HAPPY VIRUS/C3 Episode 3
+ Add to Library
HAPPY VIRUS/C3 Episode 3
+ Add to Library

C3 Episode 3

"Kita perlu pergi ke psikiater." Alecas mengawasi gerak-gerik LuXa yang sedang mandi, dia harus memastikan tubuhnya tidak perlakukan dengan senonoh oleh pria arogan itu.

"Tidak!."

"Kenapa tidak?, apa kau mau kita tetap seperti ini?."

"Aku tidak ingin orang lain mengetahui hal ini" LuXa melenggang melewati Alecas dengan tubuh telanjangnya.

“Jika ada yang tahu masalah ini, seseorang bisa menyerangku. Kau tahu kan maksudku?."

"Apa?" Alecas mengikuti langkah LuXa. Perkataan Lucas sama sekali tidak di mengerti olehnya.

"Jika musuhku menyerangku, itu artinya nyawamu juga yang jadi taruhannya."

Alecas menegang, dia ingat. Sekarang nyawanya dalam tubuh Lucas, jika seseorang melukai tubuh Lucas, nyawa Alexa yang di pertaruhkan. Apalagi Alecas tidak mengetahui apa pun yang pria itu kerjakan dan seluk beluknya. Yang Alecas tahu, Lucas adalah anak dari William dengan sifat yang sangat buruk.

"Dadamu bagus juga." LuXa memperhatikan payudaranya sebelum memakai bra.

"Dasar mesum."

"Tubuhmu sekarang milikku, jadi aku bebas melakukan apa pun."

"Tidak boleh!."

LuXa mengerutkan keningnya beberapa saat, dia bergerak membalikkan tubuhnya menghadap cermin besar untuk meneliti tubuh yang di isi jiwanya. Napasnya LuXa terasa mengganjal di tenggorokan, melihat tubuh telanjang dan indah terpantul di cermin.

Sepasang kaki jenjang yang indah menyusuri pinggul yang lebar dengan pinggang kecilnya dan perut rata sempurna, di tunjang sepasang payudara indah yang membusung bergerak berirama dengan napasnya. Kesempurnaan tubuhnya di lengkapi dengan wajah cantik yang menggambarkan kepolosan tanpa setitik dosa pun.

"Jangan menatap tubuhku seperti itu!." Alecas berteriak. Menarik tubuh mungil itu untuk mendekat.

"Pejamkan matamu, aku yang akan memakaikan pakaian."

LuXa tersenyum geli, dia memejamkan matanya, membiarkan Alecas memakaikan pakaian untuknya.

"Jika tubuhku sudah kembali, aku tidak akan pernah mau melihatmu lagi." Gerutu Alecas terus terang.

"Aku pun begitu. Aku tidak akan pernah mau bertemu dengan gadis cerewet sepertimu. Tapi, bagaimana cara mengembalikannya?."

Alecas menarik ritsleting gaun di sepanjang pinggang sampai ke punggung LuXa, "Apakah kita harus berciuman?. "

"Ciuman?" LuXa membalikkan tubuhnya secepatnya.

Alecas menggaruk pipinya yang tidak gatal, matanya memicing di penuhi pemikiran.

“Kalau di dongeng dan di film, seperti itu. misalnya pangeran kodok yang berubah wujud karena ciuman. “

“Kau benar, kita haru mencobanya." Nada suara LuXa bergetar karena ragu. Yang lebih membuatnya ragu adalah harus mencium dirinya sendiri, dan itu nampak menggelikan. Di raihnya tengkuk Alecas, dan langsung di ciumnya bibir itu tanpa ampun.

Lucas mengerjap, menjauhkan kelapanya yang terasa sedikit pusing. Pandangannya berputar membuat tubuhnya terhuyung selangkah. Sementara itu, Alexa mengambil napasnya dengan cepat, masih berpegangan pada bahu Lucas.

Tubuh mereka kembali…

"Ya Tuhan." Alexa melompat senang bukan main, dia segera melepaskan tubuhnya dari pelukan Lucas. Gadis itu berputar melihat ke cermin, dia merasa hidup kembali setelah mendapatkan tubuhnya lagi.

Melihat kesenangan Alexa yang cukup berisik dan berlebihan langsung menjadi pusat perhatian Lucas. Dengan tatapan merendahkan Lucas beredekap dan berkata.

