Dating His Father/C6 Her New Fantasy
+ Add to Library
Dating His Father/C6 Her New Fantasy
+ Add to Library

C6 Her New Fantasy

Akhir pekan yang ramai...

Para pengunjung dua kali lipat lebih ramai dari hari biasa, Vanessa pikir di akhir pekan seperti ini semua orang akan mengambil liburan mereka untuk pergi ke tempat yang berbeda. Namun sepertinya, kafe milik Uncle Clark ini memiliki daya tarik tersendiri.

Di saat hari biasa pada tengah hari seluruh meja akan diisi oleh pekerja kantoran, tapi hari ini terlihat remaja yang juga menikmati kopi nikmat khas Uncle Clark. Vanessa menghela nafas sambil tersenyum.

"Well, sepertinya tidak ada hari libur untuk kita Princess." singgung Audrey yang kini telah berdiri di samping meja kasir.

"yap, setidaknya keramaian inilah yang dapat membayar gaji kita." balas Vanessa.

"Hm, apa maksudnya itu?" Vanessa mengernyitkan dahi.

"Apa?" Tanya Audrey menatap bingung kearah Vanessa.

"Princess?" Gadis berambut pirang itu mengangguk meng-iyakan.

"Uhm... sebentar lagi kau akan menjadi Mr.Watson's Princess. Hmm, aku penasaran dimana pria tua itu. Biasanya dia sudah disini di jam-jam seperti ini." ujar Audrey dengan entengnya seraya melirik jam tangan dan menengok kerumunan pengunjung, sementara Vanessa memikirkan kata 'Mr.Watson's Princess' yang membuat bulu kuduknya sedikit merinding. Mendengar nama pria itu saja sudah membuat otaknya berpikir hal-hal aneh hingga mengganggu konsentrasinya saat bekerja, apalagi setelah mendengar pengakuan Audrey jika pria itu tertarik padanya.

Tertarik dalam tanda kutip...

"Dia tidak akan datang Audrey, ini akhir pekan. Tipe pekerja keras seperti dia pasti akan memilih berlibur dan berolahraga, atau mungkin menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah." kata Vanessa.

"Beristirahat di rumah? Contohnya..." tanya Audrey.

"Tidur sepanjang hari..." balas Vanessa.

Entah tidur dengan siapa, sambung gadis itu dalam hati. Mengingat pria setampan dan semapan Mr. Watson, tentu saja pria itu dapat memilih siapa pun untuk menemaninya tidur. Mengapa memikirkan hal itu membuat hati Vanessa terasa diremas, padahal ia hanya sekedar mengagumi pria itu. Mengagumi karakternya yang terlihat sangat maskulin dan dewasa.

Tentu saja karakter seperti itu banyak digilai oleh wanita, belum lagi pria itu bergelimang harta. Wanita pasti akan siap mengantri untuk menjadi kencannya.

Dan hal yang kemarin disepakati bersama Audrey, sepertinya mustahil untuk didapatkan. Vanessa hanya gadis polos, tidak mengerti kata make-up dan jauh dari kesan glamor. Dan pria itu, yang duduk disana dengan santainya. Pasti akan memilah terlebih dahulu setiap teman kencannya, meskipun Audrey berkata pria itu tertarik padanya dalam tanda kutip.

Namun Mr. Watson sepertinya tidak membenarkan hal itu bahwa pria itu tertarik padanya, mungkin itu hanya akal-akalan Audrey agar dirinya yakin dan mau menerima tawaran gila itu.

Selangkah lagi Ness, kau akan menjadi wanita malam...

"Hey... hey... dia datang..." bisik Audrey dengan nada tergesa-gesa, Vanessa membulatkan kedua matanya ke arah pintu masuk. Melihat pria itu dengan gaya kasualnya, hanya mengenakan kaos oblong serta celana jeans. Namun tetap terlihat sangat tampan dan berwibawa, pria itu membuka kacamata hitamnya. Mencari tempat duduk dan seperti biasa memesan secangkir kopi.

