Bring Me Heaven/C9 In The Name of Love
+ Add to Library
Bring Me Heaven/C9 In The Name of Love
+ Add to Library

C9 In The Name of Love

"jawab aku pengecut! Atau aku akan...."

"Tidak perlu Mon Amour!"

"alex..."

...

"anastasia..." bisik alex dari jarak tak kurang dari dua kaki, membuat bulu kuduk ana merinding serta peluh menetes dari dahi membasahi wajah cantiknya. Keganasannya tertutupi oleh kecantikannya, kecantikannya sebanding dengan cintanya terhadap alexander. Ana telah menjual jiwanya kepada iblis, iblis tersebut kini ingin keluar dari persembunyian. Yang letaknya tak jauh dari hati yang ia berikan seutuhnya beberapa tahun silam kepada suaminya.

"terima kasih albert, kau boleh pergi sekarang!" titah alexander, mengingat seseorang masih duduk ketakutan dibalik tubuh anastasia. Albert kemudian buru-buru memasukan uang kedalam koper dan berlalu pergi.

Alex kembali menatap mata indah yang sedari tadi memperhatikan dirinya. Kini ia tak tahu mantra apa yang dapat melunakan anastasia melihat kondisinya saat ini, tanpa senjata dan alex tak mungkin melawan istrinya sendiri. Alex melepas nafas kasar, seharusnya ia telah mengetahui ini dari kejauhan hari. Ana akan menemukannya dan meminta penjelasan, dan harusnya ia punya alasan yang tepat agar ana tak membencinya.

"we need to talk mon amour..."

"TALK TO MY GUN.... Damn you!" setengah terbata ana berusaha agar bicaranya sebaik mungkin, ia telah menahan air mata sedari tadi. Rindukah ia, bencikah ia? Ana sendiri tak mengerti keadaan tubuhnya saat bertemu alexander. Nafas tersengal dan tangan yang menggenggam pistol itu bergetar pertanda ana menahan tangisnya, dan alex bisa melihatnya. Alex menggeram frustasi, berharap semoga bulir bening itu tak terjatuh dari mata indahnya, alex tak dapat melihat wanitanya menangis.

"you love me baby, and you're not gonna shot me..."

"we'll see..." balas ana

"turunkan senjatamu ana!" bujuk alex perlahan, alex tak menemukan titik kelemahan ana. Ia berusaha berbicara sebaik mungkin agar peluru itu tak menyakiti siapapun, termasuk menyakiti ana.

"ana... I'm begging you!" ana menggeleng tetap pada posisinya akan menekan pelatuk kearah alexander.

"ana...."

Ceckle

"ANAAAA!!!!" bentak alex

"Diam!!!"

Dor!!!

Peluru tersebut mengenai lengan alex, ia sengaja tak menghindar. "aku bilang diam disana! Dan jangan pernah membentakku!" ketus ana, sementara alex memegangi lukanya ana bersiap dan melempar pistol tersebut kesembarang arah.

Bugh!!!

Ana menyerang alex dengan tinju diwajah dan satu tendangan diperutnya, alex tersungkur seketika. "ana, apa yang kau lakukan?" tanya alex lemah.

"aku akan membunuhmu dear, sekarang bangun!"

"BANGUN! Dan LAWAN AKU ALEX!!!" Bentak ana

"BANGUN!!!" teriakan ana hingga kepenjuru gedung, membuat orang-orang yang ada disana begidik ngeri.

"kau tahu, aku takkan melawanmu ana.." balas alex dengan nada lembut membuat emosi ana kian memuncak.

Aaaaarrrgghhhh....

Seiring teriakan ana, ia menyerang alex dengan brutal. Alex tak mencoba melawan dan hanya menghindar, beberapa bogem mentah hampir mengenai wajah alex jika saja alex tak menangkap tangan ana.

"ana... Apa yang terjadi padamu?" tanya alex dengan nafas terbata, kali pertama ia berhadapan dengan sisi lain dari diri anastasia. Mungkin alex takkan kewalahan menghindar atau mungkin ia akan langsung menyelesaikannya jika saja bukan istrinya sendiri yang ia lawan...

"FIGHT ME!!!"

"i won't dear..." balas alex

Bughhh!!!

Lagi-lagi, ana memukul lantai. Barang-barang milik albert kini telah mereka porak-porandakan, pecahan kaca yang mengiris wajah mulus ana makin membuat semangatnya berapi-api. Alex mencoba menangkap ana, melumpuhkannya.. Namun kelihatannya ana sangat gesit dalam perkelahian ini, alex menggelengkan kepala dari mana ana belajar semua ini. Alex pikir ana hanya ahli dalam persenjataan.

BRRUAGGHHH!!!

Pintu dengan lapisan baja tersebut rubuh seketika, memperlihatkan pergulatan kedua manusia berbeda jenis yang sedari tadi tak kunjung mereda. Seluruh penghuni gedung tersebut berlari ketakutan, para sandera terbebas dari penjara yang kini tak terjaga.

"miss me mon amour?" kekeh ana

"kau tahu aku selalu me-..."

Bughhh!!!

