Denting Cinta/C4 Part 3. Bertemu Galaksi
+ Add to Library
Denting Cinta/C4 Part 3. Bertemu Galaksi
+ Add to Library

C4 Part 3. Bertemu Galaksi

"Kamu bener-bener keterlaluan David." David mendongak untuk mendapati wajah murka sang ibu. "Mama sudah pilihkan perempuan terbaik dari yang terbaik, dan kamu menolaknya begitu saja. Kamu pikir di mana lagi kamu bisa mendapatkan perempuan seperti Arin?" David menutup matanya sambil menghela napas. Dia tahu jika ini akan terjadi.

Arin, perempuan itu pasti sudah mengatakan apa yang kemarin David ucapkan kepadanya.

"Aku nggak membutuhkan perempuan seperti Arin Ma."

"Lalu perempuan seperti apa yang kamu butuhkan?" pertanyaan sang ibu begitu terdengar sinis di telinganya, tapi David sudah terbiasa mendengar itu.

"Perempuan tegas...."

"Seperti Shanika maksud kamu? Kamu menyukai istri sahabat kamu?" kepala David berdenyut mendengar perkataan ibunya. Kalau boleh, dia ingin memiliki istri seperti istri sahabatnya itu, tapi sayangnya tidak ada, atau bahkan dia belum menemukan.

Apa David benar-benar menyukai Sha? Lelaki itu mengagumi sosok Sha. Perempuan luar biasa di matanya. Dia berharap jika Marvel tak akan pernah mengetahui hal ini, karena kalau sampai itu terjadi, maka habislah dia.

"Ma, bukan itu maksudku." akhirnya David bisa bersuara. "Mama tahu gadis bernama Arin itu? Di hari pertama kita ketemu saja, dia udah telat. Mama tahu betul aku benci orang yang nggak tepat waktu." mencoba menjelaskan adalah cara David meredam emosi ibunya. "Dan tolong jangan bawa-bawa istri Marvel dalam masalah ini, kalau ada yang dengar akan menjadi salah paham."

David masih duduk di singgasananya. Tadinya dia sedang berkutat dengan pekerjaannya sebelum sang ibu datang dan membuyarkan konsentrasinya.

"Dan kamu sudah membuat Mama malu."

"Dan Mama sudah membuat aku nggak nyaman." ibu dan anak itu saling memandang dengan sengit. Entah kenapa David merasa harus menegaskan jika dirinya harus memberitahu kepada sang ibu secara tidak langsung melalui tindakannya jika beliau tak perlu terus mendikte hidup lelaki itu.

"Aku udah terlalu tua untuk mendapatkan perlakuan seperti ini dari Mama. Jadi tolong, Mama nggak perlu repot-repot mencarikan aku istri. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Dan kamu pikir pilihanmu akan Mama terima begitu saja?"

"Itu urusan Mama. Karena kalau aku sudah menemukan perempuan itu, aku akan memperjuangkan meskipun Mama menolak kehadirannya." ibu David mencengkram tas yang dibawanya mendengar untuk pertama kalinya putranya berani membantahnya.

"Mama tunggu waktu itu datang." setelah mengatakan itu, perempuan paruh bawa itu pergi dari ruangan David. Meskipun David merasa menyesal sudah seberani itu dengan sang ibu, tapi dia berusaha menyangkalnya. Mengatakan kepada dirinya sendiri jika dia perlu melakukan hal seperti tadi agar tak terus-terusan di kontrol oleh ibunya.

Mencoba mengendalikan emosinya, David memutar kursi kerjanya untuk menatap luar gedung kantornya dari ruangannya. Berusaha agar dia bisa segera melupakan apa yang terjadi beberapa waktu lalu dan bisa melanjutkan pekerjaannya kembali.

