Bring Me Heaven/C5 The Bodyguard II
+ Add to Library
Bring Me Heaven/C5 The Bodyguard II
+ Add to Library

C5 The Bodyguard II

"dia tak lagi seperti yang dulu tuan.."

Ia tahu betul siapa yang dimaksud dengan dia, gadis mungil nan ceroboh yang dinikahinya beberapa tahun silam. Ia tersenyum mendengar segala sesuatu yang berkaitan dengan gadisnya. Berdiri tegap memegang selembar kain putih yang diberikan andrew, membersihkan bercak darah dan kotoran yang menutupi wajah tampannya. kali pertama mereka berhadapan setelah bertahun-tahun terpisah, atau lebih tepatnya menghindar.

"jangan memanggilku seperti itu andrew!" bantahnya.

"baiklah... Alex!"

"atau Kalvian?" lelaki diseberangnya menyunggingkan senyuman. Sangat identik memang, namun andrew sangat memahami karakter keduanya. Alex dengan segala pesona yang mematikan dan kalvian memiliki sejuta keindahan juga kecerobohan.

"tuan alexander..." andrew membungkuk hormat kepada alex, sungguh ia tak menyangka alex tidak benar-benar mati. Memang meragukan jika seorang mikhailov yang memiliki kekuasaan dan kecerdasan meninggal hanya dengan beberapa tembakan. Alex mencengkram kuat bahu andrew, terharu... Andrew masih mengenal jelas dirinya, bahkan jika alex memiliki seribu kembaran dimuka bumi ini, andrew pasti tetap akan mengetahui alexander yang asli.

"brother..." mereka berpelukan, kedua penjahat yang sempat meroket namanya diseluruh penjuru Rusia. Sebelum seseorang mencoba menghancurkan keamanan hidup mereka, musuh dalam selimut dan belum lagi soal percintaan yang tak memiliki jalan keluar hingga beberapa nyawa menjadi korbannya. Royalitas alex, kepatuhan andrew dan persatuan mereka hancur lebur setelah semua orang menganggap semuanya telah berakhir menjadi damai.

Namun, tak ada yang bisa mengelak dari takdir. Mereka dipertemukan lagi dalam sebuah ketidaksengajaan atau rekayasa seseorang...

Andrew mengerutkan keningnya, menjauh dari alex beberapa langkah sambil memijit pelipisnya, "andrew!" panggil alex tanpa mengalihkan pandangannya dari andrew, tingkah laku andrew mengingatkannya pada peristiwa silam. Andrew.. Mata-mata sekaligus tangan kanan alex menemukan jalan buntu, itu artinya musuh bisa jadi lebih kuat dari mereka atau tepatnya lebih licik dan mematikan..

"jawab pertanyaanku andrew!"

Hening...

***

Elizabeth Mansion

Brakkk!!!

Cengkraman kuat dileher will membuatnya tak dapat mengeluarkan sepatah katapun, "apa kau menyembunyikan sesuatu dariku pak tua?" wajah andrew memerah menahan amarah, cengkraman itu membuat beberapa urat ditangannya tercetak jelas..

"sial...!!" andrew melepas kasar cengkramannya, si tua will hanya bisa terbatuk memegangi lehernya.

"kau harus menjelaskannya sekarang will!" tegas andrew.

"apa maksudmu andrew?" huk...huk...

Dada bidang dibalik kaos hitam naik turun seiring emosi yang meluap, kekesalannya dipermainkan. Ambisinya untuk membalas dendam kini buntu ditengah jalan. Ia mengingat dan mendengar dengan baik...

"jawab pertanyaanku andrew!"

"seseorang mempermainkanku, menuntunku kepadamu tuan.."

"apa??"

"aku bekerja kepada seorang pengusaha, untuk melindungi keluarganya dari seseorang... Seseorang yang selalu aku cari, begitupun dengan Anastasia... Seseorang yang telah memporak-porandakan hidup kami.. Hidup kita semua..."

"seseorang yang membunuhmu, tuan alexander!"

"katakan padaku! Kepada siapa kau bekerja?"

"keluarga... Tepatnya keturunan keluarga elizabeth, tuan... Elizabeth ke VI"

"mereka keluarga besar Leonard, andrew.. Apa kau mengingatnya?"

.

.

.

.

.

.

Leonard!!!

Leonard!!!

Leonard!!!

Nama terkutuk itu terus terngiang ditelinganya, berputar dikepalanya seperti kaset rusak. Mungkin kalvian tak salah memilih pengawal pribadi, ia lebih cerdik dari andrew..

"cih... Lebih cerdik dariku, ia hanya takut berhadapan denganku" gumam andrew sementara will berdiri dan mencoba melarikan diri masih memegangi lehernya. Andrew mendengar pergerakan kaki dengan telinganya yang sangat tajam. Ia membiarkannya... Lama, "bodoh" bisiknya sambil menyunggingkan senyum ia mengambil sesuatu dari dalam saku...

"rusa buruanku sedekat ini heh"

Dor!!!

"arrrghhh..."

Ketukan berat sepatu menghampiri will yang tengah terkapar memegangi bahunya tepat berada didepan pintu keluar.

"terlalu pagi untuk menemukan apa yang telah kau sembunyikan will!" dengan nada santai andrew berjongkok dihadapan will.

"sekarang katakan padaku dimana dia?"

"dia tak pernah datang... Arghh" rintih will..

