All I Need, Its You Babe!!/C35 TIGAPULUHEMPAT
+ Add to Library
All I Need, Its You Babe!!/C35 TIGAPULUHEMPAT
+ Add to Library

C35 TIGAPULUHEMPAT

Suasana Cafe sudah tampak rame saat mereka sampai. Untuk merayakan kemenangan pertandingan basket mereka tadi, Saka memang meminta teman-temannya untuk berkumpul di cafe dengan dirinya yang akan mentraktir.

Ia menoleh ke samping, tepatnya ke arah gadis yang sedari tadi melirik ke arah cafe seberang. Cafe yang bangunannya hampir tertutup karna ada tiga mobil truck yang terparkir di depannya.

Ketika melihat beberapa orang Garuda yang ia kenal, akhirnya Saka mengerti mengapa gadisnya ini sedari tadi hanya melirik ke arah sana.

Wajar sih, mengingat gadis ini sekarang menjadi salah satu bagian dari Garuda.

"Enggak senang bareng aku disini?" Saka tidak berniat sinis, namun ternyata nada ucapannya malah terdengar sinis di pendengarannya.

"Kelompok gue disana. Jelas gue lebih senang disana dan bukannya disini seperti merayakan kekalahan kami" wajah cemberut Vodka sudah cukup menjelaskan perasaanya saat ini.

"Salah mereka sendiri. Enggak punya kemampuan, tapi nantangin" ejek Saka dengan lugas.

Sungguh, Vodka di buat terpana dengan Saka yang ia lihat saat ini. Dari mana Saka belajar kalimat-kalimat sinis seperti ini? Kemana perginya Saka yang santai dan ramah itu?

"Anterin gue ya kasana? Gue dari dulu canggung gabung sama teman-teman lo. Janji deh entar pulangnya barengan sama lo" ucap Vodka dengan suara memohon, lengkap dengan mata yang berkaca-kaca. Apalagi saat ini Vodka menampilkan wajahnya yang menggemaskan, untuk menarik perhatiannya.

Ya Tuhan...

Saka mengalihkan pandangannya ke arah lain, merasa tidak sanggup melihat wajah menggemaskan Vodka. Jika ia tidak memiliki kontrol diri, mungkin dia akan refleks menjawab iya.

Tapi sekarang, ia harus membuat Vodka mengikuti perkataanya dan memenuhi beberapa persyaratan, jika ingin keinginan gadis itu tercapai.

Contoh salah satunya, barang itu.

Ia mengambil sesuatu dari dalam tas-nya. Sebuah benda yang akan menjadi pengikat hubungan mereka plus penanda untuk laki-laki lain, bahwa gadis ini sudah ada yang punya.

Saka mengeluarkan kotak beludru hitam yang selalu ia bawa kemana saja setelah lamarannya di terima oleh orangtua Vodka. Ia mengeluarkan cincin berlian dengan design sederhana dari dalam kotak, lalu memasangkannya ke jari manis gadis itu.

Walau tampak kebingungan, Vodka terlihat terpana menatap cincin yang ada di jari manisnya.

Syukurlah! Saka bernafas legah karna tampaknya Vodka menyukai pilihannya.

"Ini tampak mahal" ucap gadis itu penuh kekaguman. "Dijual laku berapa ya?" Tanya Vodka yang kini melihat kearahnya dengan penuh harap.

Apa?

Saka mengedipkan matanya beberapa kali. Merasa tidak percaya Vodka menanyakan hal itu.

"Bercanda" ucap gadis itu tersenyum lembut. Bahkan tampak terkekeh kecil karena berhasil membuat wajah Saka yang terlihat tidak menyangka dengan responnya tadi.

Seseorang pernah mengatakan padanya, untuk membuat dia jatuh cinta, kita hanya perlu membuatnya tertawa. Tapi setiap kali Vodka tertawa, Saka-lah yang malah semakin jatuh cinta.

Vodka kembali melihat ke arah cincinnya, dengan tatapan senang. Saka hanya berharap, tatapan senang pada wajah gadis itu memang murni menunjukkan bahwa ia senang dengan pemberian dari Saka dan bukannya senang karna sedang memikirkan beberapa harga yang cocok dengan cincinnya.

"Cincinnya jangan di lepas! Entar, kalau nanti hubungan kita udah offical, gue ganti cincinnya dengan yang lebih bagus" ucap Saka dengan sayang.

Tangan besarnya mengelus rambut gadis itu, masih belum menyangka, bahwa kini gadis itu berada disisinya, di tempat seharusnya Vodka berada.

Ya Tuhan, betapa sayangnya dia pada gadis itu, hingga terlihat kesusahan hanya untuk memalingkan pandangan.

"Okey. Yuk, anterin gue kesana. Gue enggak bisa nyebrang di jalan besar" kata Vodka yang kini sudah bangkit berdiri.

Saka mengikuti gadis itu. Ia bangkit berdiri, setelah menyimpan kembali kotak beludru itu ke dalam tas-nya.

