Dosa Berbalut Cinta/C3 Sachi's Room
+ Add to Library
Dosa Berbalut Cinta/C3 Sachi's Room
+ Add to Library

C3 Sachi's Room

Sachi langsung ke ruangannya. Setelah apel pagi sejenak, sekedar memberikan motivasi kepada siswanya. Sachi sudah tidak bisa menahan perutnya yang sudah meronta.

Sachi langsung menempati kursi nyamannya, membuka bekalnya. Sachi menikmati sarapannya tanpa ada gangguan, karena kan masih pagi. Mana ada tamu pagi-pagi kalau tidak janjian dulu dengannya.

Selesai makan. Sachi, membereskan bekas,makannya. Setelah mejanya bersih dikeluarkannya sebuah laptop dari laci penyimpannya.

Dibukanya laptop berwarna abu-abu di depannya, seabu-abu hidupnya ( ha ha ha.. ). Ditekannya tombol power untuk menyalakan layar laptopnya.

Setelah layarnya menyala dengan sempurna, Sachi menyambungkan icon gelombang dengan wifi sekolahnya. Tersambung. Tanpa harus memasukkan password karena memang sudah ia setting sedemikian rupa.

Sachi mengklik sebuah icon chrome dua kali. Setelah terbuka lama kosong, Sachi mengetik sebuah alamat web dinas pendidikan yang sudah dihafalnya diluar kepala. Kemudian ia membuka laman sebelahnya, ia mengetik lagi sebuah alamat web untuk sistem pelaporan online sekolah. Diketiknya sebuah password lalu muncullah beranda depan aplikasi tersebut. Dibiarkannya saja kedua web tersebut.

Sachi kembali membuka tab baru, kali ini ia mengetik laman you tube. Bukan untuk tujuan apa-apa. Sachi hanya ingin ruangan kerjanya tidak sepi. Untuk itu ia membuka you tube dan mensearching lagu kesukaannya. Pagi ini, Sachi memilih Ari Lasso. Klik. Suara Ari Lasso langsung menemaninya.

Belum selesai, Sachi membuka laman baru lagi. Ia menghubungkan aplikasi wasappnya ke whatsapp web di monitornya. Iseng-iseng Sachi membuka laman facebooknya di laptop. sudah lama ia tak berselancar di dunia maya.

Sachi hanya menscroll status-status milik teman-temannya sambil tersenyum, ada yang pasang foto keluarga, foto selfie dan menulis berbagai ungkapan. Tak ada niatan untuk sekedar memberikan jempol apalagi bercuit-cuit di kolom komentar.

Sejenak Sachi melupakan plainingnya hari ini mengecek tugas staffnya di aplikasi online milik dinas pendidikan. Ia masih asyik memperhatika satu per satu wajah teman-temannya sewaktu SD, SMP, SMA dan kuliah. Ada keasyikan tersendiri melihat gambar mereka di sosmed begini.

Hingga suara ketukan mengakhiri keasyikan Sachi.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk.." Suara Sachi dari dalam terdengar dari luar.

Seorang bapak-bapak berusia empat puluhan masuk perlahan, ditangannya mengamit beberapa map plastik dengan warna berbeda.

"Selamat Pagi Bu." sapa Bapak di depan Sachi.

"Pagi Pak Alex. Duduk, Pak." Sachi mempersilahkan Pak Alex duduk dengan ramah.

Pak Alex seegera duduk dihadapan Sachi.

"Bu, ini laporan BOS." kata Pak Alex memberikan map snail hecter berwarna biru.

"Ini Laporan untuk Yayasan bulan ini." Pak Alex menyerahkan map snail hecter warna merah.

"Ini laporan kegiatan sekolah bulan ini." Pak Alex menyerahkan map snail hecter warna kuning.

"Makasi ya Pak. Saya lihatnya dulu." ucap Sachi setelah map di tangan Pak Alex habis.

Sebenarnya tanpa Pak Alex menjelaskan laporan yang dibawanya, Sachi sudah langsung paham. Karena setahun yang lalu di awal-awal kepemimpinannya ia yang meminta staff TUnya membedakan setiap jenis laporan dan file berdasarkan warna map agar lebih muda membedakannya.

Para staff Tu menuruti permintaan Sachi, dan benar saja saat ini pekerjaan mereka lebih muda dibandingkan sebelumnya.

Sachi tersenyum menatap Pak Alex yang masih gelisah di depannya.

"Ada yang mau Pak Alex sampaikan ke saya?" tanya Sachi lembut membuat Pak Alex ada sedikit keberanian untuk menatap atasannya itu.

