintah dia semaunya sendiri.

LuXa melempar pisaunya ke jalanan, rahangnya menegang kuat bersamaan dengan tangannya yang mengepal, dalam beberapa detik kepalan tangannya sudah mendarat di wajah Armin.

Armin terhuyung beberapa langkah kebelakang, dia meringis menyentuh rahangnya yang terasa ngilu, "Lima ribu dollar tagihan untukmu karena berani memukulku" ucapnya dengan seringai geli.

Bugh

Armin balas memukul LuXa tanpa ragu. Pria itu mendengus kesal di antara napasnya yang memburu, Armin merenggangkan tali dasinya yang terasa mencekik.

"Aku sudah melanggar kode etikku hanya untuk menolongmu. Tapi kau masih bersikap semuanya harus di bawah tanganmu."

"Apa masalahnya jika aku melenyapkan dia?" LuXa kembali bergerak dan merangsek baju Armin, namun dengan cepat Armin memukul wajahnya lagi, mendorong LuXa ke tembok dan memenjarakan tangannya di belakang dan memborgolnya.

"Lepaskan!" Bentak LuXa meraung penuh emosi.

Tidak berapa lama Shwan muncul di balik gerbang, pria itu berdiri di antara ke dua orang yang sedang bertengkar itu.

"Tuan" ucap Shwan, setelah memastikan tatapan mata Alexa mematikan, sama seperti yang di miliki Lucas, tuannya.

"Biarkan dia begitu dalam beberapa menit" perintah Armin, Shwan mengangguk setuju dan tidak menggubris makian tuannya yang meminta di lepaskan.

Setelah beberapa menit di diamkan, bahu LuXa merosot dari ketegangan dan napasnya kembali normal.

"Kau di kutuk atas kejahatanmu. Jika kau tidak berusaha berubah, maka selamanya akan seperti ini. Dan.. asal kau tahu" Armin memasukan tangannya ke dalam saku, dan diam memberi jeda yang cukup lama. "Jika kau membunuh seseorang, maka di antara kau dan Alexa akan mati."

LuXa menegang seketika, dia tertunduk meresapi kata-kata terakhir yang Armin ucapkan. "Tapi pria itu menggangguku" ucap LuXa membela diri di atas kesalahannya.

Armin terkekeh kesal. "Sekarang aku akan bicara sebagai sahabat Alexa" Armin terdiam beberapa saat, membalas tatapan tajam LuXa. "Alexa jodohmu, kau akan bertekuk lutut di bawahnya. Tapi, untuk sekarang Alexa hanya mencintai Devon."

Gigi LuXa mencengkram dengan kuat, dia tidak suka mendengar enam kata terakhir yang di ucapkan Armin.

"Semuanya kembali padamu. Apa yang Alexa rasakan padamu, adalah cerminan apa yang kau lakukan padanya" Armin berbalik, dia menuju mobilnya. "Keuntunganmu hanya satu, jika kau terangsang, dan Alexa terangsang juga. Tubuh kalian tidak akan tertukar."

"Lepaskan borgolku dulu!" teriak LuXa dengan keras. Armin mengambil kunci kecil dari saku snellinya, dan melemparkannya ke jalanan.

"Tagihanmu malam ini lima ribu dollar Tuan Lucas. Sebanding dengan pukulanmu" ucap Armin dengan tenang, dia memasuki mobilnya dan melesat pergi.

"Sial, dia sangat menyebalkan" gerutu LuXa dengan desisan, Shwan tersenyum kecil seraya melepaskan borgolnya.

***

Alecas bergerak malas di ranjangnya, dia berguling membelakangi cahaya matahari dan mengeliat di bawah selimut. Perlahan dia membuka matanya.

Pemandangan pertama yang di lihat Alecas adalah, LuXa yang sedang berpakaian, dia selesai mandi.

"Kau mandi tanpa sepengetahuanku?" protes Alecas dengan suara serak khas bangun tidur, dia segera duduk, menegakan punggunya dan mengucek matanya.

