CRAZY RICH MAN/C11 episode 11
+ Add to Library
CRAZY RICH MAN/C11 episode 11
+ Add to Library

C11 episode 11

Julian terbangun di antara cahaya yang menerobos jendela kamar hotel, rambutnya acak-acakan dengan selimut yang merosot terjatuh hanya menutupi pangkal pahanya.

Di lihatnya terdapat seorang wanita yang tertidur di sampingnya.

Julian bangkit dengan tubuh telanjangnya, dia membungkuk memungkuti pakaiannya dan memakainya kembali.

"Baby, kau mau ke mana?" Lisa ikut terbangun sambil memeluk selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.

"Aku harus bekerja" Julian tersenyum ramah.

Sepulang dari pesta semalam Julian sempat ke club malam. Dan sekarang berakhir seperti ini, tidur di ranjang dengan wanita.

Setelah pakaiannya rapi, Julian mengambil handponenya dan mengarahkan kamera ke wajah Lisa.

Klik

"Juls" teriak Lisa kaget.

"Aku harus memastikan jika kau tidak akan macam-macam denganku" jawabannya terdengar enteng, "Selamat tinggal"

"Shit!" umpat Lisa meremas permukaan seprai, dia sudah susah payah menggoda Julian sejak dirinya bekerja menjadi model di agensi Julian.

Tapi Julian selalu menolaknya, pria itu tidak pernah tidur dengan stafnya.

Setelah Lisa keluar beberapa bulan dan berhasil tidur dengan julian. Pagi ini, Lisa di perlakukan seperti barang yang hanya perlu di coba lalu di letakan kembali ke tempat semula tanpa harus di lihatnya lagi.

***

"Apakah Anda yakin Tuan?" tanya Robin untuk yang ke sekian kalinya melihat Julian yang memutuskan untuk keluar dari mansion kebanggaannya.

Julian berdecak pinggang dan menatap kesal Robin yang cukup lancang menganggap kepindahannya berlebihan.

"Diamlah" bentaknya dengan ketus.

Robin segera memasukan satu koper pakaian kedalam bagasi, beberapa pelayan berdiri menatap Julian yang memasuki mobilnya.

"Aku ingin dekorasi ulang kamarku disana, pastikan kau membuat jendela atau pintu rahasia yang menghubungkan kamarku dengan kamar sebelah. Kau mengerti?"

"Iya Tuan"

"Bagus" jawabannya dengan senyuman puas. Julian menyalakan mesin mobilnya dan mulai menginjak pedal gas meninggalkan pekarangan mansionnya.

Mobil bergerak melewati dua gerbang pengamanan dan meluncur melewati pohon-pohon pinus, sisi kiri kanan jalan yang berkelok-kelok di lindungi pagar menuruni gunung.

Ya, Julian tinggal di daerah pegunungan

Kekayaan dan kegilaannya mampu membuatnya membeli gunung hanya untuk dirinya sendiri.

Bagi Julian, hidup di atas gunung dan melihat semuanya ke bawah membuat dirinya bisa melihat di mana emas dan berlian yang masih tersisa di beberapa daratan Neydish.

Suara musik mengalun indah di radio untuk menemani perjalanan Julian. Pohon sakura di sepanjang jalan menjatuhkan bunganya, robot-robot polisi bertugas di setiap sudut jalan menggantikan tugas manusia.

Perlu waktu setengah jam bagi Julian untuk mengendara menuju rumah Zicola.

"Sedang apa mereka?" Kening Julian mengerut melihat Zicola memasukan koper kedalam mobil. Julian merenggangkan tekanan gas di kakinya dan membuat laju mobil memelan. Dengan seksama Julian memperhatikan apa yang terjadi di depan rumah Zicola.

Cepat-cepat Julian keluar dari mobilnya, "Kalian mau ke mana?" tanyanya dengan tidak sabaran.

"Desa Simmur" jawab Zicola dengan dingin.

Sekilas Julian melihat penampilan Yura dari atas sampai bawah, gadis itu memakai gaun selutut berkuncir dua yang membuatnya semakin terlihat imut.

Julian yakin jika Zicola pelakunya, apalagi melihat sikap Zicola yang seperti ibu-ibu.

"Aku ikut" senyuman Julian terlintas di bibirnya seketika.

"Tidak!" pelotot Zicola.

"Ayolah.. jangan mendiskriminasiku."

"Disana akan ada banyak serangga, kau akan merengek disana" cela Zicola yang berhasil membuat Julian langsung mati gaya di hadapan Yura.

Julian memang tidak menyukai serangga, lebih tepatnya. Takut.

Tapi di permalukan di depan seorang gadis bukanlah gayanya, "Aku akan menelpon pembasmi serangga. Aku sudah dewasa dan berhenti merendahkan aku"

"Biarkan saja dia ikut" usul Yura yang sejak tadi diam dan menatapnya lembut.

Zicola mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal, dia terlihat tidak setuju namun enggan menolak perintah Yura.

Julian hampir tertawa terbahak-bahak bila harus melihat ekspresi Zicola yang terlihat tidak berdaya dengan kata-kata adiknya. Bahkan ketika sedang berdebat mengenai mobil yang akan di mereka tumpangi.

***

Julian Pov

Aku sedikit gugup dan senang ketika Yu ingin satu mobil denganku. Meski aku tidak terlalu berharap banyak, setidaknya ini semua menggambarkan jika Yu tidak keberatan saat dekat denganku.