Sorenya, David melajukan mobilnya ke kantor milik Sydney. Tak ada tujuan ke sana sebetulnya, tapi Kiev meminta tolong agar dia menjemput Sydney. Kiev sendiri sedang berada di luar kota, dan supir yang biasa mengantar jemput Sydney juga sedang pulang kampung. Jadi opsi terakhir adalah David yang menjadi sopir dadakan sekaligus bodyguard buat istri sahabatnya itu. Kampret memang si Kiev ini.

Tanpa banyak bicara, setelah sampai di kantor Sydney, David masuk ke dalam lift. Tak mempedulikan jika dia sedang ditatap beberapa gadis sambil tersenyum, bahkan ada yang entah disengaja atau tidak, ada dari mereka yang menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya sok cantik.

Tapi David sama sekali tak peduli, bahkan wajahnya datar sekali.

"Kemarin kan saya sudah bilang, kalau saya maunya Galaksi yang menjadi modelnya." David menatap gadis yang masuk ke dalam lift itu dengan datar. "Kalau urusan gini aja kamu nggak bisa menyelesaikan, lalu apa saya yang harus turun tangan sendiri?"

Gadis itu mendengarkan lawan bicaranya sebelum kembali berbicara. Semua itu tak lepas dari tatapan David. "Saya desain baju, artinya saya tahu siapa yang harus menjadi model untuk pakaian saya." setelah mengatakan itu, gadis tersebut langsung menutup panggilannya dan mendesah berat.

"Ngurusin ginian aja nggak pecus." dumelnya kemudian keluar dari lift setelah dia sampai di lantai tujuannya. Tak menyadari jika sebuah foto jatuh di dalam lift.

David mengambilnya dan melihat foto tersebut.

David tahu betul siapa lelaki di foto tersebut. Lelaki yang selalu wara-wara di televisi, lelaki itu bernama Galaksi. Seorang entertainer yang tak pernah surut karirnya meskipun banyak orang-orang baru dan muda bermunculan di dunia entertainment.

Tanpa merasa perlu mengejar gadis itu, David malah melenggang santai untuk sampai ke ruangan Sydney masih dengan membawa foto itu ke sana.

"ABC." panggilnya kepada tiga bocah lucu yang duduk dengan manis sambil menggigiti mainan di depannya. Sydney memang kadang membawa tiga anaknya untuk bekerja, tentu saja dengan baby sitter mereka juga.

Sydney yang masih menekuni pekerjaannya mendongak. "Hai, Vid." David tersenyum kecil untuk membalas sapaan Sydney, tanpa mau repot mengatakan 'hai' juga kepada perempuan itu. Duduk bersama triplets, David langsung asyik dengan ketiganya. Tanpa peduli dengan apapun lagi.

"Saya harus menemui Galaksi sendiri Bu sepertinya." kata sebuah suara.

"Karena Ipon nggak bisa mendapatkan lelaki itu untuk model kita."

"Kita bisa pakai model lain Kyra."

"Saya nggak bisa baju saya dipakai sembarang model." Sydney tahu jika perempuan bernama Kyra itu keras kepala, dalam hal karyanya dan pekerjaannya. Tapi Sydney suka, dua tahun gadis itu bekerja di perusahaannya, perusahaan tersebut mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Pantas saja, kalau Kyra mampu membuat bisnis yang dibangunnya sendiri bisa cepat melesat di kalangan pecinta fashion.

"Lalu, kamu yakin akan berhasil jika kamu sendiri yang menemui lelaki itu?"

Kyra mengangguk pasti. "Iya Bu."

Sydney ikut mengangguk. "Ok. Kamu bisa menemui lelaki itu. Awas, jangan sampai kamu jatuh cinta sama dia." tentu saja istri dari Kiev itu bercanda.

David yang melihat dua orang perempuan mengobrol itu hanya diam saja tanpa menyahut. Tapi kali ini David ingat siapa gadis bernama Kyra tersebut. Tapi lagi-lagi, David sama sekali tak peduli.

