All I Need, Its You Babe!!/C36 TIGAPULUHLIMA
+ Add to Library
All I Need, Its You Babe!!/C36 TIGAPULUHLIMA
+ Add to Library

C36 TIGAPULUHLIMA

Vodka bukan jenis perempuan seperti biasanya. Ia lebih suka pantai dibandingkan Mall. Ia lebih suka seblak di bandingkan tas branded. Ia lebih suka nanam kangkung dibandingkan nongkrong di cafe-cafe. Tapi ketika Saka memutuskan untuk menjadi pacarnya secara sepihak, disitulah jiwa iblis Vodka meronta-ronta. Ia tentu tidak akan diam saja. Ia juga membawa dua orang lainnya yang ikut campur dalam hubungannya pada penyiksaan yang ia buat. Seperti hari ini, sejak siang tadi hingga kini jam sudah menunjukkan angka jam delapan malam, Vodka membawa ketiga orang itu berkeliling Mall.

Setiap lantai mereka habiskan waktu dua sampai tiga jam. Bahkan tak jarang dia mendengar keluhan karna kelelehan dari ketika orang itu. Syukurin!!!

Kali ini Vodka memasuki toko kosmetik. Dengan pengunjung yang ramai, pada akhirnya ia meminta ketiga orang itu untuk menunggunya di depan toko. Tampilan Randy, Jeff dan Saka yang terlihat kelelahan sudah cukup membuktikan bahwa penyiksaan Vodka berhasil kepada ketiga orang itu.

Mereka bertiga hanya diam membisu, sesekali melihat ke arah pengunjung lain yang lewat di depan mereka.

"Ada gak skincare yang bisa mencerahkan masa depan? Soalnya kalau gue lihat-lihat, kelam kayaknya masa depan gue?" Ucap Jeff tiba-tiba.

"Ada, air wudhu" Randy menjawab dengan santai.

"Lucu sekali kayak babi. Yuk ngepett" sarkas Jeff berhasil membuat mereka bertiga tertawa.

"Untung udah punya masa depan gue" sindir Saka melirik ke arah toko dengan mata berbinar-binar. Tepatnya menatap ke arah Vodka. Walau mereka bertiga sedang mengobrol seperti ini, tidak pernah Saka melepaskan pandangannya dari gadis itu.

"Tiba-tiba sifat pelakor gue meronta-ronta nih. Enak kali ya ngancurin hubungan orang" gumam Jeff dengan berani.

"Pelakor? Perebut laki orang?" Randy menatap kedua orang itu dengan ngeri.

"Iya bund, emang kenapa?" Jeff menyeringai yang semakin membuat Randy merasa jijik.

"Jangan di dengarin! Kalau manusia dilahirkan sepaket dengan otak, cuma si Jeff paket otaknya ke damage. Dimaklumi aja ketolollannya." Ujar Saka santai, tampak biasa menghadapi sifat lebay temannya.

"Cari yang normal dong Jeff. Banyak kayaknya cewek yang suka sama lo" kata Randy teringat dengan fands-fanda tim Saka. Apalagi mengingat Jeff itu wakilnya Saka. Bahkan jika dilihat-lihat, Randy saja mengakui sebagai laki-laki kalau wajah Jeff tidak ada yang salah sama sekali.

"Susah. Mereka cuma ganjen doang. Giliran udah sayang, malah ngilang" ketus Jeff jujur.

"Ya makanya jangan mudah baper, kalau udah tau hati lu rapuhnya kayak wafer" dengus Randy.

"Dulu dia mah parah cuy. Pernah mencintai perempuan sampai goblok. Perempuannya hilang, eh goblolnya kagak. Sudah terbukti sadboy" ejek Saka terkekeh.

"Jangankan mereka. Orangtua gue aja ninggalin gue" ucap Jeff santai, membuat Randy terdiam karna merasa bersalah, namun tidak dengan Saka yang semakin tertawa.

"Kan udah gue bilang, kalau ada yang jahatin lo, yang ninggalin lo gitu aja, jangan dibalas sama kejahatan kayak hidup lo yang hancur sekarang. Doakan saja, trus tusuk boneka. Biasanya kalau masih satu pulau, masih ampuh itu" tukas Saka masih terkekeh.

Randy hanya bisa cengo melihat ekpresi kedua orang itu saling menghina kelemahan. Tidak ada tampak kemarahan apapun dari wajah Jeff ketika Saka melontarkan ucapan itu, sebaliknya Jeff malah ikut tertawa.

Randy mengangguk paham. Oh, inikah yang disebut sudah menerima keadaan? Masa lalu sudah tidak bisa membuat Jeff terpuruk lagi. Melainkan menjadi bahan candaan dirinya. Randy cukup terpana melihat lapangnya dada Jeff menerima rusaknya hidupnya sendiri. Tertawa terus, meski hati tidak terurus.

Obrolan, obrolan terus berlanjut. Lebih tepatnya obrolan yang lebih banyak menghina Jeffnya di bandingkan obrolan tidak berfaedah lainnya, hingga Vodka keluar setelah menghabiskan waktu satu jam hanya untuk berbelanja kosmetik.

Ingat, obrolan yang paling berfaedah itu adalah kekurangan dari teman kita sendiri. Teman dalam artian teman, bukan teman sembarangan.

Setelah selesai berbelanja, gadis itu akhirnya mengajak mereka semua pulang. Mereka mengantar Jeff dan Randy pulang terlebih dahulu, barulah rute terakhir rumah gadis itu.

