[BUKAN] PELAKOR/C10 Bab 10
+ Add to Library
[BUKAN] PELAKOR/C10 Bab 10
+ Add to Library

C10 Bab 10

Dengan tangan gemetar, dan napas yang memburu serta keringat dingin yang menjalar di tubuh gadis itu. Tubuh yang sedikit gemetar. Musim dingin, tak menyurutkan semangat gadis itu, untuk menginjakan kakinya di negri orang.

Dengan modal nekat Irish pergi menyusul Galen. Dua tahun berlalu hubungan mereka tak ada hasil, akhirnya Irish menyusul Galen dan berjumpa langsung dengan cowok itu.

Desember kelabu dengan musim dingin yang begitu menusuk. Berkali-kali Irish membenarkan scraf yang melingkar di lehernya. Katakanlah ia norak, tapi Irish tak nyaman dengan semua pakaian yang berlapis-lapis yang membungkus tubuhnya.

"Udah mending?" Tanya seorang cowok di samping Irish. Sekarang mereka berada dalam bus menuju kampus Galen. Modal nekat dan hanya berbekal nama kampus Galen, Irish akan mencari di segala sudut kampus sampai ia menemukan cowok itu.

Irish yang tubuhnya berkeringat dingin sekarang hanya menggosok-gosok tangannya walau sudah memakai sarung. Ia baru pertama kali menginjak tempat asing dan langsung disuguhi musim dingin yang ekstream. Beruntung, Irish yang pemalu ditolong oleh seorang pemuda berbaik hati yang kebetulan sedang mengurus pekerjaannya.

Pemuda itu akan mengantarkan Irish ke kampus Galen, karena ia tahu seluk beluk jalanan Calfornia. Sudah beberapa kali ia kesini.

"Kalau lapar singgah makan dulu." Irish menggeleng, ia ingin secepatnya menemui Galen dan menanyakan kepastian hubungan mereka, jika memang Galen tak menginginkan dirinya, setidaknya ia sudah punya peganganya, bukan hanya meraba-raba tentang hubungan mereka.

Bayangan tentang negara orang yang cantik musnah, Irish hanya melihat semua orang bergelung dengan coat yang tebal-tebal karena salju begitu tebal.

"Nanti kita turun pas halte kampus. Tapi makan dulu ya." Irish hanya diam, ia belum makan, kecuali makan dalam pesawat dan Irish lupa sudah berapa jam perutnya menyentuh makanan. Irish sudah siap menerima segala kemungkinan terburuk tentang Galen. Kalaupun, Galen ingin mengakhiri, setidaknya Irish akan pulang dengan kepastian dan akan menata hidupnya lebih baik lagi.

4 tahun ia menabung. Akhirnya, Irish bisa menginjakan kaki di negara asing. Irish yang menargetkan 2 tahun, rupanya belum cukup dan ia menabung lebih banyak agar mempunyai ongkos yang cukup untuk menyusul Galen. Irish sudah bekerja, di salah satu perusahaan swasta. Dan orang di sampingnya adalah bosnya. Ya, mereka tidak janjian, tapi hanya kebetulan bertemu di bandara, mungkin juga berada dalam satu pesawat.

"Mungkin ini sedikit menghangatkan." Irish mengambil permen jahe yang dibawa bossnya jauh-jauh dari Indonesia, karena tahu musim dingin butuh yang hangat. Cewek itu memasukan permen dalam mulutnya dan terus memasukan tangannya lagi dan memeluk tubuhnya sendiri.

"Jika kamu tidak keberatan, saya bisa memesan kamar di sebelah, kalau-kalau kamu belum ada tempat menginap."

"Terima kasih Pak." akhirnya Irish membuka suara. Ya benar, jika pun Galen menerima dirinya, Irish tak mungkin tidur bersama Galen. Beruntung ia menemui bosnya disini.

Bos Irish seorang lelaki matang yang baru saja kehilangan istrinya. Declan berusia 10 tahun lebih tua dari Irish dan sudah mempunyai seorang putri yang sangat cantik, senyumnya mampu membuat siapa saja bisa meleleh.

"Kita sudah sampai." kebanyakan melamun, Irish tak sadar mereka telah sampai. Mereka pun turun di halte. Cuaca dingin yang begitu ekstream membuat keadaan sekitar gelap.

Irish mendongakan kepalanya memandangi kampus Galen yang begitu tinggi dan sangat luas. Banyak pohon tinggi menjulang tinggi, sayangnya semua pohonnya pada tidur.

