+ Add to Library
+ Add to Library

C33 TIGAPULUHDUA

Tin... tin...tin...

Suara klakson mobil dari depan rumahnya berhasil membuat Vodka bangkit berdiri untuk mengintip, siapa gerangan yang baru punya mobil sehingga harus memamerkan begitu.

Namun saat matanya menatap ke arah truck kuning yang di dalam gerobaknya di penuhi oleh teman-teman sekolahnya, sekarang Vodka paham siapa tersangka itu.

Vodka benar-benar tidak percaya, bahwa ternyata mereka semua sangat mengidolakan Darren, hingga sampai kekebiasaan abangnya juga harus di ikuti.

Ingin rasanya Vodka menolak untuk berurusan dengan orang-orang seperti abangnya lagi.

Walau begitu, mau tidak mau, pada akhirnya Vodka keluar dari rumahnya. Ia sudah mamakai satu set pakaian olahraga yang baru dibelinya, sambil membawa tas kecil yang berisi ponsel dan power bank.

Vodka sangat yakin, bahwa setelah pertandingan, mereka akan pergi nongkrong dulu di suatu tempat, sebelum pulang ke rumah masing-masing.

"Harus banget ya pakai truck?" Tanya Vodka setelah mengunci gerbang rumahnya.

Randy yang ternyata menjadi salah satu supir dari tiga truck yang datang, turun. Lalu laki-laki itu dengan bangga mengatakan bahwa ini adalah kebiasaan organisasi sejak Darren menjadi ketuanya. Yah, seperti yang di tebak Vodka sejak awal.

"Yaudah, lo duduk di depan bareng gue. Kagak pantes cewek naik ke belakang" katanya, yang sangat disyukuri oleh Vodka.

Tidak masalah untuknya, jika ia di biarkan untuk duduk di depan dan bukannya harus berdiri dengan penuh kobaran semangat di belakang bersama yang lain.

"Kalian bisa menang nanti?" Tanya Vodka begitu truck kembali dijalankan.

"Kita mah mainnya santai. Menang kalah sekolah kita selalu ikut acara ini kok. Yang diperlukan kebersamaannya dan masalah menang kalah, itu urusan belakang" kata Randy semangat. Yah ini sungguh khas Darren sekali. Yang paling terpenting adalah kebersamaan. Darren selalu menganggap teman itu seperti keluarga, sama seperti Mama mereka, Raya.

"Trus nih truck mau di parkirin dimana nanti?" Tanya Vodka penasaran. Ia mengingat jelas luas parkiran sekolah Saka, hanya saja gerbang untuk memasuki area parkiran sedikit pendek, karna memang di peruntukkan untuk mobil pribadi saja.

"Ada yang ngurusin masalah itu nanti. Anggota-anggota organisasi kita juga. Ini serunya kalau kita punya anggota dimana-mana" jelas Randy.

Sungguh, selama Vodka menjabat sebagai ketua organisasi itu, ia hanya terlibat dengan anggota-anggota yang jauh lebih senior, yang berurusan langsung dengan bisnis yang berada di bawah naungan organisasi mereka. Vodka juga mendapatkan seluruh informasi mengenai Rio dari organisasinya. Beberapa orang anggota bahkan sudah di tugaskan untuk selalu berada di sekitaraannya, menjadi sebuah bayangan yang tidak akan terlihat. Tapi ketika Vodka membutuhkan bantuan mereka, Vodka hanya cukup memanggil nama mereka.

Mamanya ternyata sangat sukses dalam memperluas organisasi. Hanya abangnya Kalvin yang tidak ingin berurusan dengan organisasi karna berniat ingin menjadi seorang politikus.

Sesampainya mereka di sekolah Saka, gadis itu menatap ke sekeliling. Sungguh, jantungnya sangat berdebar saat ini.

Seperti perkataanya, kedatangan mereka memang menjadi pusat perhatian. Yah, siapasih yang tidak pernah mendengar Sekolah Garuda, yang sejak dari dulu terkenal kebingisannya saat tawuran. Itu disaat tahun-tahun kakeknya, Afka yang memang memiliki kenakalan minta ampun.

Hanya saja, sekolah mereka saat ini terdengar tenang dan tidak pernah mencari perkara karna harus menghargai organisasi. Namun ketika sekolah lain berusaha merusak kedamaian Garuda, mereka tidak akan segan-segan meladeninya dan memperlihatkan seperti apa Garuda itu.

Mengingat area gym di sekolahnya yang selalu ramai di gunakan oleh murid-murid Garuda, Vodka sudah tidak perlu mempertanyakan kekuatan-kekuatan teman-temannya.

Randy keluar pertama kali dari mobil. Laki-laki itu ber jalan ke arah pintunya dan membukanya. Randy merentangkan tangannya, meminta Vodka untuk menyambutnya.

Walau bingung, Vodka mengikuti keinginan Randy. Dan ternyata, ketua kelasnya itu membantunya turun dari mobil dengan cara di gendong, yang sesungguhnya sangat tidak di perlukan, karna Vodka sering menaiki truck milik Darren.

