+ Add to Library
+ Add to Library

C7 7

Langkah kaki Drake terhenti di depan sebuah paviliun yang terletak di tengah taman utama kerajaan Onyx. Bukan keindahan taman yang membuat Drake berhenti melangkah, tapi senyum menawan Lluvena yang saat ini tengah bercengkrama dengan sahabat-sahabatnya.

Lluvena terlihat bersinar seperti biasanya. Wanita itu mengenakan gaun sutra berwarna merah maroon yang dibagian bawahnya disulam menggunakan benang emas, potongan leher gaun itu sedikit rendah hingga membuat dada Lluvena yang seputih porselen sedikit terlihat. Di lehernya terdapat kalung bermatakan berlian indah. Mahkota di atas kepalanya menjelaskan bahwa statusnya lebih tinggi dari ketiga wanita lain yang ada di sana.

Gerak-gerik Lluvena yang elegan membuat sudut bibir Drake tertarik. Ia benar-benar telah terhipnotis oleh Lluvena dan semua yang dimiliki oleh wanita itu.

Salah satu sahabat Lluvena yang mengenakan gaun berwarna biru muda dipadu dengan warna putih menyadari keberadaan Drake. Ia tak berkedip untuk beberapa waktu. Siapakah pria rupawan yang berdiri di bawah sinar matahari itu? Terlihat begitu gagah dengan pakaian militer yang bukan berasal dari kerajaannya.

Melihat sahabatnya yang tidak merespon ketika ia bertanya. Lluvena mengikuti arah pandang sang sahabat dan ia yang tadinya tersenyum kini mendadak berhenti tersenyum. Drake telah merusak suasana hatinya yang sedikit terobati dengan kedatangan tiga sahabatnya yang merupakan putri dari pejabat tinggi kerajaannya.

Lluvena langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Mengabaikan Drake sepenuhnya.

"Apakah dia Jenderal Agung kerajaan Artemis yang terkenal itu?" Sahabat Lluvena yang mengenakan gaun berwarna coklat tua bertanya dengan mata yang kini terkunci pada Drake, begitu juga dengan sahabat Lluvena yang lainnya.

"Kau benar. Dia manusia tirani itu." Lluvena menjawab dengan nada tidak suka.

"Dia sangat mengagumkan. Ketampanannya yang dikatakan mampu membuat wanita mengiris tangannya sendiri memanglah benar. Aku pun bersedia melemparkan diriku ke dalam pelukannya jika dia tertarik padaku." Anastasya, wanita pertama yang melihat Drake bersuara dengan nada penuh kekaguman.

Lluvena menatap Anastasya terkejut. Seingatnya, Anastasya adalah sahabatnya yang paling cerdas. Bagaimana mungkin kalimat bodoh itu muncul dari mulut Anastasya yang terpelajar.

"Lihatlah matanya, seperti taburan bintang di langit. Sangat bersinar dan mengesankan." Lucia, sama menjijikannya dengan Anastasya. Lluvena tidak tahu apa yang salah dengan sahabat-sahabatnya.

"Aku dengar, dia telah memenangkan puluhan perang. Sejarah telah mencatatnya sebagai seorang jenderal muda dengan strategi perang tak terkalahkan. Sangat beruntung jika aku bisa duduk berdua dengannya dan membicarakan tentang militer bersamanya." Satu sahabat Lluvena yang lainnya juga memuji Drake. Dia adalah Caroline yang sangat menyukai tentang militer. Putri kedua dari Menteri Pertahanan.

Lluvena mual mendengar pujian dari teman-temannya. Tidak ada gunanya tampan, gagah dan perkasa jika tidak memiliki hati.

Kaki Drake akhirnya kembali melangkah. Ia mendekat ke arah paviliun, berniat mengusik Lluvena yang jelas menampakan raut terganggu. Senyum tipis yang samar tercetak di wajah Drake, ia akhirnya memiliki hobi lain selain berburu dan berperang. Mengganggu Lluvena, hal ini sama menyenangkannya dengan dua hobinya yang lain.

"Dia mendekat." Ketiga sahabat Lluvena berbisik antusias. Mata mereka masih saja menatap Drake yang dikawal oleh Jade.

