+ Add to Library
+ Add to Library

C7 Bab 7

Semenjak insiden ciuman itu, Galen tak risau lagi dengan sikap agresif Emery. Bahkan, cowok itu merasa, suara renggekan Emery bagaikan sebuah suplemen penyemangat, demi bertahan di negara orang.

Sekarang semua orang bisa tahu, bahwa dimana ada Galen disitu ada suara cempreng Emery. Yang ada saja tingkahnya menganggu hari-hari Galen. Awal-awal Galen merasa risih, makin kesini Galen tahu, ia butuh Emery.

Sekarang Galen sedang berdiri melihat buku-buku di locker, tentu saja diracau Emery. Gadis itu terus saja bergelayut di lengan Galen. Galen heran, entah beneran kuliah atau tidak Emery. Gadis itu tak pernah masuk kelas, kecuali menganggu dirinya.

"Kau tahu, aku lapar babe. Bisakah kita mampir ke cafetaria. Untuk mendapatkan segelas cafein dan mufin."

"Baiklah kita kesana." Galen pasrah. Ia tahu, Emery takkan menyerah sebelum mendapatkan apa yang ia mau.

Sekarang jam 09.17. Dan keduanya memang belum sarapan. Dan Emery sangat cerewet ketika gadis itu kelaparan.

Galen akhirnya membawa buku yang akan ia baca nanti dan berjalan menuju cafetaria didampingi Emery yang terus bergelayut manja.

Ting!

Keduanya memasuki cafetaria yang berada bersebarangan dengan kampus. Keduanya masuk ke dalam, dan keadaan cukup sepi. Emery memesan minuman dan kue yang ia mau.

Emery duduk di depan Galen yang sedang memilih membaca buku, daripada terus direcoki oleh Emery, karena mengeluh dengan teman-temannya. Biasanya Galen hanya diam, karena tiap hari Emery mengoceh pasal yang sama.

Emery merobek-robek mufin rasa coklat dan memasukan dalam mulutnya. "Aku bahkan, lupa memesankan untukmu." Cibir Emery.

"No need." Cegat Galen. Emery tetaplah Emery, gadis itu berdiri dan memesan untuk Galen. Galen biarkan saja, apa yang Emery lakukan selagi itu masih batas wajar dan bisa ditoleransi.

Emery membawa segelas kopi dan mufin rasa keju. Galen melanjutkan membaca buku.

"Semua teman-temanku berganti pasangan setiap minggu. Dan sekarang, aku sama sekali tidak berminat untuk melakukan hal itu."

"Bagus." Jawab Galen, tanpa mengalihkan padangannya dari buku yang ia baca. Buku itu, buku yang berisi tentang teknologi sekarang yang makin canggih.

"Kurasa. Aku akan mencari pasangan satu untuk seumur hidupku. Hey, minum kopimu." Tegur Emery. Galen menurunkan bukunya, dan menyeruput pelan-pelan kopi yang masih panas tersebut.

Padangan Galen tepat pada Emery. Gadis ini cantik, seperti gaya khas remaja California kebanyakan. Emery gemar berdandan. Jadi, make up menyamarkan wajahnya terlihat lebih dewasa dari usianya. Jika Emery tak berdandan, akan terlihat wajah gadis itu, benar-benar masih remaja.

"Terima kasih, sudah mau menampungku." Ujar Galen tulus. Emery mengangguk.

"Tentu. Kau orang baik, mungkin kita bisa merayakan kebersamaan kita dengan berlibur bersama ketika musim panas tiba."

"Berlibur kemana?"

"Malibu."

"Boleh." Jawab Galen. Beberapa kali, Galen ke Malibu. Malibu itu tempat yang cantik. Malibu terkenal akan pantainya yang indah. Dan musim panas, memang waktu yang tepat untuk berjemur dibawah matahari, seperti kebanyakan masyarakat disini.

"Dan kapan-kapan, kau bisa mengajakku ke negaramu."

"Siapkan uang banyak."

