C9 Benjamin Rig 9
Tahun kembali berganti...
Dan hari ini masih sama, mendung dan rintik hujan mulai terlihat. Tidak ada satupun tanda-tanda dari anggota Night Hunter kembali ke rumah Ben semenjak malam itu, Ben tidak ingin merasa aman. Ia tetap harus waspada, terutama pada Adam yang sudah remaja. Bocah itu sudah berusia empat belas tahun.
Ben ikut senang dengan perkembangan Adam yang semakin baik, anak itu sudah bisa membedakan hal baik dan buruk. Kejahatan dan kebaikan, bertahan dan menyerang. Serta hidup dan mati. Ben berharap suatu saat nanti, Adam dapat menggunakan kelebihannya untuk menolong orang lain. Karena Adam memiliki sebuah cita-cita kecil yang selalu ia katakan kepada Ben, jika suatu saat ia akan menjadi seorang Dokter dan ahli bedah untuk menolong orang-orang.
Ben tersenyum mengingat hal itu, Adam memiliki segala yang diperlukan untuk menggapai cita-citanya. Dan dengan senang hati Ben akan memberikan segala fasilitas yang diperlukan anak itu agar keinginannya dapat terpenuhi.
Tok... tok... tok...
Ben menoleh, dari dalam rumah yang seluruh dindingnya terbuat dari kaca ia dapat melihat seorang pria mengetuk pintu rumahnya. Ben melangkah menuju pintu, membukanya dan berhadapan langsung dengan pria yang sudah lama tidak ditemuinya lagi.
"Well, sepertinya aku tidak melakukan kesalahan apapun sehingga membuatmu kemari." Ucap Ben.
"Aku akan menilangmu karena parkir sembarangan" balas pria yang mengenakam jaket hitam.
Mereka berdua tertawa...
Ben mempersilakan pria itu masuk kerumahnya, Bram adalah salah satu petugas kepolisian namun pria itu adalah salah satu anggota Night Hunter. Pembunuh bayaran sama seperti Ben, hanya saja, Bram lebih sering memata-matai kegiatan polisi agar tidak dapat mencium keberadaan komunitas Night Hunter.
"Katakan padaku, apa Adrian masih menyekap gadis itu? Kapan dia akan membunuhnya?" Tanya Ben mencemooh, dulu Adrian sering mengejek dirinya lantaran berhubungan baik dengan seorang wanita, bahkan hingga menikah. Namun sekarang, dari rumor yang beredar, pria itu malah menyekap seorang gadis yang tidak rela ia bunuh.
Itu konyol, batin Ben...
Bram menghembuskan nafas kasar, "itulah yang menjadi permasalahan." Balas Bram, raut wajahnya terlihat berbeda. Dan Ben menyadari jika ada sesuatu yang salah, sepertinya hari ini Bram datang membawa kabar yang menarik.
"Katakan padaku Bram!" Kata Ben, mereka saling beradu pandang. Bram menghisap rokoknya dalam-dalam lalu mematikannya agar asapnya tak mengganggu pandangan mereka.
"Beberapa tahun yang lalu Adrian mendekam di penjara" ujar Bram membuka ceritanya, dan itu cukup mengejutkan bagi Ben. Adrian, psikopat gila itu. Bagaimana polisi menemukan dan menangkapnya? Apa dia sengaja menyerahkan diri.
"Entah apa yang ada dipikiran Adrian saat itu, tapi kami berhasil mengeluarkan Adrian dengan cepat dari penjara. Tentunya dengan biaya yang tidak sedikit..."
"...tapi, itu bukan pokok permasalahannya. Adrian telah bebas dan kami pikir Adrian benar-benar dapat melepaskan gadis itu atau setidaknya membunuhnya, karena gadis itu terlalu banyak tau..."
"...tapi, ketika salah satu anggota Night Hunter mencoba membunuh gadis itu, Adrian membatalkan rencana pembunuhan tersebut dan itu menjadi salah satu pemberontakan bagi Night Hunter." Jelas Bram panjang lebar, Ben berpikir sejenak. Cerita Adrian sama persis dengan yang dialaminya dulu bersama Martha, namun sayang Martha terlanjur mati dan Night Hunter menang dalam menerapkan peraturannya.
