+ Add to Library
+ Add to Library

C8 8

"Andrew!!!"

Pria itu terkelonjak seketika mendengar teriakan melengking, ia mengusap wajah dan ternyata wanita itu sudah terlihat sangat cantik dengan setelan kerjanya.

Andrew mencoba menetralkan penglihatan, sinar matahari mulai terlihat.

"Ternyata sudah pagi..." racaunya.

"Apa? Sudah pagi?" Andrew kembali terkejut setelah menyadari ia tertidur.

"Maafkan aku miss..." Andrew segera membereskan kertas-kertas yang menumpuk dimeja kerja Daisy.

Ia sedikit melirik kearah wanita itu, berpikir sejak kapan Daisy telah bangun dari tidurnya dan bersiap. Apa wanita itu melihatnya tertidur sedari malam?

Yang benar saja... ujar Andrew dalam hati.

"Kau sudah selesaikan semuanya?" Tanya Daisy seraya berkacak pinggang.

"Sudah, maaf aku tertidur dimejamu Miss."

"Hm, tak apa. Kau boleh membersihkan diri disini." Kata Daisy, seketika Andrew terdiam.

"Kau yang akan memandikanku?"

Daisy melotot kearah Andrew, sepertinya pria itu tidak sadar akan ucapannya.

"Tentu saja tidak bodoh, kau masih punya tangan untuk digunakan bukan?" Cerca Daisy.

"M-maaf Miss, aku tidak sengaja" kata Andrew, berbisik dalam hati merutuki kebodohannya sendiri, mengapa ia selalu berkata bodoh didepan bosnya sendiri.

"Jaga bicaramu Andrew! Dan lekas pergi! Hari ini adalah hari yang sibuk." Andrew mengangguk patuh, setelah selesai membereskan meja Daisy dan menyusun file wanita itu kedalam tas ia bergegas keluar dari ruangan kerja Daisy.

Daisy menghela nafas, Andrew itu pria yang cerdas, tapi terkadang menjengkelkan karena ucapannya yang terlalu polos.

Ia melihat kearah pintu keluar, mengernyitkan kening ketika melihat sebuah siluet berjalan kesana-kemari.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Daisy melihat Andrew mondar-mandir didepan pintunya.

"Ahh... aku mencari kamar mandi Miss..." ujarnya dari kejauhan seraya tersenyum bodoh memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Daisy menepuk dahinya sendiri, "disebelah ada kamar kosong, kau dapat menggunakan kamar mandinya" kata Daisy, suaranya terdengar tenang meski ia menahan amarahnya.

"Terima kasih, Miss..." tak lupa pria itu berterimakasih, Daisy sendiri tidak mengerti. Pria itu terlalu lugu atau apa, bekerja dengan Andrew selama beberapa tahun tidak membuat pria itu berubah atau setidaknya bersikap dewasa.

Daisy menggeleng pelan, "sabarlah Daisy, ia hanya anak-anak." Kata Daisy menyemangati dirinya sendiri seraya membawa tas kerjanya.

.

.

.

.

.

Daisy terdiam membeku didalam mobil ketika melihat pria itu keluar dari dalam rumah.

"Apa-apaan kau Andrew, mana bajumu?" Daisy keluar dari dalam mobil seraya mengomel pada Andrew yang memakai pakaian semalamnya kembali.

"Tentu saja bajuku dirumah, Miss..."

"Ahh, Shit!" Umpat Daisy, mengapa ia lupa, Andrew tidak memiliki baju disini.

"Hm... cepatlah masuk, aku antar kau pulang kerumah" kata Daisy kembali memasuki mobil.

"Biar aku saja yang menyetir..." tawar Andrew.

"Tidak, duduk disampingku! Kalau kau yang menyetir, akan memakan waktu lama." Alias kau membawa mobil seperti kura-kura, batin Daisy.

Andrew hanya mengangguk lalu duduk dijok sebelah Daisy, terkadang Daisy hampir bosan melihat Andrew. Pria itu bisanya hanya mengangguk seperti pria tolol yang tidak tahu apa-apa.

Mobil keluar meninggalkan pelataran mansion tersebut, mereka berdua duduk dalam diam sementara Daisy berfokus kearah jalanan.

"Dimana rumahmu?"

"Ah, didekat kantor"

Ciiit....

"Goddamn it Andrew!!!! Kenapa tidak bicara dari tadi... aargghhhh" Daisy mengumpat, ia memutar balikan kemudi menuju arah kantornya.

"Bisakah sekali saja kau tidak berlagak bodoh Andrew? Rasanya aku ingin memakanmu." Ujar wanita itu.

