Adam Rig/C2 Benjamin Rig 2
+ Add to Library
Adam Rig/C2 Benjamin Rig 2
+ Add to Library

C2 Benjamin Rig 2

Pertama kali Adam memasuki sebuah rumah kayu yang memiliki cat cokelat, ia melirik ke kanan dan kiri.

Tidak ada tetangga...

Dan itu adalah hal pertama yang aneh bagi Adam, rumah Ben jauh dari keramaian. Memasuki semak belukar dan tertutup pohon-pohon rindang. Meskipun begitu, di dalam rumah terasa sangat nyaman dibandingkan dengan rumah panti asuhan yang Adam tempati.

Adam kecil tidak mengerti kenapa ia harus mengikuti orang asing hingga sampai kerumah orang tersebut, yang ia tahu hanya Ben memberikan baju yang layak dan tempat berteduh yang nyaman. Tanpa ada rasa curiga sedikitpun, Ben bahkan menyuruh Adam membersihkan diri selagi ia mempersiapkan makan malam.

Adam melangkah menuju dapur, melihat Ben dengan cekatan memotong daging dan sayur lalu mencampurkannya kedalam sup. Aromanya sungguh menggugah selera dengan bumbu rempah, Ben menoleh ketika menyadari bocah lelaki itu berada di belakangnya. Ben sedikit terkejut, dibalik pakaian lusuh dan wajah kotor Adam saat ia temukan di halaman panti, Adam ternyata memiliki wajah rupawan dengan hidung mancung dan alis tebalnya.

Adam hanya diam, ketika Ben menyuruhnya untuk duduk di kursi makan bocah itu hanya menurut. Adam tidak terlalu banyak bicara jika bukan Ben yang memulai percakapan terlebih dahulu, dan dari percakapan mereka berdua, dapat Ben simpulkan Adam adalah seorang anak yatim piatu sedari lahir.

Menurut cerita Adam, pegawai panti asuhan menemukan bayi Adam di pintu rumah panti. Dan mulai saat itu Adam sadari, jika kedua orang tuanya memang sengaja membuangnya. Atau seorang wanita yang hamil diluar nikah membuang bayi yang tidak diinginkan untuk lahir ke bumi ini.

"well, tidak semua kehidupan berawal dengan baik Adam..." ujar Ben, ia menaruh semangkuk sup panas dengan asap masih menguap di meja beserta makanan lainnya. Namun saat Adam mencoba menyendok sup tersebut, Ben melarangnya.

"Kau harus mencoba salmon panggang, ini khusus untukmu" ucap Ben, menyerahkan sepiring besar daging salmon lengkap dengan sausnya.

"Kenapa aku tidak boleh memakan sup itu?" Tanya Adam, Ben hanya melihat bocah itu dengan pertanyaan seperti pertanyaan anak kecil pada umumnya.

"Jika aku boleh memberi saran Adam, seorang manusia harus memiliki sebuah tata krama ketika bertemu dengan orang lain. Tidak boleh banyak bertanya jika sudah dilarang..." kata Ben, Adam hanya mengangguk lalu terdiam.

Wajah Ben memang terlihat tampan, tapi wajah itu terlihat bijaksana dan tegas. Adam menjadi segan, tidak seperti pegawai panti yang selalu memarahinya bahkan sampai memukulnya. Ben terlihat bersahabat, hanya saja terlalu tegas meski yang dia katakan adalah sebuah kebenaran dan pembelajaran. Adam mulai tertarik pada Ben...

Ben memaklumi semua hal yang dilakukan oleh Adam, bocah sekecil itu tidak pernah dididik tata krama. Dan Ben sangat menyayangkan jika seorang anak terutama laki-laki tidak terdidik dengan baik. Ditambah lagi ketika melihat dari cara Adam makan, anak itu sama sekali tidak mengetahui apapun tentang kehidupan sosial.

Adam mengeluarkan suara yang cukup nyaring setelah menghabiskan sepiring daging salmon, sendawa itu cukup mengganggu di telinga Ben yang masih asik menyantap supnya. Adam berkata bahwa ia ingin kembali pulang ke panti karena dia tidak ingin terkena hukuman jika pergi terlalu jauh. Meskipun Adam sempat berterimakasih pada Ben, namun ada satu hal yang mengganggu pikiran Ben malam ini.