Padahal nyatanya, Yu sedang berusaha membuat Zicola semakin dekat dengan Jane. Aku tahu itu.

Suasana di dalam mobil terasa panas sekarang, aku bisa merasakan daya tarik dia yang baru. Tidak semua gadis memilikinya.

Dia cerdas dan menawan, sikap kasaranya padaku sangat menyegarkan.

Banyak pekerjan yang aku tinggalkan hari ini, mungkin sebaiknya aku harus menelpon Mrs. Morgan untuk menangani semuanya.

Ku lirik lagi dia yang duduk dengan tenang, dengan kepala sedikit melewati jendela mobil dan membiarkan rambutnya bergerak di terpa angin.

Aku sengaja memelankan laju mobilku untuk mengambil kesempatan berbicara dengannya dan berlama-lama untuk berduaan.

Meski aku tahu Zicola sejak tadi terus saja mengawasi kami.

"Seperti apa Jane itu?" tanya Yu tiba-tiba.

Jane? Mana aku tahu!

"Mencintai Zicola dengan tulus." Hanya itu yang aku tahu, dan aku tidak tertarik mengetahui urusan orang lain.

"Aku mengajak mereka kemari untuk mendekatkan mereka, ku lihat kakakku tidak mudah mendapatkan kemajuan"

Memang benar, Zicola terlalu kaku untuk urusan wanita. Dia terlalu membentengi dirinya sendiri.

Aku ingat saat pertama kali kami bertemu, dia seperti kucing liar yang kelaparan dan di siksa, dia tidak bicara sepatah kata pun kecuali kepada ibuku.

Saat ibuku meninggal, dan untuk pertama kalinya aku menangis di depan umum.

Sejak saat itu, Zicola berubah, dia menjadi pelindung hidupku lebih dari sosok ayahku sendiri. Dia yang mengajarkan aku banyak hal, meski aku sering di buat menangis karena ketegasan dan kerasnya dia. Tapi aku bersyukur, Zicola menyayangiku dengan tulus dan tanpa aku sadari aku bisa bisa berdiri sendiri hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Amerika dan memulai segalanya disana.

Terkadang aku membenci ayahku setiap kali aku menatapnya. Dia pria brings*k yang tidak pernah memiliki waktu untuk keluarganya, bahkan disaat ibu menghembuskan napas terakhirnya.

Ayahku tidak datang ke pemakaman karena tugas negara. Satu minggu setelah ibu berada dalam tabung dia baru datang.

Pria itu selalu menjadikan pekerjaannya sebagai alasan untuk pergi. Aku tahu, meski dia menjadi seorang perdana mentri, tetap saja hidupnya berada di bawah telunjuk kerajaan. Aku mengerti itu.

Karena itu, aku ingin lebih kaya dari generasi Giedon manapun. Aku ingin melindungi siapapun yang aku cintai.

Aku tidak ingin seperti ayahku yang tunduk karena kakaknya seorang raja.

"Kau adik yang baik" pujiku menyamarkan kenanganku yang cukup sulit.

"Jadi bagaimana caranya kau mendekatkan mereka?" tanyaku lagi karena dia tidak kunjung bicara.

Yu membalas tatapanku, mulutnya bergerak hanya untuk menggigit bibirnya.

Sial, jangan menggodaku!

"Aku sedang memikirkannya" bisiknya terdengar malu.

Mengapa dia harus malu?, apa dia tidak pernah merasakan bagaimana pendekatan dengan seorang pria?

Tidak mungkin!

Haruskah aku memanfaatkan moment ini?

"Aku punya banyak rencana jika kau memerlukannya. Aku juga berfikif Zicola hanya cocok dengan Jane"

Ya. Tidak ada salahnya aku menukar waktu berbisnisku yang terbiasa dengan uang, di tukar dengan mendapatkan seorang wanita.

"Oke."

hanya oke?, dia pandai menghentikan topik pembicaraan yang aku bangun.

"Julian.."

Dia memanggilku, memanggil namaku untuk pertama kalinya.

Aku merasa senang dan tidak dapat menyembunyikan senyumanku sekarang. "Apa?" Aku merasa sangat gugup dan malu untuk menjawab.

Bersikap seperti biasa Juls!, kau bukan perjaka yang tidak pernah bertemu wanita!

"Apakah kau takut serangga?" Matanya yang kecokelatan itu menatapku lembut dan penuh kerinduan. Tidak ada rasa humor atau ejekan di matanya.

Aku terbuai dalam tatapannya, aku mengangguk malu dan melihat ke jalanan lagi dan menyetir dengan benar.

Bibir mungilnya berkedut menahan tawa, "Kau sangat lemah" ejeknya yang akhirnya tertawa. Suara tertawa keras di wajah cantik itu sangat menohok hatiku.

Kau salah sayang. Kita bisa membuktikan kekuatanku di ranjang, setelah itu kau bisa menilaiku.

"Jika aku kuat dan tidak takut apa-apa, aku tidak membutuhkan bodyguard. Jika aku tidak memakai bodyguard, mereka akan menjadi pengangguran. Aku lemah karena di rencanakan Nona." Dia harus tahu pembelaanku.

Yu tidak bicara apapun lagi setelah itu.

Mungkin karena aku salah bicara.

To Be Continue..

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height