Sebelum melanjutkan bicaranya bogem mentah ana membuat kepala alex serasa berputar, "oh shit! That's my girl" alex bergumam sambil menampilkan smirknya.

Rambut hitam itu tergurai seiring perkelahiannya dengan alex, membuat tubuh alex memanas ingin merenggut rambut indah tersebut.

"ana stop!" ana terkekeh melihat alex mengeluarkan senjata api yang ternyata bersembunyi sedari tadi dibalik sakunya.

"now you're gonna shot me?" ejek ana

"akan kulakukan jika terpaksa" balas alex serius, membuat senyum diwajah ana luntur seketika. Ana tak menyangka alex akan menepati kata-katanya.

Aaargghhhhh!!!

Bughhh!!!

Ana menyerang dan menjatuhkan alex sebelum pria itu siap menekan pelatuk, pistol tersebut melayang kearah udara dan terjatuh tak jauh dari mereka. Alex mencoba menjangkau pistol tersebut, namun ana terus menghujaninya dengan beberapa pukulan. Baiklah... Sekarang wajahnya dipenuhi luka lebam akibat ulah istrinya sendiri.

Kegaduhan dari luar gedung tak membuat kedua sejoli ini menghentikan kegiatan mereka, beberapa pasukan mengitari seluruh gedung. "andrew! Kau berhutang jawaban padaku." cecar nic yang siap menggenggam senjatanya dibalik pintu masuk bersama sahabat lamanya.

"nanti saja nic, sekarang kita selesaikan masalah dua orang ini dulu" balas andrew yang ditanggapi dengan anggukan oleh nikolai.

"kau mau mengetoknya?" tanya andrew

"kau saja!" balas nic acuh.

Sementara didalam gedung terjadi kerusakan parah, bangunan ini seperti gedung berhantu dengan barang-barang rusak yang terjadi karena ulah kedua pasangan ini. Masih diposisi tadi, ana masih sangat bersemangat menyerang alex. "ana.. Stop!" keluh alex sambil berusaha menjangkau pistol.

"aku tidak akan berhenti sampai aku membunuhmu, bajingan!" ketus ana

"ada masalah yang lebih penting dari masalah kita mon amour..." tambahnya

"persetan dengan semuanya..."

Ceckle

"ana... I said stop it!" ana terdiam ketika moncong pistol tersebut menekan kuat dahinya, peluh dan darah segar mengalir menghiasi wajah tampan alexander. Mereka terdiam, hanya nafas naik turun keduanya yang menjadi suara satu-satunya digedung ini. Posisi menguntungkan bagi mereka, ana masih menduduki tubuh alex dan alex yang mengacungkan pistol kepada ana. Ana terkekeh...

"kill me!" bisik ana

"what?"

"i said kill me!!!" teriaknya

Alex menggeleng, ia takkan mungkin mempunyai keberanian membunuh ana. Tak ada alasan yang tepat untuk membunuhnya, walaupun ana berniat mati-matian akan membunuh dirinya. Namun alex hanya akan membalas ana dengan kelembutan, mengurung ana dikamar dan memukul bokongnya mungkin. Alex mengeluarkan smirknya...

"kalau kau tak menekan pelatuknya, aku yang akan melakukannya..." cecar ana sambil memegang pistolnya, kini jemari mereka menggenggam pistol yang sama, alex mengernyitkan keningnya tak mengerti apa yang dibicarakan anastasia.

"jika kau menginginkan kematian kita saat ini, kau harus memulainya denganku!" alex mengarahkan pistol itu kearahnya.

"kill me! it's ok baby, I Love You!" bisik alex yang akhirnya membuat ana menjatuhkan air mata, dengan lemas ana menggeleng tak sanggup membunuh alex dan melepaskan genggamannya. Tubuhnya bergetar, alex melemparkan jauh pistol tersebut dan merengkuh tubuh ana kedalam pelukannya.

BRAKKK!!!

Andrew mendobrak pintu dan beberapa pengawal terheran-heran melihat kedua pasangan ini, tak terkecuali nikolai yang melototkan matanya melihat pemandangan aneh dihadapannya.

Kini mereka berpelukan dengan posisi anastasia masih berada diatas alexander.

"tak apa andrew, kalian boleh keluar!" titah alex kepada andrew dan seluruh pengawal tersebut keluar dari gedung dengan senyuman mengembang, majikan mereka telah akur. Itulah yang ada didalam kepala semua bodyguard Ivanovic. Tak terkecuali andrew, ia melebarkan senyumnya bahagia tentu saja. Mereka takkan lagi terpecah-belah, mereka akan bersatu kembali. Teka-teki ini sudah berakhir, sekarang yang mereka akan lakukan adalah mencari dalangnya....

***

If I told you this was only gonna hurt

If I warned you that the fire's gonna burn

Would you walk in? Would you let me do it first?

Would you let me lead you even when you're blind?

In the darkness, in the middle of the night

In the silence, when there's no one by your side

If I told you we could bathe in all the lights

Would you rise up, come and meet me in the sky?

Would you trust me when you're jumping from the heights?

When there's madness, when there's poison in your head

When the sadness leaves you broken in your bed

I will hold you in the depths of your despair

And it's all in the name of love

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height