+ Add to Library
+ Add to Library

C8 Bab 8

Kosong!

Irish merasa kosong dengan hati dan jiwanya. Setelah pengakuan gadis cantik itu, Irish mematikan sambungan telpon. Tapi, ia tak merasakan apa-apa. Ia merasakan kekosongan. Lebih tepatnya, ia mati rasa!

Irish termenung. Bahkan di tempat kerja pun, gadis itu tak bergeming. Irish terus saja memikirkan Galen dan gadis bule itu, apalagi pengakuan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Irish berpikir macam-macam. Jika gadis itu mengaku teman, tentu Irish masih merasa tenang. Galen butuh teman disana. Tapi, kekasih? Apa Galen harus butuh kekasih disana? Galen... nama itu benar-benar menyita semua perhatian Irish.

"Melamun terus kak." Tegur Brata. Irish hanya tersenyum tipis. Bahkan ia beberapa kali salah memasukan nama menu, hingga para pelanggan komplain. Berurung boss Irish begitu baik, hingga Irish tak dipecat segera.

"Kakak mau nggak, pulang kita ngopi bentar di Bread Bruh. Ada menu baru katanya." Irish menggeleng.

"Aku kuliah pagi. Nanti nggak bisa bangun."

"Benar. Aku lupa, kalau kakak kuliah." Kekeh Brata. Irish hanya membalas dengan senyuman. Bahkan, sampai saat ini Galen tidak lagi menghubungi Irish. Apa Galen bersenang-senang dengan gadis itu? Tentu Galen takkan rugi, hidup bersama gadis cantik itu, dia cantik, modis, apalagi bule. Apalagi yang kurang. Sedangkan dirinya? Hanya manusia dibawah rata-rata yang bersyukur bisa kuliah dan bersyukur bisa kerja di tempat yang nyaman seperti ini.

Irish terus saja melamun. Kebersamaan gadis itu dan Galen benar-benar menganggu dirinya. Entah bagaimana ia menenangkan hatinya sekarang. Irish merasa sesak, berkali-kali ia menarik napas. Tak munafik, di sudut hatinya terasa nyeri.

"Nih buat kakak." Irish tersenyum pada Brata yang tiba-tiba memberi Irish segelas milo dingin yang ia buat sendiri. Cowok itu begitu baik dan perhatian.

"Makasih ya."

"Mungkin kakak lagi ada masalah. Cobalah, kakak teriak, biasanya lega."

"Oh iya, makasih."

"Makasih terus kak. Aku nggak punya recehan." Senyum Irish kali ini, lumayan lebar. Ia menghargai usaha Brata agar dirinya terhibur. Namun, pikirannya sedang tidak fokus kesini.

"Bayar pakai dollar aja." Bicara dollar, Irish terdiam lagi. Tiba-tiba ia teringat Galen yang memakai duit itu setiap hari. Irish rindu Galen. Tapi, apa hubungannya dengan gadis itu?

Irish menutup matanya dan minum milo dingin dalam sekali tegukan. Bukannya lega, ia langsung merasa begah. Ada-ada saja, kesialan yang menimpanya. Irish tak punya ekpektasi apa-apa tentang hubungannya sekarang, entah mau berakhir atau tidak. Irish menunggu keputusan Galen, ia tak punya banyak pengalaman tentang hubungan seperti ini. Galen pacar pertama Irish dan berharap terakhir dan satu-satunya. Tapi, apa bisa? Jika kehadiran gadis itu, membuat Galen tak lagi menghubungi dirinya.

Hubungan mereka yang telah terjalin selama 5 tahun, terlalu manis jika harus berakhir sekarang. Banyak suka duka telah menemani masa-masa remaja keduanya. Semuanya takkan mudah dilupakan begitu saja. Galen yang selalu membuat Irish nyaman, Galen yang membuat Irish terus berjuang dari kerasnya hidup. Galen sudah seperti separuh nyawa bagi Irish.

Saat SMA, masa-masa terindah Irish. Ia ingat, saat itu musim hujan. Galen dan Irish akhirnya mandi air hujan di sekolah, dan mereka mempunyai kenangan itu. Ada yang memngambil gambar keduanya. Irish yang tersenyum malu-malu ke arah kamera dan Galen yang tersenyum begitu tampan. Terlalu banyak barang pemberian Galen untuk Irish. Mulai dari hal kecil, hingga besar, dan masih Irish simpan sampai sekarang. Galen tahu, Irish suka membaca novel. Cowok itu, sering memberikan Irish buku-buku best seller yang tebal-tebal. Biasanya Irish habiskan dengan membaca. Terlalu banyak kenangan mereka.

Terlalu banyak memory. Dan Irish merasa tak sanggup, jika ia harus merestart hubungan mereka. Rasanya terlalu menyakitkan, dan terlalu manis.

Irish masih ingat, mereka pernah bertukar pesan hingga subuh hari. Saat Galen kelaparan, Irish memasak untuk Galen. Dan cowok itu, datang diam-diam ke rumah Irish. Irish mengantungkan makanan yang berupa nasi goreng di pagar rumahnya, tepat di bawah pohon mangga. Pohon mangga itu, saksi bisu hubungan Galen dan Irish.

Itu satu dari seribu hal termanis yang takkan pernah dilupakan keduanya. Tapi moment yang takkan pernah Irish lupa, ketika mereka sering duduk di tempat favorit mereka, memandang luasnya lautan sambil memandang kapal yang berlalu-lalang. Sambil membicarakan masa depan bersama, atau Galen yang mengeluarkan kata-kata receh lainnya.

Galen... Irish berharap, semoga hubungan mereka terus berlanjut. Karena Irish telah berjanji, masa depannya adalah Galen.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height