BYUNTAE KIM/C6 OUR FIRST MOMENT
+ Add to Library
BYUNTAE KIM/C6 OUR FIRST MOMENT
+ Add to Library

C6 OUR FIRST MOMENT

Setelah aku mengisi perutku yang kosong, Dae Jung mengajakku bersantai sambil menikmati lampu Kota Seoul yang telah menyala.

"Jadi ayo ceritakan dimana kau tinggal." Dae Jung memandangiku dengan tatapan penuh arti.

"Aku tinggal di sekitar Apguejong."

Dae Jung menaikkan salah satu alisnya. "Apartemen kah?"

Aku menggeleng dengan cepat. "Tidak, aku tinggal di rumah teman Ibuku. Tapi mungkin dalam beberapa waktu dekat aku akan tinggal di apartemen."

"Baguslah kalau begitu. Aku tidak perlu sungkan untuk menginap di apartemenmu." Jawabnya sambil tersenyum jahil.

Aku terbatuk saat mendengar perkataannya. "Menginap?" Batinku.

"Ayo, ku antarkan pulang. Sekalian aku harus menjemput Ibu."

"Ah tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Lagian aku harus mampir ke supermarket dulu." Tolakku dengan halus. Aku takut jika Dae Jung tetap memaksa dan aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya lagi.

Aku tidak mau jika Ibu Kim beserta anaknya menganggap aku ini wanita gampangan yang seenaknya saja mau diantar lelaki yang belum genap sehari kukenal.

"Begitu ya? Baiklah. Kau harus jaga dirimu baik-baik." Dae Jung beranjak dari sofanya, dan menghampiriku, mengecup keningku sekilas lalu pergi meninggalkanku. Aku membeku di tempatku, menyentuh kening dan dadaku bersamaan. Ini gila!

.

.

.

Aku tidak melihat mobil Ibu Kim, kuputuskan untuk masuk ke kamarku karena hari ini adalah hari yang melelahkan. Belum sempat aku membuka pintu kamar, seseorang mengajakku berbicara. Tapi dengan nada ketusnya.

"Baru hari pertama kuliah saja pulang selarut ini. Kemana saja kau?" Aksa mengajakku berbicara dengan gaya bad boy-nya.

"Em, aku... aku habis dari toko buku Aksa Oppa." Aku mencoba menetralisir perasaanku. Aku sangat-sangat gugup untuk berbohong. Aku tidak pernah berbohong semenjak kecil, dan aku sangat membenci orang yang berbohong. Tapi mengapa kali ini aku malah melakukan sebuah kebohongan? Demi siapa aku melakukan hal ini? Apakah demi Park Dae Jung? Atau demi keselamatan diriku sendiri di rumah ini?

"Toko buku? Apa kau bekerja di sana? Aku tahu jika kelasmu sudah selesai sejak pukul 12 siang. Dan lihat, sekarang pukul 8 malam. Kau bekerja? Dan, jangan panggil aku dengan sebutan oppa."

Aku memandanginya tak suka. Apa masalahnya jika aku pergi ke suatu tempat? Apa dia ini minta dipamiti setiap kali aku pergi?

"Emm, bukan aku tadi juga diajak makan temanku." Setidak suka apapun diriku terhadap sikapnya, aku harus tetap menghormati dia sebagai anak dari Ibu Kim. Ibu Kim adalah orang yang baik dan telah memberiku tempat bernaung di sini entah sampai kapan.

"Sudah punya teman? Siapa namanya?" Aksa semakin mengulik urusan pribadiku hingga aku tak mampu lagi menahan rasa tidak sukaku padanya.

"Ku rasa itu bukan urusanmu. Aku harus beristirahat. Annyeong Aksa-ssi."

Aku menjebloskan diriku ke dalam kamar. "Apa-apan sih dia? Apa karena aku tinggal di rumahnya dia seenaknya mengurusi urusanku?" aku menggerutu tidak jelas atas sikap tidak sopan Aksa yang sangat-sangat ingin tahu itu!

Kim Arvin POV

"Ada apa kau menelfonku malam-malam begini?" Aku menempelkan handphone-ku dengan sejuta perasaan sebal.

"..."

"Aku tidak punya waktu, aku banyak urusan di rumah."

"..."

"Baiklah, besok pagi aku akan ke rumahmu."

Aku meletakkan handphone-ku di meja belajar, berniat untuk bermain sebentar ke kamar gadis itu.

Tok tok tok

Tidak ada jawaban. Aku ketuk pintunya sekali lagi. Dan menbuahkan hasil. Si pemilik kamar itu menampakkan dirinya dengan raut muka yang kelihatan lelah.

