+ Add to Library
+ Add to Library

C1 Prolog

“Kembalilah ke tempat tidur ....”

Pedro meringis. Selimut yang menutup pinggul Lucita terseret olehnya hingga ke tepi tempat tidur. Dengan lembut, pria itu menyelimutinya kembali, tapi membiarkan tubuh bagian atas sang perempuan berkilauan terpapar sinar mentari yang mengintip di celah tirai jendela kamarnya.

“Kau sudah mau pergi?” tanya Lucita. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi telentang, sebagian wajahnya tertutup rambut.

Pedro menyentuh celah di antara payudara wanita itu dan meremas salah satu belah buah dadanya seolah benda itu miliknya, “Ya, Salazar memanggilku. Aku harus terbang sore nanti. Kau juga harus pergi, Lucita.”

“Aku Maria!” seru wanita yang sama sambil mengusir tangan Pedro dari tubuhnya. Dengan malas, ia duduk di tepi tempat tidur yang berlainan. “Semua orang seusiamu sudah menikah, Pedro, dan kau masih sulit membedakan nama perempuan yang kau ajak ke tempat tidur.”

“Maaf. Kupikir semalam aku masuk ke kamar dengan Lucita....”

“Dia sudah pulang semalam, kita memang melakukannya bertiga, bukan salahmu. Ngomong-ngomong, aku akan menikah bulan depan,” beritahu Maria sambil berdiri, kemudian melintas tanpa busana di hadapan Pedro. “Jangan datang ke pestaku, dan jangan menghubungiku lagi.”

Pedro menyambar pergelangan tangan Lucita yang ternyata adalah Maria selagi bisa. Ia menatapnya, “Kenapa kau membutuhkan semua itu? Kau punya segalanya, Maria.”

“Aku tidak mungkin selamanya seperti ini, Pedro. Aku akan pensiun, dan menjalani kehidupan normal sebelum anak-anakku menjadi korban, sama seperti sebagian besar dari kita sebelum memulainya dulu. Aku tak akan membiarkan mereka melakukan apa yang kulakukan.”

Maria memutar pergelangannya, menjumputi pakaiannya, kemudian kembali berjalan ke kamar mandi.

Saat memulai, Salazar hanya seorang remaja, dan Pedro baru berulang tahun yang ke-sembilan. Yatim piatu, miskin, dan masih terlalu muda untuk turun ke jalan. Panti asuhan yang menampung mereka berdua sejak ayahnya dinyatakan meninggal pada sebuah baku tembak antara pengedar obat bius dan polisi tidak lebih baik daripada hidup di bawah kolong jembatan. Orang-orang itu tak ragu memukuli, dan kadang memperkosa anak-anak, kemudian menjual mereka untuk dijadikan pekerja kasar sebelum mereka berani membangkang.

Kehidupan seperti ini tak pernah dibayangkannya, tapi terlintas di benaknya setelah Don Hugo mengangkat mereka berdua sebagai anak. Hanya satu hal kecil namun penting yang perlu mereka lakukan untuk mengubah hidup. Satu. Satu kesempatan yang tak semua orang mendapatkannya, dan satu kesempatan yang tak akan ada artinya jika dibiarkan berlalu begitu saja.

Salazar tahu benar siapa Don Hugo saat itu, dan Pedro juga tahu mengapa dia berani menarik pelatuk hinggal peluru berdesing melubangi kepala seorang pembunuh bayaran. Kakak laki-lakinya itu belum lima belas tahun saat pertama kali membunuh.

Satu peluru itu mengubah segalanya. Salazar menyelamatkan seluruh hidupnya, dan ia tak akan melupakannya.

Dua puluh tiga tahun berlalu, setiap langkahnya adalah risiko yang harus ia tempuh. Setiap keputusan adalah hasil pertimbangan matang, dan hati-hati. Satu kesalahan, maka segalanya akan mengubah hidup, sama persis dengan satu kesempatan.

Pedro Silas sudah bertekad tak akan berkeluarga, dia hampir tidak pernah menjalin hubungan dalam kurun waktu lama, selalu ada harga yang harus dibayar untuk semua kemudahan dalam hidupnya, termasuk ratusan juta dolar di bank, puluhan rumah dan mobil mewah, untuk setiap perkataannya yang menjadi titah. Semakin sedikit orang yang harus ia lindungi, semakin sedikit kesulitan akan menghalangi jalannya.

Telepon di nakasnya berdering.

“Pedro,” satu suara menyapanya di ujung yang lain.

“Senor,” ucap Pedro sambil memijit di antara matanya.

“Masih mabuk?”

“Semalam sangat liar.”

“Segeralah bersiap-siap, aku sudah mengatur penerbanganmu sore ini. Shane Dalton sendiri yang akan menjemputmu di sana. Sesudah menyelesaikan urusan Bambino, terbanglah ke Miami. Jangan lupa bereskan Dalton sebelum pulang. Aku ingin keduanya diurus dengan rapi, jangan terlalu menarik perhatian.”

“Aku mengerti, Kak.”

Pedro pikir perjalanannya kali ini akan sama dengan perjalanan bisnisnya yang lain, agak berbahaya, tapi hampir mirip sebuah rutinitas. Satu hal yang Pedro belum pernah temukan dalam mengubah hidup selain satu kesempatan dan satu kesalahan, yakni perasaan cinta.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height