BarraNeska/C5 Chapter Four
+ Add to Library
BarraNeska/C5 Chapter Four
+ Add to Library

C5 Chapter Four

Thank for Reading.

***

"Aezar kemana sih lama banget," grutu Aneska yang sedari tadi menunggu Aezar di halte dekat sekolah tapi laki-laki itu tak juga keluar.

Sudah lima belas menit Aneska menungu laki-laki itu tapi entah di mana kini sahabat nya itu berada. Hingga tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depan Aneska dan gadis itu tahu itu bukanlah mobil Aezar namun mobil itu terasa tak asing untuknya hingga seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut. Dan benar saja mobil itu memang tak asing baginya karena mobil itu adalah mobil milik Barra, ya laki-laki itu yang keluar dari mobil tersebut.

"Ayo pulang," ajak Barra yang langsung menariknya.

Aneska yang melihat tangannya di tarik laki-laki itu, langsung saja ia berteriak dan minta di lepaskan hingga Barra yang jengah dengan tingkah gadis itu yang membuat malu langsung membekap mulut gadis itu dan langsung memasukkannya ke dalam mobilnya.

Untung saja di sana sudah tak terlalu banyak ada orang yang berada di sana. Gadis itu berhasil membuatnya jengah dengan tingkahnya. Namun bagi Aneska ini begitu dejavu. Ia jadi mengingat saat waktu itu Barra memaksanya untuk mengantar pulang.

"Aezar lagi ada urusan dia nyuruh gue buat nganter lo," ucap Barra menjelaskan mengapa kali ini mengantar Aneska.

Lagi pula mengapa laki-laki itu harus menjelaskannya? biasanya juga Barra akan langsung membawanya tanpa mau repot menjelaskannya lebih dulu. Apa kini laki-laki itu sudah mulai menumbuhkan akhlak dalam dirinya.

Kini Aneska begitu merutuki Aezar yang sepertinya memang sengaja melakukan hal tersebut. Ia sengaja meminta Barra yang mengantarnya pulang, padahal Mamanya meminta Aezar yang mengantarnya. Aneska merasa seperti sedang di jual demi kepintingan laki-laki itu.

Saat di perjalanan tak ada yang membuka pembicaraan, Barra pun sudah mengetahui dimana rumah gadis itu jadi ia tak perlu bertanya di mana rumah Aneska. Namun yang membuat Aneska bingung adalah, Barra bukanya berjalan ke arah rumahnya tapi berjalan ke arah jalan yang berbeda dari arah rumahnya.

"Barra lo mau culik gue ya?" tanya Aneska dengan takut-takut. Takut jika laki-laki itu akan menjadikannya sebagai tawanan.

Ia takut Barra begitu terobsesi padanya dan menyekap Aneska di rumah laki-laki itu. Sial, mengapa ia bisa berpikir terlalu jauh dengan begitu pede seperti itu? Memangnya ia siapa hingga laki-laki seperti Barra akan menyukainya dan terobsesi padanya? Aneska menggeleng mengenyahkan pikiran buruk tersebut dari kepalanya.

"Pede banget lo, gak ada untungnya buat gue nyulik lo," timpal Barra dengan datarnya.

Aneska malah mengerucutkan bibirnya mendengar hinaan dari Barra. Memang apa salahnya jika ia berpikir seperti itu? lagi pula ini salahnya yang membawa Aneska entah kemana tanpa berkata terlebih dulu, jelas saja Aneska akan berpikir buruk.

Namun, jika di pikir-pikir apa yang Barra katakan benar apa untungnya laki-laki itu menculik dirinya? Yang ada laki-laki itu hanya akan di rugikan karena Aneska yang banyak makan.

Sibuk dengan pikirannya sendiri hingga ia tak menyadari kemana Barra membawanya, dan kini mereka sudah sampai di tempat tujuan, dengan Aneska yang masih dengan pikirannya. Hingga Barra memanggil gadis itu barulah ia tersadar dari lamunannya.

"Eh udah sampai?" tanya Aneska sambil melihat kesekeliling hingga kini matanya menatap penuh binar pada pemandangan di depannya.

Aneska segera turun dan melihat ke sekililing melihat ke indahan pemandangan yang tersaji di depannya. Sebuah Danau yang menampilka ke indahannya. Senyuman mengembang di wajah cantik gadis itu ia memang begitu suka dengan pemandangan alam dan lihatlah kini pemandangan yang tersaji di depannya begitu indah hingga ia enggan untuk mengalihkan matanya dari pemandangan di depannya.

"Sini Nes duduk," panggil Barra yang sudah duduk di rerumputan hijau yang terasa begitu nyaman untuk di duduki bagai rumput itu adalah rumput buatan karena terasa empuk dan bersih.

Aneska segera berjalan ke arah Barra lalu duduk di samping laki-laki yang tengah berselonjoran tersebut. Mereka kini saling melihat ke arah depan melihat pemandangangan di depan mereka yang terasa begitu menenangkan.

