HAPPY VIRUS/C9 episode 9
+ Add to Library
HAPPY VIRUS/C9 episode 9
+ Add to Library

C9 episode 9

Alecas (Alecas bertubuh Lucas)

LuXa (Lucas bertubuh Alexa

***

"Sayang apakah ini tidak berlebihan?" Dev menggaruk tengkuknya, dia tersenyum heran. Melihat Alexa yang baru saja membeli sebuah mobil Marcedes.

"Biarkan saja. Aku tidak peduli" Alexa tersenyum licik, dia memeluk lengan kekasihnya dengan erat.

Menghabiskan banyak uang Lucas membuatnya merasa bahagia, meski Alexa memiliki cukup banyak uang untuk dirinya sendiri, tapi dia tidak mau mengeluarkannya.

"Kau bisa memakai uangku Lex. Jangan meminta pada pria itu" Devon berbisik, menyentuh pipi Alexa dan mengusapnya lembut.

"Apakah Dev marah?" Senyuman Alexa memudar, dia merasa bersalah melihat kesedihan di mata kekasihnya.

"Jika menghabiskan uangnya membuatmu bahagia. Aku juga tidak keberatan jika uangku di habis Lex."

Alexa mendekat dengan hati-hati, memeluk Devon dengan erat dan menghujaninya kecupan di seluruh wajahnya. "Aku tidak akan melakukannya lagi, Dev jangan marah."

"Aku tidak bisa marah padamu Lex" Devon mendengus geli, menguburkan wajahnya di rambut Alexa.

Bagaimana bisa Devon memarahi Alexa yang sangat di cintainya, sampai kapanpun dia tidak bisa.

***

"Apakah ada hal yang perlu di tambahkan?" Jenifer membungkuk, membuka dokumen perjanjian antara Lucas dan Armin.

Lucas memberi stempel lalu menandatanganinya setelah dia membacanya dengan cermat. "Tidak ada."

"Apa ada yang Anda perlukan lagi Pak?" Suara Jenifer berubah menjadi desahan, Lucas kembali menjawab tidak dengan nada dingin seperti biasa.

Lucas Mengacuhkan penampilan Jenifer yang seksi dengan rambut di sanggul memamerkan lehernya yang jenjang, kemeja dengan dua kancing yang terbuka, memamerkan payudaranya yang menyembul. Kaki jenjangnya memakai heels tajam dan rok span yang membelah sepanjang pinggiran pahanya.

Jenifer tersenyum memaksakan, kembali menelan kekecewaannya saat keluar. Lucas tidak tertarik padanya meski Jenifer sudah memberikan banyak sinyal kepadanya.

Lucas beranjak dari duduknya, memegang secangkir kopi dan berdiri di depan kaca. Dengan begitu, dia bisa melihat ke beberapa penjuru kota dengan leluasa, alisnya mengerut melihat ke bawah gedung kekuasaannya.

Alexa keluar dari mobil barunya.

Lucas tersenyum tanpa alasan, setelah mengetahui apa yang telah di beli Alexa.

Entah kenapa sifat nakal gadis itu sangat membuat Lucas terhibur, dan terkadang membuatnya frustasi juga.

Beberapa menit kemudian Alexa muncul di hadapannya dengan wajah murung.

"Ini" Alexa meletakan kunci mobil dan kartu di atas meja, dia tertunduk. "Jika kau tidak suka, aku akan membayarnya atau mengembalikanya lagi ke dealer."

Alexa tidak tahan, mengingat Dev terlihat sedih ketika dia membeli sesuatu dengan uang Lucas, meski hanya untuk mengerjai Lucas. Alexa tidak akan melakukannya lagi.

Mendengar penuturan Alexa membuat Lucas sedikit kesal. Dia mendekat dan merapatkan jarak di antara mereka, di raihnya bawah dagu Alexa dan mengangkatnya untuk melihat ke dalaman matanya.

"Kenapa Alexa?. Melukai harga dirimu lagi?."

"Itu bukan uangku. Ya, tentu saja melukai harga diriku juga. Aku tidak mau kau se_"

Suara Alexa menghilang, bibirnya sudah berada di bibir Lucas, tubuhnya di tarik untuk semakin rapat dalam kurungannya. Karena terlalu sering berciuman dengan Lucas, membuat Alexa sempat membalasnya. Alexa Lupa jika sekarang tubuh mereka tidak tertukar.

Lucas mengerang, semakin bergairah, tangan Lucas bergerak ke dalam gaunnya Alexa, menyentuh bokongnya dan meremasnya.

Beberapa saat kemudian kesadaran Alexa terkumpul, dia langsung mendorong dan lepas dalam kurungan Lucas.

"Jaga sikapmu!" Alexa membentak dengan bibirnya yang membengkak, dia menurunkan gaunnya lagi dan menjauh. "Aku tidak suka kau bersikap seenaknya!, aku bukan wanita murahan." Alexa mendelikan matanya, dia menjatuhkan dirinya ke sofa.

"Jangan memerintahku."

"Brengsek" umpat Alexa menahan kekesalannya. Dia melepas dan melempar sepatunya sembarangan, lalu membaringkan tubuhnya di sofa. Lebih baik Alexa membaca majalah, dari pada harus berdebat dengan Lucas.

"Bangun Alexa" perintah Lucas yang tahu-tahu sudah ada di depannya.

Alexa memutar bola matanya menandakan kejengkelan dan pembangkangan, gadis itu menutup majalah yang baru di bacanya.

