Dating His Father/C9 Disappear
+ Add to Library
Dating His Father/C9 Disappear
+ Add to Library

C9 Disappear

Senin pagi yang sangat sibuk, ketika semua orang berlalu-lalang bersiap membersihkan seluruh meja kafe atau sekedar mengepel lantai, sementara Vanessa berdiri bagaikan patung di balik meja kasir. Kantung matanya terlihat menghitam seperti kurang tidur, benar saja. Semalam ia terbangun dan tidak dapat tertidur kembali setelah melihat amplop cokelat yang tergeletak di meja kamarnya.

Setiap melihatnya, pikiran Vanessa selalu tertuju kepada pria itu. Ragu untuk melangkah maju dan terjerumus lebih dalam lagi, namun kemana lagi ia harus pergi?

"Hey..." Vanessa sedikit terperanjat ketika seorang gadis yang ternyata adalah Audrey mengejutkan dirinya, tapi hanya ditanggapi biasa saja oleh Vanessa.

"Wajahmu pucat, apa kau baik-baik saja? Apa Mr. Watson menyakitimu? Bagaimana semalam?" Pagi ini Vanessa sedang dilanda rasa bimbang dan Audrey memberondongnya dengan segala pertanyaan yang makin membuat kepalanya pusing.

Audrey masih menunggu jawaban darinya dengan menyodongkan badan ke arah Vanessa.

Vanessa menghembuskan nafas kasar, "Audrey, kita perlu bicara..." ujarnya, Audrey terdiam sesaat. Ia merasa ada sesuatu yang salah pada Vanessa.

Apa gadis itu baru saja kehilangan keperawanannya hingga seperti ini? Batin Audrey, namun ia hanya mengangguk. Selepas bekerja mereka akan berbicara serius, karena sepertinya ini akan jadi hari yang sangat sibuk dan tentu saja mereka tidak akan memiliki waktu untuk sekedar mengobrol di sela jam kerja.

Jam berlalu sangat cepat...

Vanessa melirik jam dinding sudah lewat tengah hari, ia bahkan melupakan makan siangnya karena terlalu banyak pengunjung. Mengelap keringat di dahinya, Vanessa melirik setiap kursi yang sepertinya tidak ada tempat kosong sama sekali. Namun kedua mata indahnya tidak menemukan sosok tersebut, Vanessa sempat merasakan dadanya sesak.

Ketidakhadiran pria itu membuat lubang kecil di dadanya, seperti ada sesuatu yang hilang saat rutinitas pria yang tidak pernah absen di kafe ini, kini tidak menunjukan tanda-tanda dirinya. Vanessa sempat berpikir mungkin hal ini didasari oleh kejadian semalam, ia melakukan kesalahan, Vanessa akui itu. Ia memang gadis yang bodoh...

Hari menjelang sore, dan benar dugaannya bahwa pria itu tidak datang hari ini. Dengan alasan sibuk, Vanessa bahkan ragu. Mr. Watson selalu menyempatkan dirinya kemari meski sesibuk apapun, bahkan sebelum Vanessa bekerja disini, itu yang pernah Audrey katakan.

Tiba-tiba Vanessa melihat Audrey membalikan tanda 'buka' dengan tanda 'tutup', ia mengernyit bingung dan menunggu gadis itu melewati dirinya.

"Tutup secepat ini saat pengunjung masih banyak?" Tanya Vanessa.

"Ya, Mr. Clark sedang mengikuti sebuah acara jamuan kopi dan beberapa karyawan ikut bersamanya, maka dari itu kafe tutup.." jawabnya.

"Kau dan aku tidak diajak?"

"Bodoh, tentu saja tidak. Memangnya kita ini pembuat kopi?" Balas Audrey.

"Benar juga."

"Sudah, aku akan membersihkan meja terlebih dahulu. Setelah itu kau bisa menceritakan masalahmu..." Vanessa mengangguk melihat gadis itu dengan cekatan membersihkan meja dan merapikan kursi, Vanessa ingin mengambil amplop cokelat yang ada di kamarnya, namun seketika ia mengurungkan niatnya dan berpikir sejenak.

Mungkin Mr. Watson akan murka ketika perjanjian yang harusnya hanya diketahui oleh dua belah pihak malah disebar luaskan, dan Vanessa takut hal itu akan membuat pria itu menjauhinya atau mungkin membencinya. Vanessa akan bercerita seadanya pada Audrey, meminta bantuan dan mungkin sahabatnya dapat mengerti kondisinya.