"Taman ini sangat indah, Jade." Drake tidak menyapa Lluvena atau ketiga wanita lain di sana. Ia hanya bersikap seolah ia datang ke sana untuk menikmati keindahan di kolam itu.

"Jenderal benar. Udara di sini juga lebih menyegarkan." Jade ikut melakoni peran bersama Drake.

Lluvena tidak berniat pergi dari sana meski ia tidak suka kehadiran Drake di paviliun itu. Drake lah yang harus pergi bukan dirinya karena bagi Lluvena tempat ini miliknya.

Caroline berinisiatif mendekati Drake. Ia melangkah dan berdiri di belakang Drake. "Jenderal Agung ternyata juga menyukai keindahan. Aku pikir Anda hanya menyukai seni berperang dan strategi militer."

Drake melirik Caroline tanpa emosi, wajahnya terlihat dingin seperti biasa. "Saat ini keindahan menjadi salah satu yang aku sukai." Tatapan mata Drake berpindah ke Lluvena.

Caroline mengerti dengan cepat, begitu juga dengan dua sahabat Lluvena yang lain. Mereka hanya tersenyum simpul. Kecantikan sahabat mereka memang mahakarya Tuhan yang paling sempurna. Sangat wajar jika seorang jenderal perang yang terkenal tidak memiliki hati bisa tertarik pada Lluvena.

Namun, tatapan Drake berarti lain bagi Lluvena. Ia menganggap tatapan Drake adalah sebuah keangkuhan, tatapan yang meremehkannya.

"Ah, begitu. Sangat bagus, Anda memang membutuhkan keindahan untuk mengimbangi rasa lelah Anda setelah berperang." Caroline memberikan senyuman termanisnya. Ia mengagumi Drake, tapi ia sadar bahwa tidak lah mungkin baginya untuk bersaing dengan Lluvena. Jelas ia akan kalah. Caroline tidak ingin bertaruh dengan sesuatu yang sudah ia ketahui hasilnya.

Lluvena menatap Caroline tidak mengerti. Kenapa sahabatnya itu berbincang dengan manusia seperti Drake, terlebih Caroline terlihat seperti tidak marah atas apa yang telah Drake lakukan pada kerajaan Onyx.

Membutuhkan keindahan untuk mengimbangi rasa lelah setelah berperang? Lluvena mendengus sinis. Lluvena berani bertaruh, lautan darah merupakan pemandangan terindah untuk Drake.

Manusia yang terobsesi pada kekuasaan tanpa memikirkan nyawa orang lain dan suka merusak kedamaian seperti Drake hanya menyukai pertumpahan darah dan kematian. Lluvena benar-benar membenci tirani seperti Drake.

Muak dengan Drake, Lluvena memalingkan wajahnya kemudian pergi tanpa mengucapkan apapun.

"Putri Mahkota, tunggu kami!" Lucia sedikit meninggikan suaranya. Ia menundukan sedikit kepalanya memberi hormat pada Drake lalu segera menyusul Lluvena begitu juga dengan Anastasya.

"Jenderal Agung aku pamit dahulu. Silahkan menikmati keindahan tempat ini." Caroline memberi hormat lalu kemudian ikut menyusul Lluvena.

Drake tersenyum kecil, matanya terus melihat ke punggung Lluvena yang semakin menjauh darinya. Ia suka keangkuhan Lluvena, membuat wanita itu semakin menarik di matanya.

**

Hari-hari berlalu, satu minggu lagi Drake akan membawa pasukannya kembali ke Artemis, begitu juga dengan Lluvena. Ia akan membawa serta wanita itu.

Drake akan membicarakan tentang keinginannya untuk memperistri Lluvena hari ini pada raja Onyx. Ia cukup percaya diri raja Onyx tidak akan menolaknya.

Langkah kaki terdengar dari arah belakang Drake yang saat ini baru selesai mengenakan pakaian.

"Jenderal, utusan kerajaan datang. Saat ini Anda di tunggu di tempat perjamuan." Jade bicara setelah ia memberi hormat pada jenderalnya.