"Adam, apa kamu mau tinggal disini?" Tanya Ben, Adam terlihat sedikit terkejut. Dalam hati ia bahagia, bisa keluar dari panti asuhan tersebut ketika tidak ada seorangpun yang mau mengadopsi anak-anak dari panti yang kumuh itu. Tapi disisi lain Adam sama sekali tidak mengetahui Benjamin Rig, karena pria itu secara tiba-tiba muncul dari balik kegelapan.

Dan Ben berpikir agar Adam tinggal bersamanya, di rumahnya. Membantu Benjamin mengurus rumah besar ini meski jauh dari keramaian. Lagipula, Ben sedikit prihatin dengan keadaan Adam jika bocah itu kembali ke panti asuhan.

Ben ingin mengurus Adam, mengajarkan bocah itu tata krama dalam kehidupan sosial dan belajar banyak hal. Ben ingin memiliki teman di kehidupannya yang gelap, karena semua orang yang dikenalnya di dunia ini adalah para psikopat yang tidak dapat ia percaya. Dan mengambil seorang anak kecil yang memiliki pemikiran dan jiwa yang masih sangat bersih adalah salah satu opsi baginya untuk memiliki teman dalam kesendiriannya.

"Itupun jika kau mau Adam" kata Ben lagi, tatapannya berusaha meyakinkan Adam. Meskipun Ben tahu, pada akhirnya Adam yang masih sangat polos dan tidak mengerti apapun itu pasti akan memilih tinggal bersamanya, dari pada hidup di panti kumuh itu lagi.

Karena pemikiran anak berumur lima tahun seperti Adam, pasti akan lebih memilih tempat yang nyaman meski dengan orang yang baru di kenal sekalipun.

"Baiklah Tuan Rig, aku mau tinggal di sini" ujar Adam dengan antusias yang besar, dan hal kecil itu cukup membuat senyuman di bibir manis Benjamin.

"Ini... makanlah yang banyak" kata Ben menyerahkan beberapa potong daging salmon ke piring makan Adam yang telah bersih. Ia merasa senang bocah itu mau tinggal bersamanya, dan Adam juga merasa sangat bahagia ketika perutnya tak lagi terasa lapar saat malam tiba dan harus menunggu pagi tiba untuk pembagian sarapan.

Dan lagi, rumah besar ini terlihat sangat nyaman. Meskipun sepi dan menyeramkan, Adam tidak terlalu perduli dengan hal menyeramkan selain memperdulikan rasa laparnya.

"Peraturan pertama Adam, jika aku sudah menjawab satu kali dari pertanyaanmu. Maka hentikanlah pertanyaanmu yang berulang-ulang, karena aku tidak menyukainya." Ujar Benjamin, Adam mengangguk.

"Siap Tuan Rig." Balas Adam dengan girang.

Namun beberapa saat kemudian, otaknya baru mencerna kembali.

"Lalu bagaimana jika aku ingin mengetahui sebuah jawaban jika kau tidak menjawabnya sama sekali?" Tanya Adam.

Ben lalu berdiri, mengangkat mangkuk sup dan gelasnya lalu menaruhnya di pencucian piring.

"Maka kamu harus membuat penalaran tersendiri di dalam kepalamu" ucap Ben dengan enteng.

Seketika Adam terdiam, ia terlihat berpikir sejenak. Namun beberapa saat kemudian ia melanjutkan kembali makannya, hidup bersama Ben tidak seburuk kesan pertama ketika melihat pria yang muncul secara tiba-tiba dari balik kegelapan. Ben adalah pria yang sangat royal, meskipun misterius disaat yang bersamaan.

Tinggal jauh dari keramaian dan tertutup, awalnya Adam mengira Ben adalah pria dengan ekonomi buruk sehingga harus tinggal di dalam semak seperti ini. Namun saat Adam memasuki rumah Ben, melihat semua barang antik dan mahal tertata rapi. Semua itu bertolak belakang, dan hal itu membuat Adam berpikir keras dalam menilai pria bernama Benjamin Rig.

Adam melihat punggung besar Ben tengah sibuk mencuci piring saat Adam kembali melanjutkan makannya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height