"Jadi gimana?" Irish hanya menggigit bibirnya. Bahkan, ia tak tahu Galen jurusan apa. Payah!

"Yaudah, kita keliling aja dulu. Mana tahu jumpa." tawar Declan, setelah melihat Irish yang hanya diam. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.

Mereka melewati pekarangan kampus yang luas, walau cuaca dingin, tak menyurutkan mahasiswa untuk ke kampus, dengan memakai pakaian tebal walau ada yang bandel tetap memakai pakaian yang serba pendek.

Irish dan Declan menaiki tangga. Pertama mereka mengelilingi lantai satu, untuk mencari keberadaan Galen. Walau kemungkinan hanya 0.001 persen. Tapi, Irish yakin ia akan menjumpai Galen. Setelah capek berkeliling, Irish dan Declan memilih duduk karena capek. Perut Irish juga harus diisi, karena ia merasa lapar sekarang. Bahkan, Declan bisa mendengar bunyi perut Irish.

Irish masih memeluk dirinya, tubuhnya tak cocok dengan udara dingin seperti ini.

"Babe, no way! You owe me one kiss." Suara seorang gadis menggelegar di koridor kampus yang lurusnya tak tembus ujungnya.

Si cowok mengejar cewek dari belakang, memeluknya dan si cewek berbalik ia naik ke pangkuan si cowok dan keduanya berciuman panas. Si cowok membawa cewek ke tembok dan mencium lebih ganas lagi, musim dingin membuat mereka butuh yang hangat-hangat.

Irish hanya meremas coatnya. Itu Galen! Demi langit dan bumi itu Galen! Demi puja-puji kerang ajaib Galen dan Emery berciuman panas di depannya. Otak Irish terasa ambyar. Kepalanya mau pecah dan berdenyut hebat, jika tak ingat ini negara asing Irish ingin pingsan sekarang.

Galen, cowok berambut hitam tebal itu tak menyadari kekasihnya yang sudah lama ia lupakan. Galen bukan melupakan Irish, tapi ia tak ingin terus terpuruk, ia berusaha bangkit dan menerima kenyataan bahwa ada Emery yang selalu ada untuknya. Emery, gadis asgresif dengan berjuta ekpresi dari dirinya membuat hari-hari Galen tak lagi sepi.

Declan yang terdiam, sepertinya mulai mengerti situasi, ketika melihat Irish hanya terisak pelan.

"Jadi?" tanya Declan seperti orang bodoh. Irish hanya menggeleng, tidak tahu harus berbuat. Ia bukan orang yang agresif, bisa menunjukan perasaannya pada orang lain. Irish suka memendam perasaannya, tapi ia sudah bermil-mil jauh kesini, dan hanya ini yang ia jumpai.

"I love you." kata Emery memegang wajah Galen. Galen mengecup bibir gadis itu dan tersenyum.

"Love you more." jawab Galen dan bibir keduanya kembali menyatu. Declan mengepalkan tangannya, kalau boleh ia ingin mematahkan hidung Galen sekarang, tapi ia hanya orang asing yang tak boleh berbuat keributan, ia juga ada urusan perkerjaan.

"A-Alen." kata Irish lemah, tapi Galen bisa mendengarnya. Cowok itu mengalihkan perhatiannya dari Emery dan memandang Irish heran.

"Ai?"

"Ai?" cukup beberapa detik, untuk menyalurkan kerinduan, setelah ini Irish akan melupakan Galen selamanya. Irish langsung berlari tak tentu arah, ia tak peduli mau tersesat ataupun dirampok sekarang. Irish hanya membiarkan kemana kakiknya membawa pergi.

Declan mengejar Irish.

Galen hanya berdiri disana seperti orang bodoh. Dirinya masih belum berpijak ke bumi, ia belum sadar. Galen belum sadar, bahwa yang tadi ia lihat itu Irish. Irish Mauren, bukan hantunya, bukan bayang-bayang, bukan halusinasi.

"What happenend babe?" Emery bertanya pada Galen heran. Ia tadi hanya melihat seorang gadis cantik berambut panjang, yang menangis dan berlari.

"Let's go home." Galen memeluk Emery mengajak pulang. Galen tak mungkin mengejar Irish, ia tak tahu lagi dimana gadis itu.

Lagian, apa lagi yang gadis itu harapkan, dari hubungan keduanya? Galen tak lagi berencana pulang ke tanah air. Ia akan berkerja disini, dan hidup bersama Emery. Itu yang pedoman Galen sekarang, no more Irish in his life.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height