"Tentu. Aku punya banyak tabungan, dan daddy punya banyak uang, untuk bisa berlibur kesana." Galen menyeruput kopinya lagi dan memakan mufin yang telah dipesan Emery. Galen tak pernah berniat mengajak Emery ke kampung halaman. Tapi, jika gadis itu ingin ikut, Galen tak bisa melarang. Hitung-hitung balas budi, atau memberi gadis itu kesanangan. Walau Emery agresif, hati gadis itu mulia. Buktinya, ia mau menampung dirinya, walau berawal dari ayahnya.

"Mungkin, kita bisa merencanakan musim panas tahun depan." Ya, liburan musim panas di Amerika begitu lama, berlaku dari pertengahan Juni hingga September. Tentu waktu yang pas untuk berpergian ke luar negri.

"Kurasa belum. Aku ingin menyelesaikan studyku dulu. Sekitar 2 tahun lagi."

"Tentu tidak masalah. Apa disana negara tropis?" Tanya Emery antusias. Gadis itu sangat suka pantai, dengan begitu, koleksi bikini seksi yang telah ia kumpulkan, tak sia-sia.

"Ya. Negara tropis, dan lumayan panas."

"Aku suka panas. Aku bisa seharian berjemur di bawah matahari dengan bikiniku." Galen diam. Ia tak bisa membayangkan, jika Emery berbikini ria di kampungnya. Akan menjadi omongan satu negara. Walau mereka maklum, gadis itu turis asing.

"Bikini Bottom." Jawab Galen asal. Hanya jawaban sederhana, tapi Emery tergelak tertawa begitu keras.

"Aku akan berbikini seperti Sandy." Galen tersenyum. Tanpa sadar, hubungan keduanya makin akrab. Dan tanpa mereka sadari lagi, kelak mereka takkan bisa hidup tanpa salah satunya.

Emery dan Galen sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Ponsel Galen berdering. Galen melihat caller id dan tersenyum.

"Siapa yang menelpon?" Tanya Emery. Yang ia tahu, Galen jarang sekali memainkan ponselnya dan mendapatkan panggilan telpon. Cowok tinggi itu lebih suka berpacaran dengan buku.

"Temanku." Jawab Galen dan mengangangkat panggilan itu.

"Hai Ai." Galen tersenyum dan melambai ke depan kamera.

Irish yang berada di sebrang lautan, memanas matanya. Air mata gadis meluruh karena rindu. Ia rindu Galen, sangat rindu.

"Alen. Apa kabar?"

"Baik. Gimana kamu? Kuliahnya gimana?"

"Ai juga baik. Kuliah lancar. Ai rindu." Terdengar isak tangis Irish di sebrang telpon.

"Iya, aku juga rindu. Tapi ini ujian buat kita. Semoga kamu kuat, aku kuat." Galen tak pernah memberitahu, kalau ia menumpang hidup dengan Emery sekarang. Galen tak ingin, Irish banyak pikiran.

"Iya Alen. Semoga kita cepat ketemu."

"Amin. Secepatnya kita ketemu." Jawab Galen mantap. Dua tahun. Jika ia menjalankan semua dengan senang, Galen rasa menunggu dua tahun itu pasti sebentar.

"Baik-baik disana ya Alen."

"Iya. Kamu juga." Galen tersenyum. Kita melihat bulir-bulir air mata Irish tak berhenti mengalir.

"Babe, who's that?" Tanya Emery penasaran. Jarang sekali, Galen berbicara begitu lembut dan senyum sepanjang berbicara. Pasti gadis itu spesial.

Emery beranjak dan berdiri di belakang Galen. Gadis itu penasaran. Emery menunduk dan memeluk leher Galen sambil melihat siapa yang menelpon.

"Is that your friend? Why she's crying?" Irish menyadari suara cewek. Gadis itu menatap layar, dan napasnya tercekat. Ada seorang gadis cantik, memeluk leher kekasihnya dari belakang, begitu akrab. Irish bahkan tak pernah berani seperti itu.

"Hi, I'm Emery. I'm Galen's girlfriend." Emery cekikikan seperti kuda. Dan Irish langsung mematikan ponsel itu. Ia masih shock dengan kata-kata gadis bule itu.

Apa iya? Apa ini alasan Galen jarang memberinya pesan, karena ada yang lebih asyik?

Hancur sudah semua impian Irish!

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height