BUKAN AKU TAK SETIA/C6 Kebohongan
+ Add to Library
BUKAN AKU TAK SETIA/C6 Kebohongan
+ Add to Library

C6 Kebohongan

"Oh, maaf, Ya." Raja pikir Cahaya tersedak tadi karena tersinggung oleh ucapannya, jadi merasa perlu minta maaf. "Sabar ya? Mungkin belum saatnya punya."

"Nggak pa-pa, A. Aa sendiri, sudah nikah?" tanya Cahaya mengalihkan pembicaraan yang dari tadi seakan memojokkannya, dengan pertanyaan Raja tentang dia dan Kim.

"Belum, Ya."

Cahaya tersentak kaget, walau senang hatinya, saat mendengar pengakuan Raja.

Pertandakah?

"Kenapa?" Cahaya semakin ingin tahu tentang kehidupan Raja, setelah mereka berpisah begitu lama.

"Belum ketemu yang cocok saja."

Hati Cahaya semakin senang, ada penyesalan tadi sudah berbohong, dengan mengatakan sudah menikah dengan Kim. Tapi sudah terlanjur.

Nyesel lagi kan?

Cahaya melihat sekeliling kantin yang makin sepi, tinggal petugas catering yang sedang membereskan bekas jamuan. Melihat jam yang melingkar di tangan, cukup lama juga ternyata dia berbicara dengan Raja, tiga puluh menit lagi ke waktu masuk kerja.

"Em, waktu istirahat setengah jam lagi, A. Aku belum sholat juga," ucap Cahaya bangun, dan mendorong kursi yang didudukki ke belakang. Raja mengikuti tanpa menjawab.

"Boleh minta nomor ponselnya, Ya?" tanya Raja saat kami melangkah keluar dari kantin.

"Boleh."

Mendengar jawaban Cahaya, Raja merogoh ponselnya di saku kemeja, lalu mengulurkan pada Cahaya.

Cahaya membelalak saat melihat tampilan wallpaper ponsel Raja, dia tidak salah lihat. Wallpaper ponsel Raja seperti ... photonya? Benarkah?

Tapi, belum sempat Cahaya bertanya, Raja mengambil mengambil kembali ponselnya dengan tergesa, saat menyadari apa yang sudah Cahaya lihat di sana,

"A ... itu --"

"Maaf, kamu-kamu ... sebutkan saja nomornya!" Raja tampak gugup, sesuatu yang berusaha dia tutupi terbuka begitu saja. Kenapa dia bisa lupa?

"Itu ... seperti .... "

"Berapa, Ya?" Raja memotong perkataan Cahaya, wajahnya terlihat merona.

'Duh, Raja ... ketahuankan?'

Tak ingin bertanya kembali, apalagi melihat Raja yang tampak gusar, Cahaya menyebutkan satu persatu nomor ponselnya.

"Makasih, Say--ah ... Ya, sesekali aku bolehkan menghubungi kamu?" tanya Raja setelah nomor Cahaya disimpannya.

"Tentu, A. Baiklah, aku ke departemenku dulu," di ujung kantin Cahaya langsung pamit, karena jalan menuju ke kantor, dan tempat kerja mereka berbeda.

"Iya, Ya. Aku-aku senang bisa ketemu kamu lagi."

'Walau statusmu sudah berubah, Sayang. Ternyata ... Allah tidak mendengar do'aku.' Raja mengeluh dalam hati, akhir penantiannya tentang cinta Cahaya, sudah dia dapatkan jawabannya. Dia ... telah kalah!

Raja menatap Cahaya, tinggi tubuhya membuat Cahaya harus mendongak, agar bisa membalas tatapannya dalam jarak yang cukup dekat.

Dan di mata itu, kalau Cahaya boleh berharap, masih ada cinta untuknya.

'Benarkah?'

"Aku ... juga senang, A. Ya udah, aku duluan ya?" pamit Cahaya, tak sanggup rasanya menatap mata teduh Raja terlalu lama.

"Iya," jawab Raja singkat.

Perlahan Cahaya melangkah meninggalkan Raja. Setelah dirasa cukup jauh melangkah, hati Cahaya berbisik agar dia menoleh, hanya ingin memastikan apa Raja masih memperhatikannya, atau tidak.

Jantungnya kembali berdebar, saat melihat Raja masih berdiri di sana. Memperhatikannya. Melambaikan tangan." Cahaya menganggukkan kepala, dan tersenyum. Lalu kembali memalingkan muka melanjutkan langkah. Dengan wajah yang terasa panas, merasa tersanjung.

'Ah ... A Raja, kamu tidak berubah.'

Cahaya terus menyusuri koridor menuju ke tempat kerjanya. Saat sampai, Alya yang sedang duduk ditemani Andri dan Adrian, langsung menggoda begitu dia mendekat.