"Memakanku, seperti... ingin menelanku dalam-dalam?"

"Damn Andrew!" Jerit Daisy, mengetatkan jemarinya disetir kemudi.

"Just shut up Andrew!" Andrew kembali terdiam dan menggenggam kedua tangan didepan perutnya, belakangan ini Miss Daisy selalu marah padanya, atau dia yang terlalu bodoh.

Beberapa menit kemudian mereka berdua berhenti tepat disebuah rumah.

Rumah yang nampak sederhana namun terlihat ceria, dengan tanaman bunga sebuah pekarangan yang tidak terlalu besar.

"Kau masuk saja, aku akan menunggu disini?"

"Kau yakin Miss?"

"Yes Andrew, bergegaslah!"

Andrew kembali mengangguk dan memasuki rumahnya guna mengganti baju, sementara Daisy duduk didalam mobil sambil mengutak-atik smartphone miliknya.

Cukup lama hingga akhirnya seorang wanita paruh baya mendekati mobilnya, "oh, you must be Daisy..." sapa wanita itu, Daisy menyunggingkan senyum kearah wanita itu.

"Maafkan aku lupa memperkenalkan diri, hi! Aku Riana, ibu Andrew. Andrew sering bercerita bahwa ia memiliki bos yang sangat cantik dan juga cerewet." Ujar Riana, Daisy sedikit melotot mendengarnya.

Sialan kau Andrew!

"Senang bertemu denganmu madam." Balas Daisy sopan.

"Tentu saja, kau manis sekali. Sesekali kau harus mampir kemari, akan kubuatkan makan malam yang super lezat untukmu." Tawar Riana, wanita tua itu berbicara santai, seolah Daisy adalah anaknya dan bukan berbicara dengan orang asing.

"Yes madam, terimakasih atas undangannya. Aku akan mampir jika jadwalku tidak terlalu padat." Balas Daisy ramah.

"Kau sangat baik madam..." bibir berlipistik merah itu tersenyum manis, kali pertama semenjak orang tuanya meninggal ia mendapat keramahan seperti ini dari orang yang baru dikenalnya.

"Kau juga baik sweety..."

"Mom... kami sedang terburu-buru, bisakah kau tidak mengganggu Miss Daisy?" Ujar Andrew yang sudah berada dibelakang Ibunya dan mengenakan setelan kerja lengkap.

"Baiklah, kalian berhati-hatilah dijalan, Andrew jangan lupa bekal makan siangmu" ujar Ibunya.

"Hm, yeah Mom..." balas Andrew malas, Ibunya mampu membuatnya malu didepan Daisy karena bekal makanan yang orang dewasa tidaj harus membawanya.

Riana melambaikan tangan ketika mobil itu menjauh, wanita dengan rambut yanh hampir memutig tersebut masih terlihat cantik meski tubuhnya tidak langsing lagi dan terdapat banyak kerutan diwajahnya.

Wangi parfum Andrew mengganggu indera penciuman Daisy, aroma maskulin yang menguar dari tubuh pria itu mengapa membuat perasaannya menjadi gelisah.

Daisy berdeham guna menghilangkan kegelisahannya, mencoba mencari sesuatu untuk diperbincangkan padahal ia sendiri adalah tipe wanita yang tidak terlalu menyukai basa-basi.

"Ibumu orang yang baik..." ucap Daisy memecah keheningan diantara mereka selama beberapa menit.

"Ya, dan sepertinya dia telah mengundangmu kesebuah acara makan malam." Kata Andrew.

"Hm, bagaimana menurutmu?" Tanya Daisy.

"Sepertinya tidak bisa...." Daisy mengernyitkan kening.

"Kenapa?"

"Jadwalmu sangat padat Miss, bahkan selama seminggu penuh ini sepertinya kau akan pulang larut malam..."

"...mengingat Mr. Osborn telah menyiapkan beberapa agenda rapat mengenai-"

"Pemutusan perjanjian kerja" potong Daisy.

"I...iyap" ucap Andrew pelan seraya melirik Daisy.

"Tak apa Andrew, aku dapat mengatasinya setelah itu aku akan memenuhi janji makan malam bersama Ibumu" ujar Daisy santai, Andrew bahkan tidak mengira, Daisy ingin menyempatkan waktu hanya untuk Ibunya.

"Aaa... kau tidak perlu repot-repot Miss, lagipula ini hanya Ibuku..."

"No Andrew, aku akan datang, sungguh.. kau tidak perlu khawatir..." tambah wanita itu, Andrew dapat tersenyum sedikit setelah itu.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height