"Well.. sekarang aku mengusirmu."

Alexa berhenti bergerak, dia berdecak pinggang, dan mengangkat dagunya menantang. "Dengan senang hati," jawabnya tanpa ragu.

"Alexa" panggil Lucas sedikit melembut, Alexa kembali berbalik setelah melangkah sedikit jauh. Gadis itu menekuk bibirnya terlihat menggemaskan, dengan rambut panjangnya yang sedikit basah karena selesai mandi.

"Apa?" jawabnya ketus.

"Kau terlihat cantik bila aku lihat seperti ini."

Alexa menaikkan satu alisnya, dia tidak terima mendapatkan pujian dari mulut pria arogan seperti Lucas. Meski dia tampan dan terlihat sempurna, Alexa sungguh mual melihatnya.

PLAKK

Tamparan keras mendarat di pipi Lucas.

"Apa yang kau lakukan hah?" hardik Lucas dengan rahang mengetat menahan geraman dan emosinya.

Kemarahan Lucas semakin membuat Alexa puas, dengan decihan jijik Alexa berkata.

"Itu pantas untuk kau dapatkan." Alexa berlari secepat yang dia bisa, dia tahu Lucas pasti marah. Tujuannya sekarang hanya satu, keluar dari rumah pria itu dengan bangga.

***

Alecas (Alexa bertubuh Lucas)

LuXa (Lucas bertubuh Alexa)

Lucas masih tidak mengerti jalan fikiran orang tuanya, mereka begitu keukeuh untuk menjodohkannya dengan orang asing. Lucas memiliki segalanya, uang, kekuasaan, wanita. Ya, hampir semua wanita bertekuk lutut di bawahnya.

Di jodohkan, sama saja seperti menginjak harga dirinya, seakan dia tidak dapat memiliki wanita.

Lucas mengepalkan tangannya untuk kesekian kalinnya. Dia tidak bisa menjelaskan apa yang telah terjadi tadi pagi, itu tidak normal, itu gila!. Akhir pertemuannya dengan Alexa semakin membuatnya kesal, dia tidak menyangka gadis kecil itu akan berani menamparnya.

"Kau beri dia pelajaran, jangan dulu membunuhnya." Lucas menggerakan punggungnya, mengalihkan perhatiannya dari luar jendela yang menyuguhkan pemandangan indah kota.

"Iya Tuan." Shwan mengangguk patuh, pria itu membungkuk sebelum undur diri.

Kita lihat saja nanti, akan ku buat kau tunduk di bawahku.

***

Alexa berjalan dengan anggun dan percaya diri, gaun musim panasnya yang berwarna merah bercorak bunga-bunga terlihat indah bergoyang di terpa angin di atas pahanya. Rambut panjangnya di biarkan tergerai menerpa wajah mungilnya.

Semua orang selalu di buat terpukau olehnya.

"Dev" Alexa memanggil pria yang sedang berdiri di bawah tangga. Kaki jenjangnya melangkah lebih cepat, membuat heelsnya yang tinggi menimbulkan suara tajam di lantai.

"Hai" Devon tersenyum lebar melihat gadis itu, matannya yang bulat selalu terlihat bersinar memercikkan kebahagiaan. "Seminarnya sebentar lagi."

"Maaf, aku terlambat" Alexa langsung bergelayut manja di lengannya, "Dev tidak marah kan?."

Devon langsung memeluknya begitu erat, dia selalu di buat gemas dengan tingkah lakunya. "Tidak, ayo." Ucapnya seraya menghela Alexa pergi.

Alexa dan Devon sudah menjalin hubungan hampir dua tahun, namun Connor menentang hubungan mereka. Connor lebih percaya dengan apa yang dia pilih untuk jodoh puterinya.

Karena itu, Alexa harus diam-diam setiap kali bersama Devon, karena jika Connor tahu maka Alexa akan di seret paksa oleh pengawalnya.

***

"Kau terlihat murung" wanita cantik berambut blonde itu meletakan sebotol anggur di atas meja, dia duduk menyilangkan kakinya dengan sensual. Sudah cukup lama Lucas mendiamkannya dan sibuk dengan fikirannya sendiri.

"Mungkin" jawab Lucas dingin.