Vanessa sempat berpikir pria itu tidak akan datang kemari, namun lagi-lagi dugaannya selalu salah. Vanessa terlihat sangat gugup dengan kedatangan pria itu, ia menggigit bibir bawahnya sendiri sambil menatap punggung lebar Mr. Watson. Tapi tiba-tiba, pria itu menoleh tepat ke arah Vanessa berdiri di balik mesin kasirnya, sontak saja gadis itu mengalihkan pandangannya dengan wajah memerah.

Sial, kenapa hari ini Mr. Watson sangat tampan...

Vanessa tidak pernah berhadapan dengan pria selama hidupnya, ia adalah tipe gadis polos. Baginya pria adalah hal paling terakhir yang ada di dalam hidupnya selain mendiang Ayahnya, apalagi pasal cinta. Vanessa sama sekali tidak mengerti.

Sekarang di umurnya yang sudah menginjak dewasa ini, ia malah bersikap seperti remaja yang baru merasakan pubertas. Vanessa berusaha menahan jemarinya yang bergetar mati-matian semenjak kedatangan pria itu di kafe.

"Santai saja Ness, dia itu bukan pria seumuran kita. Dia itu Sugar Daddy..."

Maka dari itulah tanganku bergetar, karena sepertinya sekarang aku memiliki fantasi baru tentang pria yang jauh lebih dewasa semenjak bertemu dengan Mr. Watson. Kata Vanessa merutuk dalam hati.

"Audrey, sepertinya aku harus membatalkan rencana itu-"

"Lalu bagaimana kau akan membiayai hidupmu? Hidup Lisa?" Potong Audrey, Vanessa berpikir keras. Dirinya ragu, ragu jika ia bisa berhadapan dengan Dewa Yunani yang sangat sempurna itu tengah duduk disana dengan santainya seraya menyeruput kopinya.

Vanessa tidak bisa...

Mr. Watson sangat sempurna untuknya, bagaimana jika mengacaukannya kelak? Wajah Vanessa terlihat gugup, Audrey memukul dahinya sendiri. Vanessa benar-benar tidak mengerti pasal lelaki. Tak heran jika ia terlalu paranoid bahkan hanya mendengar nama Mr. Watson.

"Ness... Ness... dengarkan aku... it's just Sex... anggaplah seperti itu dan kau akan baik-baik saja." ucap Audrey menangkup wajah mungil Vanessa memberinya semangat.

Baiklah, kini Audrey benar-benar menjerumuskannya ke dalam dasar lubang yang curam. Meski ini adalah cara yang instan untuk memperbaiki segala kehidupannya yang kurang beruntung. Katakanlah ia begitu naif, takut terjerumus terlalu dalam namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat menginginkan pria itu.

Audrey memberitahunya untuk tetap rileks, Vanessa menarik nafas panjang dan mengembuskannya secara perlahan.

It's just Sex...

Setelah itu jalani hidup seperti biasa...

Vanessa terus melafalkan kalimat itu di kepalanya, setidaknya hal itu membuatnya sedikit lega dan menghilangkan obsesi gila terhadap pria itu.

Setelah menenangkan Vanessa, Audrey lalu melenggang menuju bangku Mr. Watson.

Ia berdiri di samping pria itu dengan rok minimnya seraya tersenyum manis, Vanessa melihatnya dari kejauhan. Audrey sedikit membungkuk dan membisikan sesuatu di telinga Mr. Watson, Vanessa menyipitkan kedua matanya. Penasaran dengan apa yang disampaikan gadis itu kepada Mr. Watson, seperti ada sesuatu yang aneh...

Vanessa tidak bisa terus memerhatikan Audrey dan Mr. Watson yang sepertinya tengah asik berbincang karena banyaknya pengunjung, terbukti dari dua orang tersebut tengah bersenda gurau tertawa bersama. Dan Vanessa tidak tahu apa yang sedang mereka berdua tertawakan.

Cukup lama Vanessa menunggu, tak lama Audrey kembali dengan wajah girang dan senyum cerianya. Sepertinya di tempat ini hanya Audrey yang terlihat sangat centil dibandingkan lainnya.

"Ness, siapkan dirimu! Karena malam ini Mr. Watson ingin mengajakmu makan malam..." ujar Audrey yang sontak terkejut tak menyangka akan secepat ini.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height