CRAZY RICH MAN/C13 Episode 13
+ Add to Library
CRAZY RICH MAN/C13 Episode 13
+ Add to Library

C13 Episode 13

Kebun bunga mawar membentang sepanjang tepi danau, perahu-perahu kecil menyebrang membawa berkah bunga-bunga yang di petik.

Budaya Neydish masih berjalan tidak luntur sedikitpun, setiap di hari libur semua orang membeli bunga dan menyimpannya di depan pintu sebagai simbol kebahagiaan dan kekuatan yang terbalut di balik keindahan.

Yura duduk di bangku kecil menunggu Julian yang berbicara dengan seorang pemilik kuda.

Tidak berapa lama pria itu datang tiga ekor kuda yang di tuntunnya.

"Kau yakin bisa naik kuda?" tanya Julian ragu, melihat fisik Yura yang mungil dan nyaris seperti anak di bawah umur membuat Julian sangat

ragu.

"Kita lihat saja nanti" tekan Yura mulai emosi.

Julian terkekeh geli melihat ekspresi yang baru di lihatnya, biasanya Yura selalu menampakan ekspresi datar dang kosong.

"Mengapa kau marah padaku?."

Yura langsung menatap tajam, pertanyaan polos Julian telah membuatnya semakin marah.

"Kau telah menciumku!, sialan. Jaga sikapmu, mengapa kau mesum sekali" omel Yura dengan kasar.

"Itu hanya ciuman" Julian langsung tertunduk takut, ekspresinya seperti anak kecil yang ketahuan telah melanggar aturan.

"Jaga jarak denganku. Dan berhenti bersikap tidak sopan. Kau pria tua mesum"

Julian hanya mengangguk tanpa protes.

Belum sempat Yura menaiki kuda putih pilihannya, kuda tersebut langsung membungkuk seperti mengerti apa yang harus dia lakukan kepada gadis itu.

Mulut Julian sempat menganga tidak percaya, namun apa yang di lihatnya memanglah nyata. Bahkan kenyataan itu semakin di pertegas ketika Yura berbicara pada satu kudanya lagi untuk mengikuti mereka.

Langkah kaki kuda bergerak lambat dan santai, sesekali Julian mencuri pandangan pada Yura yang berada di sampingnya.

Yura sangat berbeda baginya, banyak wanita cantik dan pintar yang sudah Julian temukan.

Namun gadis itu berbeda, dia apa adanya. Yura tidak tertarik pada Julian. Sikapnya juga cukup buruk, akan tetapi perlakuan buruknya justru membuat Julian senang dan terkesan.

"Sejak kapan kau bisa bisa berbicara pada hewan?" Julian membuka pembicaraan lagi setelah memastikan Yura tidak akan mengomelinya lagi.

"Aku tidak mengingatnya."

"Aku juga memiliki sahabat di Hong Kong. Kami bekerjasama membudi dayakan menanam ganja di sini"

Wajah Yura memucat dengan bibir yang terbuka tidak dapat menutupi rasa terkejutnya. "A.. apa katamu?, itu ilegal!."

Julian tertawa seketika, "Aku menanam dua hektar ganja di sini. Itu semua untuk pengobatan dan perang. Beberapa pengidap kanker terkadang memakainya"

"Karena itu kau menjadi kaya?"

"Aku tidak kaya. Tapi uangku terlalu banyak" jawab Julian di antara kerendahan hati dan kesombongannya yang menggunung.

Langkah kuda Julian terhenti, perhatiannya tertuju pada Zicola dan Jane di depannya.

"Ikuti rencanaku"

***

Julian Pov

Setelah beberapa alasan untuk menggiring Yu pergi bersamaku, akhirnya kami pergi berdua setelah pergi meninggalkan Zicola dan Jane di hutan.

Aku senang melihat keinginan Yu agar Zicola dan Jane bersama, aku sendiri cukup tahu seberapa besar dan tulusnya Jane kepada Zicola. Dia pria beruntung, namun belum menyadarinya.

Kami duduk di kursi kecil sebuah bar biasa dengan pengunjung yang mayoritas petani, orang-orang desa tidak mengenaliku. Aku bersyukur.

Biasanya aku akan membawa wanita terbang, atau berlayar dan berpesta dengan liar yang di bumbui seks. Aku punya kelas sendiri dalam membawa wanita.