"Ben... aku mengerti kejadian ini sama persis seperti yang kau alami, tapi apakah sekali lagi kau akan tetap mendukung Night Hunter dengan peraturannya yang tidak adil?" Tanya Bram, Ben mengangguk mengerti. Iapun berpikir demikian, tapi menantang Night Hunter sama halnya dengen menantang maut. Mereka lebih kuat dari seribu orang sekalipun.
"Apa sekarang kau berpikir jika Night Hunter mulai tidak seimbang Bram?" Tanya Ben.
"Ya, aku memang tidak ingin mengakuinya karena Night Hunter sendiri dimulai dari Ayahku. Karena Ayahku yang membangun dan mengawali semuanya, dengan banyak tentangan tentunya." Kata Bram, Bram memang tidak ingin komunitas yang dibangun oleh mendiang Ayahnya hancur. Tapi sepertinya sekarang hancur adalah kata yang tepat dari pada melihat sebuah organisasi disalahgunakan demi kekuasaan semata.
"Jadi, sebenarnya apa tujuanmu kemari Bram?" Tanya Ben langsung pada intinya, Bram seperti mebacakan dongeng di malam hari. Menceritakan kejadian yang saling berhubungan, padahal Ben tahu, inti dari semua cerita itu bertujuan sesuatu.
"Adrian sedang membuat rencana..."
"Cih! Apa dia sekarang lebih mengutamakan seorang wanita dari pada perkumpulannya? Aku tidak membela Night Hunter, tapi dimana harga diri seorang Psikopat?" Protes Ben menyela kalimat Bram.
"Dengarkan aku Ben, aku tidak membuat penawaran dua kali. Aku tahu kau dan Adrian dulu sangat dekat, jadi aku memberitahumu" kata Bram.
"Sangat dekat sampai gadis itu muncul..." sindir Ben.
"Apa yang salah pada kalian berdua? Ini hanya soal wanita." Protes Bram.
"Martha meninggal dan tidak ada seorangpun yang membantuku." Cecar Ben.
"Itu karena sifat angkuhmu Ben, apa kau mau mengulang kesalahan untuk kedua kalinya? Apa kau akan membiarkan Night Hunter seperti ini terus?" Tanya Bram, Ben hanya diam. Saat Martha disinggung emosinya mulai naik, seolah ia masih tidak rela jika wanita itu benar-benar pergi untuk selamamya.
"Kau boleh pergi Bram..." kata Ben dengan suara dingin, ia tidak ingin lagi terlalu ikut campur dalam komunitas yang mulai tidak seimbang itu. Lagipula, dia sudah bahagia bersama Adam di rumah ini.
"Baiklah, aku tahu sekarang kau sudah hidup bahagia bersama anak itu. Dan kuharap kau benar-benar yakin dengan keputusanmu untuk keluar dari organisasi, seperti yang Adrian lakukan. Meski Night Hunter tidak akan pernah menyetujui hal itu." Kata Bram lalu beranjak pergi, Ben hanya membuang muka saat pria itu meninggalkan rumahnya.
Sungguh, Benjamin tidak ingin berurusan lagi dengan komunitas itu. Apalagi saat menemukan salah satu anggota yang mencoba membunuh anak kecil, sepertinya Night Hunter mulai tidak sejalan dengan pemikirannya.
Cekle...
"Sir, apa aku baru saja melihat seseorang keluar dari rumah ini?" Tanya seorang lelaki yang berdiri di depan pintu.
Lelaki dengan postur tubuh tinggi dan kurus menenteng buku-buku tebal, Adam bertanya-tanya. Karena seperti yang pernah ia lihat dulu, jika seorang teman atau anggota komunitas Ben datang kerumah ini, maka akan terjadi perkelahian dan pengrusakan barang-barang.
Tapi, yang satu ini tidak...
Bahkan beberapa tahun lamanya mereka tidak pernah memiliki tamu...
"Ya, salah satu temanku. Tidak usah dikhawatirkan, ayo kebelakang rumah dan belajar simpul tali." Ujar Ben dengan wajah datar, lalu beranjak menuju halaman belakang. Adam hanya membuntuti Ben, firasat Adam mengatakan ada sesuatu yang aneh. Sepengetahuan Adam, Ben tidak memiliki teman yang ramah. Dan pria yang baru saja keluar dari rumahnya itu terlihat sangat ramah dan tersenyum kepada Adam saat berselisihan di depan rumah.