"Mau aku hibur, sayang?" Vero mendesah, dia merangkak dengan liar di atas sofa. dress hitam ketatnya menambah kesan erotis pada dirinya. "Berhentilah cemberut dengan wajah tampan ini" Vero meraih wajah Lucas, lidahnya menjilat rahang Lucas perlahan, sementara tangannya bergerak menyusuri dada bidangnya hingga ke perut, dan berhenti di di selangkang Lucas.

Lucas tidak meresfon apa yang di lakukan wanita itu, namun dia juga tidak menolak setiap sentuhan yang di berikan oleh Vero kepadanya.

"Aku ingin kau keras sayang." Vero membelai dan meremasnya begitu ahli. “Aku bisa menyenangkanmu.”

Lucas memejamkan matanya mulai terbawa gairah, dengan kasar dia menarik Vero ke dalam pangkuannya, dan dalam satu tarikan kuat Lucas merobek gaun Vero. Lucas menyerigai puas, melihat Vero yang tidak memakai apapun di dalamnya.

"Kau... nakal" Vero menarik napasnya dengan berat, ketika payudaranya yang besar di permainkan oleh tangan dan mulut Lucas.

***

Alexa menyandarkan kepalanya pada bahu Devon, dia masih betah memeluk lengannya dan merasakan kehangatan kekasihnya itu.

Seminar masih berjalan, membuat Alexa semakin bosan dan mengantuk, gadis itu tidak mendengarkan apapun selain memperhatikan wajah Devon. Di lihatnya Devon yang tengah menulis dengan serius mendengarkan dengan baik.

Semua orang bertepuk tangan, menyambut tamu lainnya yang mulai naik ke atas panggung.

Alexa mulai mengantuk, matanya mulai sayu dan berat untuk di gerakan. Dia tertidur.

***

Vero bergerak liar naik turun di pangkuan Lucas, dia mengerang keras, "Ah... kau nikmat sekali." Vero kembali mencium bibir Lucas dengan ganas.

"Shit.." Lucas menghujamkan lebih keras dan cepat di dalam Vero, membuat wanita itu semakin mengerang keras menuju puncak orgasme.

Gerakan Lucas melemah, pria itu mengerjapkan matanya menahan pusing yang datang tiba-tiba menyerangnya, pandangannya memudar dan perlahan menggelap.

***

Alexa terperanjat, napasnya terasa sesak. Matanya mengerjap beberapa kali mencoba untuk terjaga dari rasa ngantuknya. Namun, sebuah pemandangan gila di depannya berhasil membuat Alexa terlonjak kaget dan langsung berteriak histeris begitu melihat wanita sexy tengah naik turun di pangkuannya, mendesah penuh kenikmatan.

Secara refleks Alexa mendorong Vero hingga terjungkal ke lantai. Bibirnya menekan dan melengkung ke bawah menahan tangisan jijiknya.

"Apa yang kau lakukan?" Vero hampir berteriak, beberapa detik lagi dia akan mencapai orgasme yang hebat, dan dengan seenaknya Lucas mendorongnya ke lantai dengan tatapan polos tidak berdosa.

Alexa melihat kedua tangannya yang kekar. "Astaga" dia membulat kedua matanya, "Aku di mana?."

"Di mana?, kau gila Lucas!."

"Lucas?" Alexa terburu-buru memakai bajunya lagi, mengabaikan teriakan Vero yang masih telanjang di depannya.

"Kau mau kemana?" Vero berusaha menahannya, memeluk tubuh Alecas dengan erat, "Kita belum selesai, jangan menyiksaku tanpa pelepasan" Vero menyentuh bagian sensitif tubuh Lucas lagi, berusaha membuat pria itu kembali bergairah. "Puaskan aku dulu Lucas" Vero berusaha keras untuk menggoda Lucas lagi.

"Aku.. aku enggak suka wanita" Alecas gemetar ketakutan menatap Vero dengan polos di antara ketakutannya, sekaligus jijik dengan sentuhan Vero, "Aku normal, aku sukanya pria." Alecas mundur dengan cepat, dan berbalik, lalu pergi ke luar dengan tergesa-gesa.

Vero mematung di tempat, wajahnya berubah pucat pasi tidak dapat menutupi keterkejutannya dengan apa yang telah di katakan pria itu, "Apa dia gay?."

To Be Continue..

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height