Cantik, berpengalaman, seksi, pandai menggoda. Dan cukup pintar. Mereka seperti kumpulan boneka cantik yang terbuat dari pabrik berbeda-beda. Aku akan memperlakukan mereka layaknya kekasih dan memberikan kenangan bagus. Membuat mereka terkesan.

Sayangnya aku cepat bosan dan berakhir dengan aku meninggalkan mereka.

Tapi untuk kali ini berbeda..

Aku tidak ingin mencolok dan menampakan sisi kehidupanku yang sangat Hedonis kepada Yu.

Untuk pertama kalinya aku ingin terlihat sebagai pria baik di depan seorag wanita.

Aku tidak tahu mengapa aku harus melakukannya. Tapi membuat Yura tertarik padaku adalah sebuah keharusan.

Urusan hubungan kami nantinya dan juga Zicola adalah urusan akhir.

Yang penting aku ingin bersama Yu dulu sampai bosan, lalu kami akan memutuskan hubungan dan kembali ke jalur hubungan kekeluargaan.

Aku mengambil anggurku dan menyesapnya perlahan, namun pandanganku tidak terlepas dari Yu yang sedang makan sepotong roti isi. Dia pasti sangat lapar setelah meninggalkan makan siangnya.

Wajahnya sangat kecil dan menggemaskan, ketika dia berkedip dan menggerakan bulu matanya yang panjang dan letik, matanya akan berkilau di antara cahaya matahari yang mulai turun.

Bibirnya sedikit kemerahan segar dan penuh, sangat mengingatkan aku pada apel terbaik di Neydish. Pipinya tidaklah tirus, namun aku masih ingat selembut apa kulitnya itu saat bersentuhan dengan kulitku.

Dia cantik, bahkan ketika marah dan mengucapkan nada sarkas dari mulutnya, sudah dapat membuat intiku menegang.

Aku harap aku satu-satunya pria yang dapat melihat kecantikannya saat ini.

"Apa rencanamu setelah datang ke Neydish?" Aku harap dia melanjutkan pendidikannya, dia sangat berpotensi. Sorot matanya mencerminkan ambisi, keberanian dan cerdss.

"Aku akan melukis"

"Terdengar indah"

"Bagaimana denganmu?, apa yang kau lakukan selain menghasilkan uang dan bersenang-senang?."

Apakah dia serius dengan pertanyaannya?, apakah sekarang dia sedang menilaiku?.

Aku harus memulainya. "Aku meraih gelar S1 di Columbia, disana aku mengembangkan bisnis judi dan ilmu teknologi. Setelah itu aku meraih gelar S2 di Harvard belajar mesin dan berkebun ganja, memasoknya untuk keperluan perang. Aku melakukan wajib militer selama tiga tahun, dan sekarang berakhir di sini" ceritaku panjang lebar.

Bibir Yu terbuka dengan mata membulat sempurna.

Ya, kagumlah dengan perjalanan hidupku sayang.

"Mengapa kau mengejar pendidikan lagi, sementara kau sudah sangat kaya" tangannya mengedar menggambarkan seberapa banyak uang yang telah aku hasilkan.

Aku tersenyum masam mendengarnya. Pendidikan adalah formalitasku, nenek mengaharapkan aku menjadi presiden.

Aku tidak haus jabatan menjadi peminpin negara, namun banyak hal yang membuatku tidak dapat menolaknya.

"Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak orang cerdas. Itu adalah aset pendorong bangsa untuk maju" jawabku asal-asalan.

Sebuah senyuman langsung menghiasi bibir Yu, dia mengambil anggurnya dan menegaknya sampai tandas.

Aku memutar-mutar ujung jariku di atas meja, ada sebuah pertanyaan yang sangat ingin aku katakan padanya.

Tapi aku tidak tahu harus mengatakan apa. Dua minggu mengenal Yu mungkin terasa cepat, namun aku sangat tertarik padanya.

Ku tarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Apa kau sudah memiliki kekasih?."

***

Author Pov

"Apa kau sudah memiliki kekasih?"

Yura berkedip beberapa kali, bibirnya terkatup rapat melihat ekspresi kesungguhan di wajah Julian saat ia melontarkan pertanyaan itu.

"Apa kau masih ingin berkencan denganku?" Suara Yura terdengar dingin.