"Ini tinggi. Kalau lo lompat, kaki lo yang patah" katanya dan benar saja. Ternyata Randy memarkirkan trucknya tepat di pinggir aspal, yang memiliki jarak cukup tinggi antara tanah dan aspal. Sehingga jarak lompakan juga cukup tinggi, yang mampu mematahkan kakinya.

Lalu Randy membantu membuka dan menutup tutup bak belakang trucknya setelah memastikan teman-temanya turun semua.

Randy kembali datang ke arahnya, lalu menggenggam tangannya. Hamzah yang juga baru datang ikut melakukan hal itu ke tangannya yang lain.

"Disini ramai. Bisa-bisa lo hilang nanti dari kami" kata Hamzah. Yah, tampaknya semua laki-laki ini menganggap Vodka sebagai sibungsu mereka.

Mereka semua berjalan dengan santai, menyusuri gerbang, masuk beramai- ramai. Teman-temannya masih melontarkan ocehan-ocehan lucu yang selalu berhasil membuat Vodka tertawa.

Sesekali ia melirik ke sekeliling dan menemukan orang-orang yang tidak asing. Mulai dari teman-temannya dari sekolah lamanya ataupun teman-teman Saka.

Menjadi perempuan sendiri di sekeliling laki-laki jelas menarik perhatian banyak orang.

"Sekolah ini memang penghasil cewek cantik ya" gumam Hamzah dari sampingnya, yang tidak berhenti melirik sekelilingnya dengan kagum.

"Sekolah kita, walau ceweknya cuma satu, cantinya udah kayak bidari" Randy ikut menimpali dengan kagum, melirik ke arah Vodka.

Haruskah Vodka bangga mendengar hal itu? Teman-temannya tidak pernah terlihat segan maupun canggung dalam hal memuji.

Mereka berjalan menuju bangku penonton yang sudah dipersiapkan untuk sekolah mereka. Vodka memilih duduk di depan dengan teman-temannya yang lain, dan membiarkan Randy dan Hamzah memasuki lapangan.

Tas serta keperluan teman-temannya di titip kepada Vodka, karna memang area peristirahatab teman-temannya yang bertanding tepat di depannya.

"Lo tau Vod, kapten lawan kita itu lagi terkenal-kenalnya sekarang, karna kemarin mukulin geng motor. Trus disangkutpautkan sama organisasi kita yang memilih diam aja daripada menunjukkan kejantanan" info Bri menunjuk ke arah Saka, yang saat ini sedang berdiskusi dengan teman-temannya sebelum pertandingan di mulai.

"Trus respon kalian gimana?" Tanya Vodka penasaran. Pasalnya, setelah mendengar informasi ini, grup organisasi mereka ramai mengenai berita itu. Vodka hanya mengirimkan dua kalimat, tapi berhasil mendamaikan suasana grup kembali.

"Kita ribut, itu jelas! Ramailah perbincangan di grup, minta izin buat kasih sedikit pelajaran. Kurang lebih begitu. Senior pada marah, nolak usulan. Tapi junior merasa diremehkan, tetap keukeh minta dikasih izin. Eh si boss langsung bales dengan kalimat begini, Jangan jadi orang-orangan sawah. Bentuk ada, otaknya enggak ada. Sebenarnya kalau di pahami sekarang, kalimat itu sedikit ambigu, karna Boss enggak kasih tau dia lagi memihak siapa. Tapi walau gitu, semua orang jadi sadar diri dan minta maaf sendiri. Kami sampai janji buat enggak akan buat onar sepihak lagi. Sumpah, gue ngefands parah sama si Boss. Penasaran gue sama wujudnya" ucap Bri penuh semangat.

Vodka tersenyum bangga. Dia tidak benar-benar menyadari bahwa dirinya sangat di hormati, walau mereka tidak pernah melihat sesosoknya.

"Kita banggalah, kehadiran si Boss jadi motivasi sendiri ke kami sem—," ucapan Bri terhenti saat matanya menatap ke depan.

Bingung, Vodka ikut melihat ke arah tatapan Bri. Matanya membola terkejut, saat melihat Saka berdiri di depan mereka, menatap dengan dingin kearah Vodka.

Tampaknya, debutnya sudah di mulai sekarang.

Saka, laki-laki yang pernah menjadi gebetannya, dan hubungan mereka harus kandas tanpa dimulai, karna Vodka merasa mereka berdua tidak cocok dalam segi apapun. Saka yang posesif dan Vodka gadis yang bebas.

"Kayaknya gue enggak tunggu sampai dua tahun untuk hubungan ini" kata Saka terang-terangan, masih dengan tatapan mata dinginnya.

Dua tahun. Yah, itu adalah waktu yang di berikan Papanya kepada Saka untuk mengikat hubungan mereka ke jenjang yang serius.

Dalam waktu dua tahun, Saka harus berhasil mengambil hati Vodka, karna berhubung Vodka menolak lamaran Saka. Jika dalam dua tahun Saka tidak berhasil menarik perhatian Vodka, maka dengan secara terpaksa, tidak akan ada restu dari kedua orangtua Vodka.

Namun bagi Vodka, jalan terbaik adalah menghilang dan bukannya mengulang hubungan mereka kembali, karna ia sudah tahu akhir dari perjalanan ini.

Walau begitu, Vodka sedikit penasaran, apa yang akan dilakukan Saka nantinya.

Tbc

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height