Drake mengerutkan keningnya. Utusan kerajaan? Untuk apa kerajaan mengirimkan utusan ke Onyx?

Drake selesai mengenakan pakaiannya, kemudian ia keluar dari kamar sementaranya di Onyx dan pergi ke ruang perjamuan.

Ketika Drake sampai di ruang perjamuan, utusan Artemis yang tidak lain adalah adik Ratu Camille, Kepala Sekertaris Kerajaan Artemis.

Jika dilihat dari siapa yang diutus ke Onyx, apa yang akan disampaikan pasti sangat besar.

"Salam, Pangeran Drake." Kepala Sekertaris memberi salam pada Drake. Ia sengaja memanggil Drake dengan gelar Drake karena pria berusia 40an tahun itu tahu Drake tidak pernah suka dengan panggilan tersebut.

Drake hanya menatap Kepala Sekertaris sekilas, lalu duduk di tempat yang telah disediakan. Ia tidak akan memberi wajah pada pria yang jelas tidak pernah menyukai keberadaannya di Artemis.

Selang beberapa detik, Lluvena juga bergabung di sana. Ia diminta oleh Kepala Sekertaris untuk hadir di sana.

Setelah semua orang yang diperlukan berkumpul, Kepala Sekertaris mengatakan apa maksud dari kedatangannya.

"Saya membawa perintah dari Yang Mulia Raja, bahwa Putri Mahkota kerajaan Onyx akan menikah dengan Putra Mahkota kerajaan Artemis."

Raja Onyx, Lluvena dan Drake sama-sama terkejut mendengar apa yang disampaikan oleh Kepala Sekertaris kerajaan Artemis.

"Pernikahan akan diadakan di kerajaan Artemis setelah Putri Mahkota sampai ke istana."

"Apa-apaan ini! Aku tidak akan menikah dengan Putra Mahkota kerajaan kalian!" Lluvena menolak tegas. Wajahnya kini terlihat marah.

"Putri Mahkota, tenangkan dirimu." Raja Onyx menatap putrinya bijaksana. Ia tidak ingin ucapan Lluvena membuat utusan kerajaan Artemis tersinggung.

Jika bukan karena ayahnya, Lluvena pasti akan segera meninggalkan ruangan itu. Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan putra mahkota kerajaan Artemis. Tidak, ia tidak akan melakukannya.

"Putri Mahkota, berpikirlah dengan bijak. Pernikahan politik ini adalah solusi terbaik agar kedua kerajaan memiliki hubungan yang baik," seru Kepala Sekertaris.

Lluvena bukan wanita tolol. Ia memiliki pemikiran jauh ke depan. Pernikahan politik ini bukan untuk membuat hubungan Onyx dan Artemis menjadi baik, tapi untuk mengikat Onyx agar tidak bisa berbuat apa-apa di kemudian hari. Sangat licik.

"Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Saya harap Putri Mahkota bisa berpikir lebih dewasa, hidup orang-orangmu tergantung pilihanmu." Kepala Sekertaris tersenyum kecil setelah ia memberikan ancaman dalam ucapannya.

Lluvena mengepalkan tangannya kuat. Ia ingin sekali mencabik-cabik mulut Kepala Sekertaris hingga tidak bisa digunakan untuk bicara lagi.

Setelah Kepala Sekertaris keluar, tatapan marah Lluvena tertuju pada Drake. Ia menyalahkan Drake atas semua yang terjadi hingga saat ini. Jika manusia tirani seperti Drake tidak ada maka mungkin kerajaannya bisa mempertahankan kekuasaan mereka dan tidak akan tunduk di bawah perintah kerajaan Artemis.

Ditatap marah oleh Lluvena merupakan sesuatu yang Drake sukai, tapi untuk kali ini ia tidak bisa menikmati tatapan yang dipancarkan oleh iris indah Lluvena.

Darah Drake mendidih, ia menginginkan Lluvena untuk dirinya, tapi ayahnya malah berniat menikahkan Lluvena dengan putra mahkota. Drake tidak akan pernah membiarkannya. Ia bisa merelakan segalanya, tapi tidak untuk Lluvena. Hanya ia yang akan menjadi suami Lluvena.

TBC

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height