Cinta Yang Terenggut/C6 Theresia Mengajak Menonton Bioskop
+ Add to Library
Cinta Yang Terenggut/C6 Theresia Mengajak Menonton Bioskop
+ Add to Library

C6 Theresia Mengajak Menonton Bioskop

Aku mau nonton film Brad Pitt yang terbaru. Nanti jam 7 malam main di Q-Mall. Kamu belikan tiketnya di aplikasi, ya.

Begitulah bunyi pesan WA Theresia untuknya lima belas menit yang lalu. Jonathan segera membalasnya.

Iya, Sayang. Aku belikan sekarang. Nanti sebelum jam 5 sore aku sudah sampai di rumah.

Sempat terpikir dalam benak laki-laki itu untuk menanyakan istrinya mau makan apa. Tapi sesaat kemudian dia mengurungkan niatnya. Daripada nanti makanan yang kubelikan nggak sesuai dengan keinginannya, malah berabe, gumamnya dalam hati. Kalau Theresia sampai mengajak nonton bioskop, berarti suasana hatinya sedang dalam kondisi baik. Aku tidak ingin mengacaukannya.

Kemudian dia segera membeli tiket bioskop di Q-Mall melalui aplikasi ponselnya dan dipilihnya dua buah tempat duduk sesuai favorit Theresia, yaitu yang terletak di barisan paling belakang dan di tengah, tepat pinggir jalan.

Setelah transaksi pembelian tiket online-nya selesai, ditengadahkannya wajahnya kembali dan dilihatnya Karin sedang duduk diam sambil menundukkan wajahnya. Ah, manis sekali mukanya. Tampak begitu lugu dan tak berdosa, ucap Jonathan dalam hati.

“Kalau kamu bekerja di sini, apakah bosmu yang sekarang tidak akan merasa kehilangan?”tanya laki-laki itu melantur.

Karin terkesiap mendengar pertanyaan yang tidak biasa itu. Bahkan sebenarnya sejak tadi dia merasa heran bos tantenya ini seperti bukan sedang mewawancarainya, melainkan mengajaknya mengobrol hal-hal yang ringan.

“Pekerjaan saya di sana tidak terlalu berat, Pak,” sahutnya berusaha menjelaskan. “Beliau pasti dapat segera menemukan pengganti saya. Cuma memang saya harus mengajukan surat pengunduran diri setidaknya satu setengah bulan sebelum keluar. Dengan demikian mereka dapat segera mencari sekretaris baru untuk saya bimbing dalam menggantikan tugas-tugas saya, Pak.”

“Bu Rosa menikah tiga bulan lagi. Kamu resign satu setengah bulan lagi, berarti cuma bisa dibimbing olehnya selama satu setengah bulan saja. Apakah cukup waktunya? Kamu menangani dua perusahaan, lho. Pabrik cat dan developer properti.”

Karin mengangguk dan tersenyum manis. Dengan percaya diri dia berkata, “Saya tipe orang yang suka belajar, Pak. Apalagi kalau yang mengajari adalah Tante Rosa sendiri, akan ada banyak waktu bagi saya untuk menanyakan ini-itu, bahkan di rumah sekalipun. Kami masih tinggal bersama sampai beliau menikah, Pak.”

“Oh, setelah menikah, Bu Rosa akan pindah mengikuti suaminya?”

“Betul. Beliau akan tinggal di rumah suaminya di Surabaya Timur. Sedangkan saya tetap tinggal di rumah Tante di Surabaya Barat.”

“Oh, begitu. Tapi begini, Karin. Bukannya saya menyangsikan kemampuanmu. Tetapi pekerjaan yang ditangani Bu Rosa itu begitu banyak dan kompleks. Saya meragukan hanya dalam waktu satu setengah bulan saja beliau mampu mentransfer semuanya padamu. Bagaimana kalau saya meminta tambahan satu bulan lagi pada beliau untuk membimbingmu? Tentu saja kalian berdua tetap mendapatkan kompensasi yang sesuai.”

Karin mengangguk setuju. “Saya rasa tidak ada masalah, Pak. Perusahaan ini sangat berarti bagi tante saya. Beliau pasti tidak berkeberatan dengan masukan Bapak tadi. Justru karena Tante Rosa sangat mencintai perusahan ini, maka dia tidak rela kalau posisinya digantikan oleh orang asing yang tidak diketahui kredibilitasnya.”

“Jadi kamu merasa dirimu ini kredibel?”

