Adam Rig/C3 Benjamin Rig 3
+ Add to Library
Adam Rig/C3 Benjamin Rig 3
+ Add to Library

C3 Benjamin Rig 3

Adam tengah menonton acara televisi ketika malam tiba, tubuhnya terasa hangat duduk di sofa bersampingan dengan perapian yang menyala. Sembari menyesap cokelat hangat dan beberapa biskuit, beberapa hari tinggal bersama Ben. Tubuh Adam sedikit berisi dan lebih bersih, bahkan Ben juga menyukur rambut bocah itu agar terlihat rapih.

Tiba-tiba, Adam mendengar keributan dari luar. Tak biasanya Ben pulang kerumah disertai dengan keributan, namun saat Adam berlari keluar rumah. Terlihat Ben membawa beberapa kardus besar dan kelihatannya sangat menyulitkan Ben untuk berjalan.

Brak!

Ben menghembuskan nafas kasar setelah meletakan kardus berat itu di atas meja, Adam melirik Ben. Ingin bertanya apa isi dari kardus tersebut, namun sepertinya Ben adalah tipe pria yang tidak suka dengan pertanyaan jika tidak terlalu penting.

Ben membuka kardus pertama menggunakan pisau cutter, setelah dibuka Adam sedikit terkejut.

"Buku?" Ucap Adam tiba-tiba, Ben mengangguk. Membiarkan Adam melihat-lihat beberapa buku yang sudah pasti tidak pernah ia temui di panti asuhan kumuh itu.

"Bilang apa?" Tanya Ben.

Adam melihat ke arah Benjamin, "terimakasih Sir." Ucap Adam.

"Good boy." Ben mengusap pelan rambut bocah itu, kemudian meninggalkan Adam dengan beberapa tumpuk buku bacaan.

"Jangan lupa untuk menatanya dengan rapi" seru Ben.

"Baik Sir." Adam terlihat senang dengan tumpukan buku tersebut meski ia masih belajar untuk membaca, tidak seperti anak seusianya yang lain ketika menemukan kertas atau buku akan disobek menjadi beberapa bagian.

Adam adalah tipe anak yang menyukai kebersihan serta kerapihan, semenjak pertama kali ia datang kerumah Ben. Ben selalu mengajarkan hal itu, karena Ben tergolong psikopat yang menyukai kebersihan dan kerapihan pula.

Psikopat akan merasa terganggu dengan keriuhan dan barang-barang berserakan, apalagi kotoran sekecil apapun. Jadi, Ben cenderung memiliki tempat tinggal yang selalu bersih tanpa ada noda sedikitpun. Dan Ben juga pengagum warna putih bersih, sehingga semua dinding, lantai serta perabotan didominasi oleh warna putih pucat.

Adam mengangkat beberapa buku ke dalam kamarnya, menatanya di meja dengan rapih. Di ambang pintu kamar, Benjamin berdiri. Melihat kemampuan motorik halus dari Adam yang cekatan dan mampu menata barang-barang dengan tepat dan rapi, yang sayangnya hal sekecil itu tidak dapat dilihat atau dirasakan pegawai panti asuhan. Bahwa Adam memiliki keterampilan dan tergolong anak dengan otak kiri yang baik.

Ben selalu mengajarkan Adam membaca, menulis bahkan menggambar. Dan dari hal itu semua Adam ternyata sangat menyukai kegiatan menggambar, menuangkan segala imajinasinya di atas sebuah kertas putih bersih tanpa noda.

"Beritahu aku Adam, kenapa kau sangat menyukai menggambar dari pada berhitung?" Tanya Ben ketika ia tengah bersandar di meja belajar Adam, melihat jemari mungil bocah itu menggambar sebuah sketsa wajah yang tidak terlalu rapi tapi sangat bagus untuk dipandang.

"Buku membuatku bosan, hanya ada tulisan dan angka." Balas Adam dengan singkat, Ben menyunggingkan senyum. Bagi anak seusia Adam, buku datar tanpa gambar memang membosankan. Tapi ada sebuah tujuan ketika Ben memberi buku-buku tersebut kepada Adam.

Adam memiliki bakat dari semua anak, dan itu sangat menarik untuk Ben. Ben hanya tinggal mengasah kemampuan Adam dengan memberikan sarana dan media yang menunjang bakat anak tersebut. Tentunya kemampuan dan bakat untuk menjadi baik, tidak seperti dirinya, batin Ben.