°•°

Kyra bukannya tak tahu jika ada David di ruangan bosnya tadi. Dengan berusaha keras, dia tak menoleh ke arah lelaki tersebut agar bisa fokus pada apa yang sedang pembicaraannya bersama Sydney.

"Nggak boleh Kyra, lo nggak boleh jatuh cinta sama dia." katanya berkata pada dirinya sendiri.

"Cowok gitu pasti levelnya tinggi banget. Beda sama lo yang jauh dari kata level tinggi." katanya lagi pada keheningan malam. Kyra sedang berjalan pulang ke rumahnya selesai bekerja. Gadis itu memang lebih suka berjalan kaki dibandingkan menggunakan kendaraan miliknya. Malas berdesak-desakan di jalan Raya menembus kemacetan.

Keesokan harinya, Kyra sudah berada dimana dia harus menemui seseorang bernama Galaksi. Apa semudah itu bertemu dengan aktor yang memiliki jadwal padat seperti Galaksi ini? Maka jawabannya sebetulnya tidak.

"Hei, bocah." panggil sebuah suara kepada Kyra. Membuat gadis itu ingin mengumpatinya saja.

"Bisa dikondisikan nggak panggilannya? Dasar monyet." bukannya marah dikatai monyet, tapi lelaki itu langsung duduk di depan Kyra dan meminum minuman gadis itu.

"Aku tahu loh kalau jadwal Abang nggak sepadet itu sampai menolak Ipong." Galaksi hanya cengengesan saja melihat Kyra mendumel kepadanya.

"Sengaja sih, biar kamu langsung datang nemuin aku."

"Pret lah si Abang. Pekerjaanku banyak ya Bang." Kyra bahkan harus melotot-melotot mengatakan itu membuat Gala tertawa.

Kyra menyesal dulu pernah menjadi fans lelaki itu, ternyata setelah mereka kenal, Galaksi adalah lelaki sompret menurut gadis itu.

"Ok. Kalau gitu, apa yang harus Abang lakukan?" Galaksi berkata lembut untuk menggoda Kyra, sampai ingin rasanya gadis itu menghantam kepala Galaksi dengan botol berisi air yang berada di depannya.

Menghela napas panjang berusaha sabar, Kyra berkata. "Abang jadi model bajuku ya, Abang harus meeting dulu bersama team kami dan setelah semuanya deal, Abang harus menjalani pemotretan."

Galaksi tentu saja mengerti dengan apa yang harus dikerjakannya, tapi lelaki itu suka sekali menggoda Kyra, jadi dia berlagak bodoh.

"Ok. Kalau begitu, anda bisa membicarakan ini kepada manajer saya." kata Gala sok formal. Dan diikuti oleh Kyra.

"Akan saya lakukan eyang Galaksi." katanya sambil berdiri dan melangkah untuk meninggalkan Galaksi yang cengengesan sendiri.

Kyra tahu kalau jadwal Galaksi memang tak terlalu padat, dan dia mengetahuinya dari manajer lelaki itu yang juga dikenal Kyra dengan baik. Jadi dia sudah berbicara langsung dengan perempuan yang mengatur jadwal Galaksi, sebelum menemui langsung si aktor tersebut.

"Akkhhh." jeritan Kyra membuat Galaksi berdiri dan mendekati gadis itu.

"Dasar bocah. Jalan aja pakai nabrak. Maklumin Bang, ceroboh dia." Galaksi menarik kyra di sampingnya dan mempersilahkan lelaki dipanggil Abang itu untuk masuk.

"Tumben Abang dateng, ada apa gerangan?" lelaki yang dipanggil Abang oleh Gala itu menatap Kyra dengan pandangan datarnya.

Mengalihkan tatapannya dari Kyra, dia menjawab Gala. "Ada kerjaan, sekalian mau ketemu sama lo."

Kyra menelan ludahnya susah payah ketika melihat David berdiri di depannya dengan wajah datarnya.

David dan Galaksi saling kenal? Tanyanya pada dirinya sendiri dan merasa heran.

•°•

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height