"Bangun Alexa" perintah Lucas sekali lagi.

"Kau ini kenapa sih?. Aku tidak mengganggumu, aku juga tidak tidur."

Lucas memijat batang hidungnya menahan frustasi, dia sudah mencium Alexa untuk meredakan ketegangan hormonnya.

Sekarang Alexa berbaring di depan meja kerjanya, dengan rok pendek yang menggoda penglihatannya, Lucas tidak mau terangsang untuk yang ke tiga kalinya di pagi ini.

"Terserah kau" Lucas harus merelakan diri melepas jasnya dan menutupi Kaki Alexa. Dengan begitu dia bisa bekerja dengan tenang.

"Kau baik juga ternyata" Alexa mendengus geli, melihat jass Lucas menutupi kakinya.

***

Gemercing suara lonceng mengikuti setiap gerak langkah kaki itu, lantai ubin yang sudah usang di hiasi darah segar. Pria tua itu datang, dengan kepala yang masih tertanam peluru.

Lucas berdiri dan diam tidak bergerak, hanya itu yang bisa dia lakukan. Tubuhnya membeku dan lidahnya kelu, ingin dia berteriak tapi ada sesuatu yang menahannya dengan kuat.

Seekor kucing hitam melompat mengikuti seekor burung, mereka bergerak ke bawah meja dan diam di sana. Melihat apa yang akan terjadi.

"Kau menikmatinya?" Joe tersenyum, dia melangkah mendekat dengan satu kaki yang di seret. "Itu hanya permulaan Lucas."

Bibir Lucas berusaha bergerak, namun dia tetap tidak berdaya. Dia hanya bisa berteriak dan memaki di dalam hati.

Joe mencondongkan kepalanya, Lucas bisa melihat kilauan belakang pelurunya yang tertanam di kening Joe. Joe tertawa keras, menunjukan gigi kemerahannya karena darah. "Kuota ciumanmu sudah habis nak. Air hitammu sudah kering, yang tersisa air suci."

Perlahan Lucas bisa mengangkat bibirnya, namun Joe mulai bergerak menghilang di antara cahaya.

"Jangan pergi! Bebaskan aku!" Teriakan Lucas menggema.

Lucas terbangun dan duduk dengan tegak, napasnya memburu dengan keringat membasahi tubuhnya.

Dia telah bermimpi. Lucas mengusap wajahnya beberapa saat, dia sudah berada di dalam tubuh Alexa lagi.

Matahari mulai bergerak naik perlahan. Lucas butuh minum dan berbicara pada Armin, mungkin pria itu tahu jawaban dari mimpinya. Dia turun dari tempat tidurnya setelah mendengar ketukan Alexa di pintu.

Saat pintu terbuka Alecas langsung berlari ke arahnya dan melompat ke ranjang. Alecas langsung mencium LuXa tiba-tiba dan melepaskan ciumannya dengan cepat.

Mereka saling menatap...

Tubuh mereka tetap tertukar...

"Kenapa tidak berefek lagi?" Alecas meringis dengan gerakan tidak nyaman di kakinya.

"Kau kenapa?."

"Aku ingin kencing" Alecas merengek. "Tolong aku."

LuXa langsung menarik tangan Alecas dan membawanya ke kamar mandi. LuXa sudah tidak tahan melihat wajah dingin dan berwibawanya di gunakan untuk merengek.

"Turunkan celanamu" perintahnya seraya membuka closet.

Alecas menurunkan celana dan celana dalamnya bersamaan, matanya terpejam enggan melihat milik Lucas.

"Pegang Alexa. Atau kau kencing di celanamu" perintah Lucas dengan bangga.

Alecas menggeleng dengan ringisan.

"Seperti ini. Lihatlah!" LuXa mengarahkan, "Tundukan kepalamu dan lihatlah!."

Mau tidak mau Alecas menundukan kepalanya dan melihat ke bawah. "Hey. Itu tanganku."

"Keluarkan sekarang. Dan berhenti bicara" desis LuXa mulai emosi, dia berusaha untuk tidak membayangkan Alexa tengah memegang miliknya. Sama seperti apa yang di lakukannya sekarang dengan tangan Alexa.

LuXa semakin menahan erangan dan fikiran kotornya.

"Sudah" ucap Alecas dengan ketus. Dia menarik celananya ke atas dengan cepat, "Kau tidak boleh menyentuh milikku, mengerti?."

"Aku sudah melakukan banyak hal dengan tubuhmu Alexa. Jadi berhenti bersikap seperti orang suci" LuXa tersenyum sinis seraya menurunkan gaun tidur bagian atasnya. "Salah satunya ini" dia meremas payudara Alexa yang terbuka.

Alecas berteriak menjerit. "Dasar cabul! Brengsek!." Alecas langsung memeluk LuXa, dia menarik tangan LuXa agar menjauh dari payudaranya.

"Ouwwhh" suara Caroline dan William terdengar, mereka berdiri di ambang pintu toilet yang sejak tadi terbuka lebar.

Mereka melihat Lucas memegang payudara Alexa dengan gaun acak-acakan.

LuXa dan Alecas hanya mematung melihat Caroline dan William yang menganga.

William berdeham dengan canggung, "Kalian.. kalian lanjutkan. Kami akan pulang" ucapnya terbata-bata sambil mengusap tengkuk.

William menarik lengan Caroline dan bersiul dengan sumbang, mencoba melepas kecanggungan.

To Be Continue..

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height