Tok...

Tok...

Tok...

Suara ketukan pintu membuyarkan obrolan mereka, sontak mereka berdua melirik keluar kamar. Ben sekilas menatap Adam lalu pergi keluar meninggalkan Adam dengan rasa penasarannya, karena selama tinggal di rumah Ben, Adam tidak pernah melihat ada seorangpun bertamu kemari. Adam juga tidak ingin mempertanyakan hal itu, karena mungkin Ben hidup sebatang kara di dunia ini, sama seperti dirinya.

Tapi beberapa saat menunggu Ben, pria itu tak kunjung kembali ke kamar Adam. Malah, Adam dapat mendengar suara pria dewasa lebih dari satu orang. Itu aneh, dan dari cara bicara mereka, sepertinya orang-orang itu tidak cukup bersahabat dengan Ben.

Sehingga Adam memutuskan untuk mengintip keluar, kaki mungilnya menapak lantai kayu. Melangkah keluar kamar dan mengintip dibalik tembok, dari kejauhan Adam dapat melihat dengan jelas. Ada tiga orang berdiri tepat dihadapan Ben, satu pria berada ditengah seperti berusaha melerai seorang pria yang berbicara keras terhadap Benjamin.

Adam kecil tidak terlalu bisa memastikan apa yang diributkan oleh orang-orang dewasa itu, tapi satu hal yang Adam tahu. Tiga orang yang datang kerumah ini memakai topeng, dan Adam hanya tahu mereka adalah pria dewasa dari suara mereka.

"Siapa itu?!" Cecar seseorang dari tiga pria bertopeng itu, seketika membuat Adam terkejut, namun ia sama sekali tidak memiliki rasa takut meskipun topeng yang mereka kenakan terlihat menyeramkan.

"Ben, kau telah menyalahi aturan!" Bentak pria tadi kepada Ben.

Ben merutuk dirinya sendiri, ini adalah sebuah malapetaka baginya. Organisasi yang menampung dirinya tidak akan membiarkan dia berhubungan dengan manusia normal, apalagi anak kecil seperti Adam.

Belum selesai masalah yang sedang diributkan, kini Adam muncul dan memperlihatkan diri di depan anggota Night Hunter.

"Siapa dia Ben?!" Ucap seseorang sambil menunjuk Adam.

"Dia adalah anakku, Ibunya meninggal setelah melahirkan anakku." Ucap Ben berbohong, meski wajahnya meyakinkan dan itu adalah hal wajar yang dilakukan seorang psikopat. Berbohong seolah itu adalah fakta sesungguhnya.

"Siapa namanya?" Tanya pria bertopeng itu lagi.

"Namanya Adalah Adam Rig." Jawab Ben dengan mantap, tanpa berpikir ia menjawab semua kebohongan itu dengan pandai. Membuat anggota Night Hunter percaya bahwa anak itu adalah anak kandung Benjamin Rig.

"Apakah kau bisa mempertanggung jawabkan semua hal yang ada pada anak itu, Ben?!"

Ben mengangguk, berkata bahwa Adam akan menjadi salah satu dari mereka tentu saja. Meskipun Ben tidak rela akan hal itu, ini semua bertentangan dengan prinsip dasar Ben yang ingin mendidik Adam menjadi manusia normal, tidak seperti dirinya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, Adam telah memasuki dunia Ben terlalu jauh. Seharusnya Ben memikirkan hal-hal yang akan terjadi kelak sebelum mengadopsi Adam, organisasi itu tidak akan membiarkan seluruh anggotanya berhubungan dengan manusia normal. Jika itu terjadi, maka manusia itu akan mati atau menjadi pengikut mereka.

Ini semua membuat Ben menjadi bingung, Adam sudah terlanjur terlihat. Melepas Adam dan mengembalikan bocah itu ke panti asuhan adalah ide yang buruk. Night Hunter pasti akan mengejar Adam dan menculik anak itu, bahkan mungkin akan melakukan hal keji terhadap Adam.

Entahlah, jiwa psikopat Ben sedikit demi sedikit telah luntur bersama datangnya Adam ke kehidupannya.

Ben menoleh ke arah Adam, disana berdiri seorang anak kecil yang telah ia akui sebagai anaknya. Yaitu, Adam Rig...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height