Selama perjalanan pulang, Saka hanya terdiam saja. Tidak seperti biasanya. Bahkan Vodka berkali-kali melihat Saka yang mengepalkan tangannya seperti sedang menahan sesuatu, yang tidak bisa Vodka tebak. Entah itu kemarahan, ataupun sesuatu yang salah yang tidak sengaja gadis itu lakukan.

Ketakutan Vodka semakin menjadi saat Saka malah memarkirkan mobilnya, lalu mengikutinya masuk ke dalam rumah, dan bukannya pulang karna jam sudah cukup malam.

Walau begitu, ia tetap membiarkan Saka masuk ke dalam rumahnya.

Namun saat setelah selesai menutup pintu, Saka dengan tiba-tiba menyergapnya. Saka mengukung tubuhnya dengan kedua tangan laki-laki itu.

Gadis itu yakin, wajahnya pasti sudah memucat saat ini, apalagi ia tiba-tiba teringat cara ketiga pelaku yang menculiknya dulu mencengkram dan mengukung tubuhnya.

Perlakuan Saka yang tiba- tiba ditambah Vodka yang belum menghidupkan lampu rumahnya jelas memperburuk keadaan.

"Kkk—ka, kennnapa? Aada yang salah?" Cicitnya gugup dengan pelan, apalagi saat ini merasakan wajah Saka hanya beberapa centi dari wajahnya.

Ia bisa mendengar deru nafas frustasi Saka. Entah apa yang sedang dipikirkan laki-laki itu sebenarnya.

Lalu, sebuah gumpalan kenyal menyentuh bibirnya dengan perlahan. Sangat perlahan hingga tubuh Vodka samakin kaku, karna takut bergerak. Apalagi kini sebuah benda basah seperti sedang mengelus bibirnya secara bergantian. Bibir atas dan bibir bawah secara perlahan.

Gadis itu sudah tidak bisa memikirkan apapun, apalagi saat ia mendengar desahan pelan dari bibir Saka. Sialan, sedang apa sebenarnya mereka.

Lama mereka berdua dengan posisi itu, hingga bahkan kini gadis itu sudah tidak bisa berdiri lagi, dan baru menyadari, bahwa satu-satunya penopang tubuhnya masih berdiri adalah tangan Saka yang memeluk tubuhnya dengan erat.

"Sialan!!" Umpat Saka setelah melepaskan pagutan bibir mereka dengan berat hati.

Ini salah.

Ia harus bisa menahan diri. Vodka terlalu berharga hanya untuk ia rusak tanpa ikatan sah seperti ini. Ia tidak mungkin melakukan itu, ketika ia sangat menghargai gadis itu.

Ia menggendong Vodka menuju sofa, setelah menghidupkan lampu baca yang berada di atas nakas. Suasana temaran apalagi dengan deru nafas mereka yang memburu semakin memperkeruh pertahanan Saka.

"Maaf" bisiknya pelan, berharap gadisnya itu tidak marah dengan perbuatannya barusan. Ia masih memeluk Vodka, dengan gadis itu yang kini duduk diatas pangkuannya. Wajahnya yang berada di ceruk leher gadis itu membuat Saka semakin kelimpungan.

Sialan!!

"Besok-besok, jangan pakai lipstick rasa strowbery itu di depan aku lagi. Parfum ini juga jangan dipakai kalau lagi di dekat-dekat aku. Pertahanan aku tipis, aku takut enggak bisa kontrol diri lagi" desah Saka merasa bersalah.

Namun Vodka tidak mengatakan apa-apa.

Apakah Vodka marah kepadanya?

Sungguh, hati Saka tidak bisa tenang saat ini.

"Tapi ini lipstick baru. Parfumnya juga baru aku beli. Masa gak di pakai" rungut Vodka setelah beberapa saat.

"Ohh" hanya kata itu yang bisa terlontar dari Saka. Lebih tepatnya, ia tidak tahu harus merespon seperti apa.

Dia tidak mungkin bilang kepada Vodka bahwa gadis itu boleh memakainya saat bersama orang lain. Itu jelas tidak mungkin. Mana bisa ia membiarkan orang kehilangan akal hanya karna mencium aroma parfum gedis itu. Mana bisa dia membiarkan hal itu terjadi.

Perjuangan Saka untuk tetap waras selama di perjalanan saja agar tidak menerkam gadis itu saja sudah sangat berat. Bagaiaman sekarang? Apalagi saat melihat wajah Vodka yang terlihat sedih saat ia mengatakan bahwa Vodka tidak usah memakai kedua produk itu lagi.

"Duh, aku enggak tau Vod" keluh Saka frustasi. Jika ia ditanya, apakah ia menyukai kedua produk itu saat di pakai Vodka, maka Saka akan menjawab cepat, bahwa ia sangat suka. Apalagi saat merasakan rasa strowberry dari bibir manis gadisnya itu. Ia hampir kehilangan akal.

"Terserah kamu deh kalau mau pakai atau enggak. Tapi jangan salahin aku kalau aku minta icip ya" putusnya akhirnya.

"Trus kalau yang lain minta icip juga, gimana?" Goda Vodka dengan iseng.

"Boleh, tapi tanyain dulu ke mereka. Mereka mau kain kafan warna apa nanti." Jawab Saka enteng, walau dalam hatinya ia sudah mengumpati orang-orang yang mencoba akan melakukan hal itu.

Mana mungkin dia membiarkan orang lain menyentuh gadisnya. Bahkan sebelum mereka menyentuh Vodka, tatapan lebih dari sepuluh detik saja sudah membuat orang itu masuk ke dalam daftar buruannya untuk masuk guci. Lihat saja!! Dia jelas tidak akan membiarkan orang lain mendekati gadisnya.

Tbc

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height