"Ada apa Arvin-ah?" tanya wanita itu, sedikit tidak senang dengan kedatanganku.

"Apa kau sedang sibuk?" Suaraku terdengar gugup. Dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi yang sangat imut

"Apakah aku boleh masuk? Kita belum berkenalan secara lebih jauh."

Dia terlihat sedikit menimbang, tapi akhirnya memperbolehkanku untuk masuk ke kamarnya. Sejujurnya, aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Aku ingin sekali memiliki kakak perempuan, aku ingin mencoba banyak hal dengan kakak perempuanku seperti yang dilakukan teman-temanku dengan kakak perempuannya. Mari kita coba!

Aku melihat isi kamarnya sangat tertata dengan rapi. Dia penyuka warna violet. Seluruh barang-barangnya berwarna violet, handphone, earbuds, koper, laptop, sandal, hampir semua yang kupandang berwarna violet.

“Kau suka warna violet, Rasya-ssi?” tanyaku dengan menggunakan embel-embel penghormatan padanya. Dia memandangku heran.

“Apakah harus seformal itu padaku? Bahkan di awal aku memanggilmu dengan sebutan informal, mengapa kau malah memanggilku seperti itu?” tanyanya dengan sedikit tertawa.

“Hahaha, kalau begitu kita harus saling memperkenalkan diri agar lebih akrab. Aku bahkan tidak tahu nama panjangmu, dari mana asalmu, mengapa kau bisa tinggal di rumahku.”

Kami berbincang cukup lama. Menurutku Rasya merupakan orang yang mudah bergaul. Tetapi, aku menangkap sesuatu yang tidak beres antaranya dengan Aksa Hyung. Berkali-kali aku mendapatinya terlihat sangat kesal jika berbicara dengan Aksa Hyung. Tapi, Aksa Hyung memang orang yang menyebalkan. Dia tidak pandai dalam menjalin pertemanan. Pantas saja jika Rasya tidak suka padanya.

“Jadi aku lebih muda darimu ya? Kalau begitu aku memanggilmu dengan sebutan eonni?” tanyaku berniat menggodanya. Dia malah tertawa.

“Aku tidak terbiasa dengan sebutan itu, panggil saja aku Rasya.” Pintanya.

Jam menunjukkan sepuluh malam. Kami telah berbagi cerita selama hampir dua jam. Dia benar-benar orang yang sangat enak untuk diajak berbagi kisah. Aku merasa sangat cocok dengannya.

“Baiklah, sepertinya kita harus beristirahat. Besok aku harus berangkat pagi karena ada les di jam pertama. Senang bertemu denganmu, Rasya. Senang juga berbagi banyak hal denganmu.” Ucapku sambil mengelus pelan pundaknya.

“Sama-sama Arvin-ah, aku juga senang bisa bertemu denganmu, kau orang yang menyenangkan.”

Rasya Vivenna POV

Kubuka mataku perlahan, cahaya matahari menerobos masuk ke kamarku tanpa permisi. Aku sedikit menggerakkan tubuhku agar mendapatkan sensasi rileks. Tapi tiba-tiba tanganku menyentuh sesuatu. Aku langsung melihat benda apa itu.

"Omo! Arvin!!"

Si empunya nama langsung membuka matanya malas. Aku sangat terkejut. Sangat! Apa yang dia lakukan di tempat tidurku?! Bukankah semalam dia berpamitan untuk kembali ke kamarnya?

"Good morning Rasya." Sapanya lembut dan setenang mungkin. Seperti tidak terjadi apa-apa. Aku mengecek kelengkapan bajuku. Lengkap.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukannya semalam kau berpamitan untuk kembali ke kamarmu?!" tanyaku dengan nada penuh emosi sambil mengingat kejadian semalam.

"Tidur bersamamu." Dia masih mengucek-ucek matanya dan rambutnya sangat berantakan. Aku membelalakkan mata. Enteng sekali dia mengatakan hal itu.

"Apa yang kau lakukan padaku?!" tanyaku menyelidik. Berharap dia tidak menjamah tubuhku sedikit pun!

"Tidak ada. Hanya tidur bersamamu. Aku ingin sekali tidur bersama perempuan yang lebih tua dariku. Seperti yang dilakukan teman-temanku, tidur bersama kakak perempuannya. Kau tahu kan bahwa kakakku laki-laki semua? Kuharap kau memahami keinginanku ini…" jelasnya panjang lebar.

Dia berjalan keluar kamarku. Aku masih sangat terkejut dan masih ada di kasurku. Aku berjalan ke arah cermin, dan astaga! Betapa terkejutnya aku!!

"KIM ARVIN!!!!" aku berteriak sekeras mungkin memanggil nama setan kecil itu!

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height