Adam Rig/C6 Benjamin Rig 6
+ Add to Library
Adam Rig/C6 Benjamin Rig 6
+ Add to Library

C6 Benjamin Rig 6

Ben dan Adam duduk di sofa, lengan mungil Adam membantu membersihkan luka yang ada di dahi Ben. Sepertinya luka tersebut di dapat dari hantaman benda tumpul, entah mengapa hal tersebut membuat Adam merasa prihatin pada Ben. Pria yang hidup menyendiri dengan pekerjaan yang tidak jelas, suka berkelahi dan memiliki teman-teman yang aneh.

Adam kecil sama sekali tidak mengerti...

Ben adalah tipe pria yang irit bicara, meskipun terbilang tegas dan seorang pembimbing yang baik bagi Adam. Namun Ben tidak pernah berbicara banyak tentang kehidupannya kepada Adam, apa pekerjaan pria itu.

Ben tidak pernah menjelaskan apapun kepada Adam, mungkin karena Adam masih terlalu kecil bagi Ben.

Dan Ben berpikir jika anak sekecil Adam diberitahu kebenaran tanpa adanya sebuah pembelajaran terlebih dahulu, maka kemungkinan besar anak itu akan mengikuti apa yang dilakukan olehnya. Itu sebabnya, Ben lebih mengutamakan teori terlebih dahulu. Teori tanpa praktek, hanya kejujuran. Karena alasannya masih sama, Ben tidak ingin Adam menjadi seperti dirinya.

Maka dari itu, tidak akan ada praktek bagi Adam...

"Apa itu sakit, Sir?" Tanya Adam ketika Ben mulai mengernyit.

"Sakit adalah seni kehidupan Adam..." balas Ben, Adam kembali berpikir keras. Ucapan Ben yang tegas dan juga penuh makna menjadi keunikan tersendiri serta telah menjadi ciri khas dari Benjamin Rig.

Adam selalu menyukai hal itu dari Ben...

"Maksudmu?" Tanya Adam.

Ben hanya tersenyum simpul, "suatu saat kau akan mengerti" balas Ben singkat. Dan selalu begitu, jika Adam bertanya. Ben selalu menjawab jika sekarang bukanlah hal yang tepat untuk membahas sesuatu hal yang membuat Adam selalu bertanya-tanya tentang kehidupan Ben.

Ben selalu berkata, agar Adam belajar dan belajar. Menjadi seperti anak lain yang seumuran dengannya, meskipun ruang lingkup belajar dan bermain Adam tidak seluas anak lain. Tapi Ben memberikan segala sesuatu yang bocah itu perlukan, termasuk obrolan ringan antara Ayah dan Anak, pendidikan sosial dan pembentukan karakter anak.

Ben merasa hidupnya lebih berwarna sekarang, semenjak kematian Martha kehidupannya terasa gelap dan hancur. Sampai ia menemukan Adam malam itu, saat bocah itu mengorek sampah karena kelaparan. Dan saat itu pula jiwa psikopat Benjamin mulai luntur karena rasa simpatinya terhadap Adam. Adam yang berasal dari panti asuhan, kini secara tak sengaja menjadi anak angkatnya.

...

Berbulan-bulan...

Bahkan tahun telah berganti, anggota Night Hunter tidak pernah lagi menunjukan batang hidungnya kerumah Ben. Ben merasa sedikit lega, meskipun ia harus tetap waspada dan hati-hati karena psikopat itu manipulatif. Membuat lawannya lengah, dan saat itu tiba mereka akan datang dengan kekuatan yang penuh.

Karena itu pula, Benjamin tidak pernah mempercayai seorang Psikopat...

Ben menatap keluar jendela rumah seraya menyesap kopinya. Siang ini terlihat mendung, bahkan rintik hujan mulai terlihat dari dalam rumah. Namun anak yang ia tunggu tak kunjung pulang kerumah, tidak seperti biasanya. Adam selalu pulang sekolah tepat waktu.

"Sir... aku pulang..." tak lama suara yang Ben rindukan muncul, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun itu terlihat girang, ia membawa sebuah medali emas. Berkata kepada Ayah angkatnya itu bahwa ia baru saja memenangkan sebuah penghargaan sebagai juara kelas dengan nilai tertinggi.

Ben tersenyum melihatnya, bangga tentu saja.