Mereka berjalan beriringan keluar dari cafe dengan tangan yang saling menggenggam. Setelah mengatakan pada Jeff bahwa dia akan pergi sebentar, mereka berdua berjalan keluar dari cafe.

Jalanan cukup ramai saat ini, mengingat sekarang adalah jam pulang para pekerja. Tangannya yang sedari tadi menggenggam tangan gadis itu tidak pernah lepas barang sedetikpun. Saka bahkan tidak membiarkan jarak Vodka menjauh darinya.

Setelah berhasil menyebrang, mereka berdua masuk ke dalam cafe. Ternyata saat ini teman-teman Vodka sedang makan.

Seluruh kepala orang yang berada di dalam cafe refleks mendongak saat melihat mereka masuk. Vodka menyapa semua teman-temannya dengan tersenyum.

Namun melihat beberapa laki-laki yang menatapnya dengan penuh perhitungan membuat tubuhnya kembali tegang seperti hewan yang sedang menjaga buruannya agar tidak direbut oleh pemangsa yang lain.

"Kalian udah lama?" Tanya Vodka begitu mereka sudah berdiri di sebuah meja panjang tempat teman-temannya berkumpul.

Kapten basket lawannya langsung tersenyum begitu mendengar nada ceria Vodka. "Belum lama. Makanan juga baru datang. Lo mau makan dulu apa gimana? Biar dipesan sama si Bri" katanya ramah.

"Kayaknya makan juga deh. Kenalin ini Saka. Kalian pasti udah kenal tadi kan?" Tanya Vodka tenang.

Mendapati kesempatan, Saka langsung berucap. "Gue Saka, tunangan Vodka." Katanya menekankan kalimatnya, berharap semua orang bisa sadar diri dengan posisi mereka.

Namun, bukannya tatapan tidak suka yang ia dapatkan, seperti dugannya. Melainkan tatapan ramah yang terlihat legah oleh semua orang.

"Bilang dong bro lo tunangannya tadi. Kan kita jadi salah paham. Sory ya, soalnya kita nganggap Vodka adek, jadi kudu dilindungin dari laki-laki lain" kapten basket yang menjadi lawannya tadi berucap ramah.

Saka ikut terkekeh. Perasaan tegangnya tadi menguap secara perlahan, karna merasa tidak harus bersaing dengan siapapun.

Setelah memastikan Vodka akan baik-baik saja bersama teman-temannya, ia kembali ke tempatnya, dimana teman-temannya sudah menunggu untuk perayaan mereka. Ia tidak mungkin meninggalkan teman-temannya begitu saja, ketika mereka hadir untuk perayaannya.

Setelah kepergian Saka, barulah Vodka merasa lebih rileks. Jujur saja, dia bukan gadis yang suka memperlihatkan hubungannya di depan orang lain. Terutama di depan teman-teman Saka, yang hampir sebagian dari mereka berharap hubungan mereka segera berakhir.

"Gue jadi pengen minum alkohol" desah Vodka menyandarkan tubuhnya yang kelelahan.

Randy dengan tulang ayam yang ada di tangannya menatap Vodka dengan bingung. "Emang lo bisa minum alkohol Vod?" Tanyanya penasaran, apalagi saat mengingat nama gadis itu adalah Vodkawisky.

Gadis itu mengangguk. "Gue udah mulai minum alkohol dari umur lima tahun. Itu juga untuk tradisi suku sepupu gue sih" jawabnya enteng yang berhasil membuat semua teman-temannya kaget.

Lima tahun sudah di perbolehkan minum alkohol? Mereka jelas sungguh takjub. Apalagi saat mengingat diri mereka di masa lalu, disaat umur itu, mereka malah mabok susu dan bukannya alkohol.

"Trus kenapa nama lo jadi Vodkawisky Vod? Penasaran gue" tukas Bri yang terlihat penasaran.

Vodkawisky? Gadis itu terlihat terkekeh ketika mengingat jawaban dari mamanya.

"Karna sampai usia kandungan Mama gue sembilan bulan, mereka enggak sadar kalau gue ada pada saat itu. Sedangkan saat itu merupakan hari kebebasan orangtua gue yang merasa masih abegeh. Jadi hampir tiap hari mereka minum alkohol, bahkan pada saat gue masih di dalam kandungan. Kenapa gue bilang kebebasan, karna pada saat itu persis banget orangtua gue baru diriin pabrik minuman alkohol. Mereka berdua dengan gabutnya menjadi pengolah yang bekerja sebagai pencicip setiap kali produksi dilakukan. Apakah minuman itu sesuai standar mereka dan layak di jual atau enggak. Jadi biar sebagai pengingat, akhirnya mereka buat nama Gue itu, karna kebetulan juga gue lahir di pabrik itu" Vodka berucap sambil terkekeh.

Tidak akan ada orang yang menyangka bahwa seperti itulah sejarah dari namanya. Untung saja Vodka lahir dalam keadaan yang sehat tanpa cacat sedikitpun. Dan bisa jadi, hal itu juga yang menyebabkan dirinya juga menyukai kedua minuman itu, tidak seperti abang-abangnya.

Tbc

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height