"Gue tuh suka banget lihat pemandangan alam gini," ucap Aneska dengan senyumannya memberitahu Barra jika ia memang menyukai pemandangan alam seperti ini.

"Ini tempat gue di saat gue banyak pikiran buat nenangin diri," ucap Barra yang kali ini juga ikut menceritakan tentang nya.

Aneska melihat ke arah Barra dengan senyumannya, ia tak menyangka laki-laki irit bicara seperti Barra akan mau repot-repot menceritakan hal seperti itu padanya yang jelas bukan siapa-siapa nya.

"Tempat ini emang cocok sih buat jadiin tempat buat nenangin diri," ucap Aneska dan kembali melihat ke arah depan.

Barra melihat ke arah Aneska melihat lama pada gadis cantik yang kini ikut duduk dengan berselonjor di sampingnya. Gadis yang belakangan ini selalu bisa untuk menarik perhatiannya. Gadis yang berhasil merobohkan bentengnya untuk tidak lagi tertarik pada gadis manapun tapi gadis itu hadir dan perlahan meruntuhkannya.

***

Aneska berjalan memasuki cafe sambil melihat ke sekeliling cafe mencari sahabatnya yang katanya sudah menunggunya. Ia memang memiliki janji dengan sahabat nya untuk bertemu di cafe yang lumayan dekat dengan rumahnya.

Tak lama ia melihat sahabatnya yang tengah memainkan ponselnya dengan segara Aneska berjalan ke arah sahabatnya itu dan langsung duduk di depan sahabatnya yang ternyata sudah memesankan minuman untuknya sesuai dengan apa yang selalu ia pesan. Sepertinya sahabatnya itu sudah hapal dengan apa yang selalu ia pesan.

"Udah lama nunggu?" tanya Aneska pada sahabatnya itu saat sudah duduk di hadapat sahabat nya yang bernama Bintang.

"Udah lumutan malahan," ucap Bintang yang terdengar begitu sarkas sambil memutar matanya jengah.

Aneska yang mendengar hal tersebut hanya bisa terkekeh, ia tahu sahabatnya itu pasti kesal karena lama menunggunya.

"Ya sorry," ucap Aneska dengan senyuman yang menampilkan deretan gigi putihnya.

"Eh gimana FHS Nes?" tanya Bintang mengingat mereka berada dalam sekolah yang berbeda. Bintang lebih memilih sekolah yang biasa saja karena ia tak ingin membebani mamanya yang harus bekerja banting tulang untuknya.

Ia memang bukan berasal dari keluarga miskin namun juga bukan dari keluarga berada seperti Aneska, ia hanya anak dari keluarga biasa saja yang untungnya tak pernah kekurangan. Ayahnya sudah meninggal empat tahun lalu sehingga mama nya yang harus bekerja untuknya. Mama nya pun hanya memiliki butik yang cukup terkenal.

"Bagus, tapi gak enak gak ada lo," ucap Aneska sambil mengerucutkan bibirnya membuat Bintang terkekeh mendengarnya.

"Udah dapet cogan nya belum?" tanya Bintang dengan menaik turunkan alisnya menggoda Aneska yang kini memutar bola matanya jengah mendengar pertanyaan gadis itu.

"Gue denger sahabat-sahabat nya Aezar ganteng-ganteng loh Nes," ucap Bintang dengan senyumannya. Ia begitu penasaran bagaimana pendapat Aneska tentang sahabat Aezar. Karena ia tahu gadis itu begitu tahu memilih yang mana yang tampan dengan standar tinggi.

"Lumayan ganteng, tapi ada nih ye yang bule itu ganteng banget sih mana menggoda. Terus yang lain mukanya pada blasteran sih jadi pada ganteng tapi ada nih yang ganteng nih di anatara yang blasteran tapi cuek dan gila," ucap Aneska yang mulai menceritakan.

Bintang kini memajukan tubuhnya mulai fokus mendengarkan cerita yang akan Aneska ceritakan padanya.

"Eh lo inget ada cowok aneh yang nganter gue pulang pas gue baru putus?" tanya Aneska pada Bintang. Bintang berpikir sejenak sebelum membalasnya dengan anggukan saat ia mengingat jika Aneska pernah bercerita padanya jika ada laki-laki aneh yang mengantarnya pulang.

"Itu tuh sahabatnya Aezar," ucap Aneska yang langsung membuat Bintang memelototkan matanya mendengar hal tersebut.

"Yang bule?" tanya Bintang yang Aneska balas dengan gelengan.

"Ganteng di antara yang blasteran," ucap Aneska membuat Bintang mengangguk.

Selanjutnya mereka mulai bercerita kembali. Aneska yang menceritakan bagaimana Barra memperlakukannya. Hingga ia menceritakan bagaimana laki-laki itu mengajaknya ke Danau.

****

Thank for Reading all

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height