Saat keadaan mulai sepi, dan Mr. Clark pergi beserta rombongannya. Vanessa memijit kepalanya sendiri seraya menggenggam ponsel miliknya, mengetahui keadaan Lisa yang kian memburuk dan ia belum bisa membawa wanita tua itu ke rumah sakit sedangkan biaya terakhir belum bisa Vanessa lunasi. Dan sekarang Mr. Watson menghilang tanpa kabar, meninggalkan dirinya dengan coretan tinta di beberapa lembar kertas yang dapat menjungkir-balikan dunianya.

Vanessa mendengar kursi berdecit nyaring, Audrey menarik sebuah kursi lalu duduk di depan Vanessa sambil membawa dua cangkir kopi.

"Ness... katakan padaku, apa yang terjadi padamu?" Selidik Audrey, Vanessa memegangi ujung seragam kerjanya. Ia harus berkata kepada Audrey mulai dari awal, mungkin tidak semuanya termasuk kontrak tersebut.

"Audrey... bisakah kau mencarikanku pria lain?" Tanya Vanessa setelah keheningan beberapa lama, Audrey sempat menyemburkan kopi yang baru saja ia minum dari cangkirnya. Apa gadis ini bercanda?

"Apa kau sehat? Kenapa dengan Mr. Watson?" Tanya Audrey heran dengan nada tinggi.

"Hm... aku rasa dia tak menyukaiku." balas Vanessa dengan suara pelan.

"Bagaimana mungkin?"

"Entahlah... mungkin karena aku belum pernah melakukannya dan terlalu kaku." jawab Vanessa polos.

Audrey menghembuskan nafas panjang, "jika Mr. Watson saja tidak bisa kau goda, bagaimana caramu menggoda pria lain?" Pertanyaan Audrey barusan ada benarnya. Dan Vanessa terlalu bodoh untuk tidak berpikir sampai sejauh itu.

"Begini saja... aku tidak tahu apa yang terjadi padamu Ness, tapi sepertinya Mr. Watson tertarik padamu. Sangat tidak mungkin jika dia tidak menginginkanmu....

...jadi, saranku kau harus tetap maju. Demi Lisa, karena hanya Mr. Watson yang dapat menolongmu. Berharap pria lain, tidak mungkin Ness. Apalagi kau sangat polos." jelas Audrey panjang lebar, Vanessa nampak berpikir keras. Namun Audrey tetap memberi semangat dan pengertian kepada Vanessa, pun demi kebaikan gadis itu juga.

"Sudah terlanjur basah, mandi saja sekalian..." tambah Audrey seraya tersenyum.

"Tapi dia tidak datang hari ini, bagaimana ini?" Tanya Vanessa khawatir.

"Mungkin dia sibuk, atau kau bisa menghubunginya. Kebetulan Mr. Clark memiliki nomor pelanggannya.." kata Audrey.

"Hm, baiklah... terimakasih sekali lagi Audrey, aku berhutang banyak padamu." ujar Vanessa.

"Kapanpun sis...." balas Audrey.

Vanessa menghubungi sebuah nomor, bukan nomor pribadi setahu Vanessa. Setelah percakapan lama tadi, Audrey memberi buku telepon kepadanya dan akhirnya ia menemukan nama Mr. Watson tertera disana.

Meskipun gugup, Vanessa mencoba memberanikan diri ketika menempelkan benda mungil itu di telinganya.

Suara sambungan telepon makin membuat jantungnya berdebar, dirinya makin yakin ini adalah nomor pria itu dan sebentar lagi ia akan mendengar suara berat yang Vanessa sukai. Tak sadar jika ia memegangi dadanya sedari tadi.

"Halo..."

Suara wanita berhasil membuat Vanessa terkelonjak, tapi terdengar begitu formal dan Vanessa baru menyadari bahwa itu mungkin saja sekertaris Mr. Watson. Vanessa bernafas lega dan menyebutkan namanya dan kepentingannya dengan Mr. Watson.

"Sorry miss... tapi Mr. Watson tidak dapat berbicara dengan orang yang tidak dikenal dan belum membuat janji untuk berbicara." ujar wanita itu dari seberang telepon, membuat Vanessa bingung setengah mati.

Hanya untuk berbicara sebentar saja harus membuat janji terlebih dahulu....

"Baiklah, terimakasih." Kata Vanessa sebelum mematikan sambungan telepon.

Ia terduduk lemas di kursi, kemana lagi Vanessa harus mencari pria itu? Mungkin Mr. Clark mengetahuinya, tapi itu sama saja membawa dirinya dalam masalah besar jika Uncle Clark tahu.

Seketika Vanessa tertarik pada sesuatu, di dalam buku telepon tersebut terdapat sebuah alamat dari masing-masing nomor telepon. Terbesit sebuah ide di kepalanya, ini mungkin gila. Mendatangi pria itu di sebuah bangunan kantornya, tapi akan Vanessa lalukan apapun itu demi Lisa.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height