"Ciee yang sudah ketemu mantan!"

"Kayaknya bakalan ada yang CLBK nih!"

"Baguslah, jangan jomblo terus!"

Risih juga kalau trio A ini sudah menggoda, dan Cahaya merasakan wajah semakin menghangat.

Oh, ayolah!

"Apaan sih kalian ini?" Cahaya mencoba menghindar.

"Lama amat, Neng, makan siangnya? Kangen ya?" tanya Alya yang semakin bersemangat menggoda Cahaya, apalagi melihat wajah Cahaya yang merona.

"Ngobrolin apa aja tadi?" Andri menimpali, ternyata dia juga sama penasarannya.

"Bisa aku minta tolong pada kalian?" tanya Cahaya sambil menatap trio A bergantian.

"Apa?" tanya Alya, yang dianggukki oleh Andri dan Adrian.

"Kalian ... jangan sampai bilang, kalau aku belum nikah sama a Raja!"

"Apa?"

"Loh, kenapa, Ya?" Alya dan yang lain tampak terkejut dengan permintaan Cahaya.

Ya, Cahaya akan membiarkan sangkaan Raja, kalau dia sudah menikah dengan Kim, dan menjalani hubungan jarak jauh.

"A Raja pikir ... aku sudah menikah ... sama Kim oppa, dan LDR-an."

"APA?" kali ini ketiganya kompak berteriak, membuat Cahaya memejamkan mata.

"Nggak ... nggak! Itu salah. Kenapa harus bohong sih, Ya? Aku tidak setuju!" protes Alya sambil mengangkat telunjuknya, begitu juga dengan Adrian, dan Andri yang tidak menyetujui kebohongan yang Cahaya buat.

"Iya, Ya. Salah itu!" Andri menimpali perkataan Istrinya.

"Aneh aja kamu, Ya!" tambah Adrian yang semakin menyudutkan Cahaya .

"Tolonglah!" pinta Cahaya meminta pengertian sahabatnya.

"Aku tadi sudah mengiyakan perkataan Raja. Jadi biarlah dia dengan keyakinannya itu. Ya? Kalian mau kan, demi aku!"

Ketiganya kompak menggeleng, tanda tidak setuju dengan pemikiran Cahaya.

"Please!"

"Kalau Pak Raja sendiri, apa dia sudah menikah, Ya?" tanya Adrian ingin mengetahui apa penyebab Cahaya memilih berbohong.

"Katanya sih ... belum, Yan."

"Nah!" Cahaya terkejut saat Alya berteriak, mengusap dada menetralkan degupan jantungnya kembali.

"Al!" geram Cahaya kesal, namun tak ditanggapi sama sekali oleh Alya.

"Berarti kalian jodoh, Ya! Buktinya sampai sekarang A Raja juga belum nikah. Apa kamu belum bisa lupain Oppa? Buat apa coba? Dia aja mungkin sudah menikah, bahagia sama Istrinya. Lah, kamu? Malah bohong saat cinta lama kamu datang lagi. Jangan berbuat bodoh, Ya!"

"Alya benar, Ya. Salah kalau kamu bohong," kata Andri lagi.

"Sudahlah. Pokoknya aku minta kalian menutupi saja, kalau Raja mencoba bertanya tentang kehidupan pribadiku ya? Tapi, sepertinya dia nggak bakalan nanya lagi kok sama kalian, kan aku sudah bilang tadi." Cahaya tetap dengan pendiriannya, membiarkan Raja berpikir kalau dia sudah menikah.

"Terserah kamu, Ya. Tapi kamu jangan sampai menyesal aja kalau nanti A Raja malah menikah sama orang lain."

Ada rasa sakit di hati Cahaya, saat mendengar Alya mengatakan itu.

'Benar, kalau sampai hal itu terjadi, apa aku tidak akan menyesal? Sementara bukti yang aku lihat tadi, setidaknya mengatakan kalau a Raja masih mencintaiku. Tidak, ini sudah benar. Aku harus tetap berbohong untuk sementara waktu.'

"Aku akan bilang kalau waktunya tepat nanti, yang penting kalian tutup mulut saja ya?"

"Terserah kamu saja, Ya!" kata Alya, dia tampak kesal dengan keputusan Cahaya, yang menurutnya tidak masuk akal.

Sedang Andri dan Adrian hanya bisa diam, tak ingin terlalu banyak bicara. Mereka yakin Cahaya punya alasan sendiri, kenapa melakukan itu.

Cahaya merasa beruntung punya sahabat seperti mereka. Mereka selalu ada di belakangnya, mendukungnya, menjadikannya kuat, dengan semua kejadian yang menimpa hidupnya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height