"lalu...?"

"aku bersumpah andrew, aku tak mengetahui keberadaannya. Ia hanya ingin kau menjadi pengawal pribadiku... Arggg! Ku mohon andrew, ia tak pernah memberitahuku" will memohon dengan darah segar masih mengalir.

Brakkk!!!

"ayaaaah!!"

"marinka! Pergilah!" teriak will sementara gadis itu hanya terdiam takut melihat sang ayah bersimbah darah didadanya, andrew tersenyum sinis ia memiringkan kepala pertanda ide jahat muncul diotaknya.

Ia berdiri dan menarik paksa lengan marinka, "tidak!! Ayah!" teriakan panik marinka tanpa sempat menghindar..

"tidak!! Andrew.. Ku mohon! Putriku tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini" will momohon sambil merintih...

"kau tahu bagaimana kejahatanku dengan para sandera will.."

"temukan leonard... Jika ingin puterimu selamat" ancam andrew lalu menarik paksa marinka pergi..

"ayaaaahh!"

"Marinka..."

***

Andrew membuka pintu apartemen miliknya, mendudukan marinka dengan kasar dikursi makan yang terbuat dari kayu. Marinka memperhatikan sekeliling, apartemen tua yang secara keseluruhan terbuat dari kayu. Penerangan minim dan lantai yang berdecit, ahh... Ini sungguh menjijikan baginya.

"hmm... Tuan" panggil marinka

Sementara andrew tengah sibuk membersihkan diri, membuka kaos miliknya sehingga tubuh berotot itu terlihat jelas dipenglihatan marinka dan membuatnya sulit untuk menelan salivanya sendiri.

Andrew mengambil handuk disamping marinka sambil mengawasi gadis mungil yang sedari tadi tak berkedip melihatnya.

"apa?"

"aku lapar..." rengek marinka...

Astaga! Seharusnya ia tak membawa gadis manja ini, merepotkan. Andrew mangambil sekantung mie instan, menaruhnya kepiring kecil dan memasukannya kedalam microwave.

Ting!

"ini... Makanlah!"

Marinka terdiam...

"apa kau ingin aku suapi juga gadis manja" kesabaran andrew hampir habis, ingin sekali ia melemparkan gadis ini ketengah jalan.

"tanganku tuan..." rengeknya.

Sial.. Bagaimana mungkin aku melupakannya...

Andrew merutuki kebodohannya sendiri, ia membuka ikatan ditangan marinka dan mengizinkan gadis itu makan.

Andrew bersandar didinding masih dengan kondisi telanjang dada, ia memikirkan bagaimana gadis ini tidur sementara hanya ada satu tempat tidur.

"arggg" ia mengacak rambutnya frustasi, seharusnya fikiran jahat itu tak terbesit diotaknya.

"kau tidak makan tuan?" marinka bergidik ngeri melihat andrew yang seperti orang tidak waras. "kau makan saja sendiri, dasar cerewet!" bentak andrew yang membuat marinka akhirnya menutup mulutnya.

Gadis mungil dengan segala kepolosan dan pesonanya, andrew hampir tak dapat menahan diri berhadapan dengan marinka. Ia takut melukai gadis itu, gadis yang selama ini menghantui malamnya.

"tuan..."

Ia berbalik, menatap tubuh mungil yang telah menjungkir balikan hari-harinya.

"apa?" jawab andrew malas

"kau boleh tidur disini" tambahnya.

Marinka melangkah pelan menuju kasur, ia membaringkan tubuhnya lelah setelah seharian terikat.

"apa kau punya masalah dengan ayahku tuan?" tanya marinka disamping andrew.

"bukan urusanmu!" ketus andrew.

"kau tahu, ia bukanlah ayah kandungku... Aku sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua kandungku" lanjut marinka yang membuat andrew tertarik mendengar silsilah keluarga elizabeth..

"aku diadopsi oleh keluarga elizabeth ketika umurku 5 tahun tepat setelah kejadian penculikan atas diriku.." tambahnya

"kau pernah diculik? Lalu sebelumnya, kau tinggal dengan siapa?" tanya andrew

Marinka menganggukan kepalanya, tak memungkiri kejadian pahit yang terjadi padanya beberapa tahun silam. "aku hanya hidup berdua dengan kakakku, aku tak mengerti apa pekerjaan kakakku hingga kami harus selalu bepindah rumah" terangnya..

"lalu... Apa kau berhasil menemui kakakmu?"

Ia menggeleng sedih, "aku ingin menemuinya jika aku mengetahui keberadaannya. Bertanya kepadanya apakah ia tak mencariku?" sebulir bening menetes diwajah tirusnya, andrew hanya bisa memijit pelipisnya ketika berhadapan dengan wanita yang sedang menangis.

"baiklah young lady, aku akan membantu mencari kakakmu jika nanti urusanku sudah selesai." jelas andrew...

Mata marinka berbinar, sedih dan senang menjadi satu. Ia memeluk andrew dengan kuat pertanda terima kasih kepada andrew. Sementara tubuh andrew menegang menerima sentuhan marinka, ia mengelus pelan pundak marinka dengan lembut.

"kita akan mencarinya, aku berjanji... Tapi siapa nama kakakmu itu? Mungkin aku mengenalnya." tanyanya

"Nikolai... Thomas Nikolai Hardy"

"apa...?"

Andrew melepas kasar pelukan marinka...

No... God!!!

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height