Menjadi seorang Ayah ternyata sangat menyenangkan dan menenangkan jiwa, Ben bahkan sempat berharap jika kebahagiaan seperti ini akan terus berlangsung hingga dia tua dan dapat melihat Adam membawa gadis impiannya ke rumah ini. Meninggalkan pekerjaan gelapnya dan berusaha keluar dari komunitas itu, meski itu tahu itu adalah awal dari sebuah bencana.

Ben melihat Adam dengan raut wajah senangnya menempelkan piagam penghargaan tersebut di dinding dengan bingkai foto, tertulis nama Adam Rig di sana.

"Sudah?" Tanya Ben, Adam mengangguk.

"Kalau begitu mari makan..." tawarnya, Adam mengekor Ben ke dapur. Seperti biasa jika Adam pulang sekolah, makanan telah tertata rapi di meja makan. Dan Ben selalu menunggu Adam pulang agar mereka dapat makan siang bersama.

"Eit.... tidak yang satu itu..." ujar Ben, menarik perlahan sebuah piring berisikan daging panggang yang penuh dengan aneka rempah. Padahal aromanya sangat menggugah selera, tapi Adam tidak pernah mendapat izin untuk menyantap makanan selezat itu. Menimbulkan spekulasi aneh di otak Adam.

"Sir, mengapa aku tidak boleh menyantap makanan yang hanya boleh dimakan untukmu saja?" Tanya Adam, Ben sedikit melirik kearah Adam. Walaupun dalam hati ia khawatir, Adam mulai beranjak remaja. Pertanyaan yang dilontarkan bocah itu semakin banyak dan semakin intens. Membuat Ben tidak tega jika tidak menjawabnya dan membuat bocah itu bertanya-tanya di dalam hatinya.

"Kamu tidak akan mau memakannya jika ku beritahu" jawab Ben dengan singkat.

"Tapi bagaimana jika aku sudah tahu" balas Adam.

Seketika ruangan makan itu hening...

Adam menundukan pandangannya jika sudah begini, ia telah membuat Ben mulai meluapkan emosi dengan pertanyaan konyolnya. Yang sayangnya pertanyaan dasar seperti itu pasti dimiliki semua anak kecil seusia Adam.

Ben menghembuskan nafas kasar, sebagian dari kebahagiaan menjadi seorang Ayah dan sebuah kekesalan. Seperti sekarang ini, Adam benar-benar membuat emosinya tidak terkendali.

Tapi Ben tetap bersikeras untuk tidak memberitahukan kebenaran, menunggu Ben hingga dewasa mungkin akan memakan waktu yang lama.

Karena Ben merasa, waktunya tidak terlalu banyak untuk mengajarkan semua hal pada Adam termasuk menjelaskan kebenaran akan kehidupannya.

Walaupun sekarang kehidupan mereka sudah aman, karena anggota Night Hunter tak lagi datang kerumah mereka dan menyebabkan perkelahian. Tapi entah mengapa, di dalam hati Benjamin. Sesuatu yang besar akan terjadi dan mungkin saja waktu yang di milikinya bersama Adam hanya sebentar.

Ben berharap itu hanya sebuah perasaan saja, karena besarnya rasa kasih seperti Ayah kepada anaknya.

"Apa kau sudah siap untuk mengetahui segalanya Adam?" Tanya Ben, dahi Adam berkerut. Ia pikir Ben akan memarahinya dengan ucapan bijaksana dan suara lantangnya seperti yang biasa pria itu lakukan.

Ternyata tidak..

Dan pertanyaan Ben barusan menimbulkan kegirangan tersendiri bagi Adam, disisi lain ia dapat mengetahui kehidupan Benjamin yang asli. Pria yang telah menolongnya dengan banyak hal. Dan disisi lain, juga menjawab semua kejanggalan yang Adam lihat dari semenjak ia bertemu Ben.

Sebuah pembelajaran bagi Adam, pikir Adam begitu.

Namun bagi Benjamin, ini bukanlah sekedar sebuah pembelajaran.

Seperti pelajaran pada umumnya, namun materi pembahasan psikopat jika di pelajari hingga sedetail mungkin. Bisa jadi membuat mereka yang mempelajarinya menjadi hilang kendali. Halusinasi, stress bahkan berujung depresi. Jika seseorang tidak mampu membedakan antara realita dan imajinasi dengan baik. Maka kegilaan akan menghampiri.

Namun, jika seseorang bisa menguasai segala aspek yang ada di dalam materi psikopat itu sendiri. Maka, bisa jadi seseorang tersebut memiliki bakat menjadi psikopat.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height