Kedua tangan Alecas merentang lebar menyambut LuXa yang datang mendekat dan membungkuk.

"Aku mencintaimu" kata Alecas.

"Aku juga mencintaimu" jawab LuXa seraya menarik tengkuk Alecas untuk memberikan ciuman singkat.

Tubuh mereka kembali...

Dalam waktu seperkian detik Lucas menarik pinggang Alexa dengan keras hingga gadis itu terduduk di pangkuannya. "Senang dengan semalam Alexa?" Tanyanya dengan nada sensual.

Alexa mengerutkan keningnya tidak mengerti, "Apa maksudmu?."

"Mencoba memperkosaku" dengus Lucas seraya menjauh beberapa inch, memperlihatkan dada dan perutnya di hiasi beberapa kiss mark.

Alexa menutup mulutnya "Tidak mungkin" jawabnya tidak yakin.

Alexa tidak terlalu ingat dengan kejadian semalam, selain penghianatan Devon, tidak ada yang dapat Alexa ingat.

"Bagus" Lucas mengangguk kecil, dia mendorong Alexa ke ranjang, hingga tubuh gadis itu tetjembab di kasur. Dengan cepat Lucas menindih dan mengurungnya.

"Ada apa denganmu?. Minggir!" Alexa memberontak dan memukul dada Lucas. Dengan mudah Lucas mengambil tangannya dan memenjarakan keduanya di atas kepala Alexa.

Lucas merunduk dan mencium bibir Alexa dengan keras, menggilas bibir Alexa dan mendominasinya seperti biasa.

Alexa tidak bisa melawan, bibirnya terbuka merasakan lidah Lucas membelit dan menarik bibir bawahnya. Alexa mengerang, Lucas mengisap bibirnya besamaan dengan remasan di dadanya.

"Aku terlahir untuk mendominasi siapapun" desis Lucas dengan napas memburu, tangannya menelusup ke dalam gaun gadis itu, telapak tangannya menyusuri kelembutan kulit Alexa hingga berhenti di gundukan payudaranya.

Jari Lucas menjepit puting payudara Alexa, menariknya dengan keras.

"Ah..." Alexa mengelijang di bawahnya.

"Tapi kau.. Alexa" bisik Lucas dengan gigitan di cuping telinganya. "Kau suka sekali membangkang."

Suara Alexa terbungkam dengan ciuman lagi, sementara dadanya di mainkan tanpa henti.

"Sepertinya aku harus menghukummu" bisik Lucas terengah.

"Ah.. aku minta maaf" Alexa merasa lemas tidak berdaya, merasakan gairah yang meletup mulai menggaggunya.

Perasaan takut dan bergairah, kini mendominasi diri Alexa.

Lucas menyerigai jahat, tangannya bergerak lagi ke bawah, memasukannya ke dalam celana dalam Alexa.

"Tidak Lucas! Jangan!" Teriak Alexa panik, gadis itu mengeliat berusaha melepaskan kedua tangannya dari cengkraman Lucas. Namun hasilnya nihil.

Jari Lucas mengusap dan memutar permukaan milik Alexa, "Kau pembangkang Alexa. Aku tidak suka itu. Kau menolakku, dan aku tidak pernah di tolak" ucapnya dengan penuh kuasa, melihat Alexa tidak bisa melawannya.

"Aku minta ah.." pinggang Alexa melengking, Lucas menjepit clitorisnya dan menariknya. "Aku minta maaf Lucas, tolong berhenti" Alexa mengiba, air matanya terjatuh.

"Jika kau membuatku kesal. Aku akan melakukannya lagi, lebih dari ini. Kau mengerti?."

Alexa mengangguk patuh. Perlahan Lucas melepaskan cengkeraman di kedua tangannya dan bagkit, "Dua jam lagi kita aka pergi."

Alexa menarik napasnya dengan cepat, dia mengerakan kakinya tidak nyaman, merasakan miliknya sudah basah karena sentuhan Lucas. "Kemana?" Tanyanya dengan tatapan nyalang.

"Dubai."

To Be Continue..

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height