Gadis manis itu tertawa renyah. Jonathan takjub sekali melihatnya. Tawa itu seperti tawa Theresia di masa mereka masih pacaran dulu. Begitu ceria, apa adanya, dan memikat hati. Jonathan! tegur hati nuraninya kembali memperingatinya. Ingat, dia itu Karin. Keponakan sekretarismu. Calon sekretaris barumu satu setengah bulan lagi. Jangan berani macam-macam kalau tidak mau dicekik Theresia atau bahkan Pak Simon, ayah mertuamu sendiri!

“Saya tidak mengatakan demikian, Pak. Biarlah oran g lain yang menilai. Cuma mungkin bagi Tante Rosa lebih baik posisinya digantikan oleh orang yang dikenalnya sehingga beliau masih bisa memantau perkembangan perusahaan yang sangat dicintainya ini.”

Jonathan tertawa geli. Gadis ini pintar juga berbicara. Sepertinya Rosa tidak akan mendapatkan kesulitan yang berarti dalam mentransfer seluruh ilmunya pada keponakannya ini. Yah, aku sudah tak punya alasan lagi untuk menolak gadis ini menjadi sekretarisku, putusnya dalam hati. Kemampuan ada, pengalaman ada, meskipun baru setahun. Penampilan…ehm…not bad-lah, cukup rapi dan menarik, meskipun cenderung sederhana.

“Karin, saranku sebaiknya besok kamu segera mengajukan surat pengunduran diri pada perusahaan tempatmu bekerja saat ini.”

“Jadi saya diterima bekerja di sini, Pak?”

“Definitely.”

“Terima kasih banyak, Pak Jonathan. Tante Rosa pasti senang sekali.”

“Kamu sendiri bagaimana?”

“Saya? Saya tentu saja juga senang, Pak.”

“Cuma begini, Karin. Saya mau membicarakan suatu hal yang sensitif. Harap kamu bersedia memahami….”

Gadis itu mengangguk mengiyakan. Kemudian Jonathan meneruskan ucapannya, “Bu Rosa sudah bekerja dengan baik selama dua puluh tahun lebih di perusahaan ini. Dedikasinya itu tentu saja dihargai dengan sangat sepadan oleh perusahaan. Sedangkan kamu orang baru..., tentu saja tidak bisa kami samakan dengan Bu Rosa yang kualitas dan loyalitasnya sudah terbukti.”

“Saya mengerti, Pak. Tadi kepala HRD sudah menjelaskannya.”

“Syukurlah kalau demikian. Kamu gadis yang cerdas, pasti bisa cepat menyerap semua yang diajarkan Bu Rosa.”

Karin kembali menyunggingkan senyum manisnya yang membuat jantung pria di hadapannya hampir copot. Sudah waktunya aku pulang, putus direktur utama itu dalam hati. Sebelum aku semakin terhanyut dalam khayalanku yang tidak pada tempatnya ini.

“Baiklah Karin, sekian wawancara ini. Semoga kita dapat bekerja sama dengan baik untuk ke depannya,” ujar Jonathan mengakhiri pertemuan itu. Diulurkannya tangannya yang kokoh mengajak gadis di depannya bersalaman.

Karin mengangguk sekilas dan menerima uluran tangan calon bos barunya tersebut. Setelah itu dia membalikkan tubuhnya yang ramping dan berjalan dengan gemulai menuju ke pintu keluar. Jonathan memandangnya dengan terpesona. Bagaimana mungkin seorang gadis yang berpenampilan sederhana dengan make-up yang sangat tipis bisa kelihatan begitu memikat, batinnya bertanya-tanya.

Selama ini dia terbiasa melihat perempuan-perempuan muda dengan make-up tebal dan berpakaian model masa kini yang banyak menonjolkan lekak-lekuk tubuh maupun kulit yang mulus. Istrinya sendiri termasuk salah seorang diantara perempuan-perempuan itu terutama sejak sering bergaul dengan ibu-ibu sosialita kota ini. Jonathan tidak pernah merasa keberatan karena penampilan Theresia selama ini masih dianggapnya dalam batas kewajaran. Istrinya itu masih terlihat muda

dan cantik. Sesekali mengenakan rok mini maupun celana yang agak pendek masih dapat ditoleransinya.

Ah, sudah pukul setengah empat sore, gumamnya dalam hati ketika melihat jam digital di meja kerjanya. Aku harus segera pulang. Tadi aku berjanji pada istriku akan sampai di rumah sebelum jam lima pagi. Terlambat sedikit saja, bisa terjadi gempa bumi nanti!

Dirapikannya meja kerjanya seadanya. Lalu dia beranjak meninggalkan ruangan tersebut sambil menjinjing tas kerjanya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height