"Apa masalahnya jika aku tertarik padamu?, atau..." Julian memicingkan matanya penuh curiga, ia membungkuk mendekatkan wajahnya. "Apa kau memang penyuka sesama jenis?."

Yura melotot seketika, giginya bergemulutuk menahan emosi. Berbeda dengan Julian yang tersenyum manis menopang dagunya.

"Kau terlihat sangat cantik saat marah" goda Julian yang masih dalam keterpukauannya, "Marahi aku terus. Aku suka"

Duk

Kaki Yura menghentak menendang lutut Julian di bawah meja.

"Aw!" pekik Julian hampir mengeluarkan teriakan keras, Julian meringis mengusap lututnya.

"Kita pulang sekarang" Yura beranjak dari duduknya dan pergi menuju kasir untuk membayar makanannya.

Melihat Yura yang sudah lebih dulu membayar makanan mereka, Julian langsung melangkah cepat dan merebut dompet gadis itu tepat sebelum dia menyerahkan uangnya.

"Di belahan dunia manapun, pria yang membayar Nona" Julian mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang.

Kebaikan Julian ternyata sama sekali tidak menampakan kekaguman di mata Yura, bahkan gadis itu langsung keluar bar tanpa mengatakan apapun.

Julian menarik napasnya dalam-dalam, dia berdiri di samping Yura yang terlihat bingung mencari kuda mereka.

"Di mana kuda kita?."

"Kita naik mobil."

Tidak berapa lama sebuah mobil supercar Lotus Exige hitam datang dari jalanan dan memasuki halaman kecil bar itu.

"Ayo" Julian mengamit tangan Yura dan membawanya menuju mobil itu.

Ketika pintu mobil di buka tidak ada siapapun di dalamnya. Yura mematung kehilangan napasnya seketika. "Siapa yang mengemudi?"

"Dirinya sendiri dan kecerdasanku" jawab julian dengan bangga.

Dengan sedikit keraguan Yura masuk dan duduk di susul Julian.

"Selamat sore Tuan, ke mana tujuan Anda?" suara di komputer kecil itu bertanya setelah Julian menekan permukaan ibu jarinya di layar.

Julian menekan beberapa tombol di atas keyboard, "Jalan Angelina. Matikan cctv, dan tetap dalam kecepatan empat puluh."

"Baik Tuan" mobil pintar itu kembali menjawab sebelum akhirnya bergerak sendiri.

Yura tidak dapat menyembunyikan kekagumanya, bahkan binar matanya nampak bercahaya di penuhi ke ingin tahuan.

"Ini sangat mengagumkan" puji Yura dengan tulus.

"Aku memang mengagumkan, hanya wanita tidak normal yang menolakku" gumam Julian dengan ketus.

"Sebaiknya kau diam"

"Jika mulutku diam. Bagaimana jika tanganku saja yang bergerak, misalnya bergerak meremas dad4mu" bisik Julian penuh semangat. Yura langsung mendelikan matanya.

"Jika pikiranmu hanya di penuhi seks. Ajak wanita lain. Aku perempuan baik-baik" nada suara Yura merendah dengan ketegangan.

Ada senyuman kecil yang menghiasi bibir Julian, tubuhnya membungkuk mengurung ruang duduk Yura. "Kau tahu pepatah. Seburuk-buruknya pria, dia akan akan tetap mencari wanita terbaik juga."

Kepala Yura bergerak dan membalas senyuman maut Julian, pergerakan wakahnya mengikis jarak di antara mereka.

"Jika kau merusak setiap wanita yang kau temui. Maka jangan harap menemukan wanita baik" balasnya menampar perkataan Julian.

Tubuh Julian kembali menjauh dan dia duduk kembali di tempat semula. "Bagaimana jika aku benar-benar suka padamu?"

Perkataan Julian sama sekali tidak berpengaruh terhadap Yura, hatinya tidak akan pernah mudah goyah meski Julian sangat mirip dengan seseorang yang sangat di rindukannya.

Ketika sampai di vila kedatangan Julian dan Yura di sambut oleh Thomas dan Rebeca yang sudah sejak lama mereka duduk di balkon menunggu kedatangan mereka.

"Siapa wanita itu?" Yura mencengkram sabuk pengamannya seketika, wajah cantiknya terlihat pucat seketika.

"Kekasih ayahku."

To Be Continue..

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height