"Anu Bu.. itu.. " Pak Alex berhenti sejenak, sepertinya ia bingung harus bagaimana mengatakannya.

"Anu apa, Pak?" sahut Sachi sambil tersenyum menatap Pak Alex yang salah tingkah di depannya.

Sebetulnya Sachi ingin tertawa tapi ditahannya. Yaa.. terkadang ia harus sedikit jaim di depan staffnya. Bukan untuk apa-apa hanya sekedar menjaga wibawa saat di sekolah.

"Itu loo Bu.., printer di ruang TU yang biasa dipake guru-guru macet gak bisa dipakai. Waktunya service." Akhirnya Pak Alex bisa mengatakannya.

"Ooh.. gitu aja kenapa susah ngomongnya. Nanti Bapak bawa printer di kantor saya. Toh, saya jarang menggunakannya." titah Sachi sambil terus tersenyum, membuat lelaki di depannya itu lega.

Walaupun Saschi bukan tipe pimpinan yang diktator tapi staff banyak yang segan kepadanya. Entah karena auranya atau sifatnya yang mudah bergaul dan smart.

"Baik, Bu."

"Oh, ya ini ada dua surat masuk dari Unesa dan Universitas Tri Buana." Pak Alex menyerahkan dua amplop kepada Sachi.

"Surat apa ya ini, Pak?" Sachi menerima dan membukanya dengan rasa penasaran.

"Kata kurirnya sih, Permohonan izin PPL Mahasiswa Bu." jelas Pak Alex.

"Oooo..." Sachi hanya berO..O.. sambil mulai membaca kedua surat itu bergantian.

Sachi tersenyum menatap kedua surat tersebut.

"Pak, saya minta tolong di duplikat ya Pak. Nanti siang akan saya bicarakan dengan guru-guru." Pinta Sachi.

"Baik, Bu. Oh, ya Bu.."

"Apa lagi Pak?" Sachi dengan sabar menanggapi staffnya itu.

"Katanya nanti perwakilan dari Unesa datang ke sini."

"Jam berapa, Pak?"

"Katanya tadi jam sebelasan gitu, Bu."

Sachi mengernyitkan dahinya.

"Oh.. ya sudah gak pa_pa kok Pak. Saya bisa. Kebetulan hari ini tidak ada agenda apapun dari dinas." kata Sachi tanpa melepaskan senyumnya.

"Ya sudah Bu, saya kembali ke ruangan saya."

"Bawa printernya sekalian Pak."

"Baik Bu.."

"Eh, Pak. Suratnya saya copi dulu deh. Kenapa yaa.. saya sampai lupa kalo mesin ini bisa mengcopi." ucap Sachi menyadari kesalahannya.

Pak Alex tersenyum melihat tingkah atasannya itu. Iapun menyerahkan dua surat yang dibawanya tadi. Sachi segera mengcopi di mesin printer.

Setelah tercetak, sachi mengembalikan surat yang asli ke Pak Alex untuk diarsip. Dan ia mulai mempreteli kabel yang melekat di mesin printer kantornya itu. Tangan sachi sangat terampil mempreteli kabel mesin printer, karena memang kebetulan dia sendiri yang mendesign sendiri rangkaian listrik dikantornya. Tapi tetap saja yang memasang tukang listrik. Hee hee hee...

Setelah beres, Sachi menyerahkan mesin itu ke Pak Alex untuk menggantikan printer yang katanya harus diperbaiki itu.

*****************

Sachi menghempaskan tubuhnya ke kursi empuknya, setelah Pak Alex keluar dari ruangannya.

Tatapannya fokus ke map di samping laptopnya. Sachi membiarkan monitor laptopnya mati begitu saja. Sudah tidak ada minat lagi baginya membuka web manapun. Yang masih terdengar hanya suara Ari lasso yang sengaja Sachi pertahankan.

Tangan Sachi meraih map paling atas, membuka dan membaca setiap lembarannya dengan teliti. sesekali ia tersenyum melihat foto siswa-siswinya yang aktif mengikuti kegiatan ektra kurikuler. Sachi selalu mendukung setiap kegiatan ekskul di sekolahnya bahkan sudah banyak piala yang disumbangkan muridnya selama setahun belakangan ini. Satu tanda tangan ia bubuhkan dilembar terakhir map itu.

Sachi meletakkan map berwarna kuning tersebut, dan berganti ke map warna merah. Ia kembali membaca dan membuka laporan untuk yayasannya itu dengan teliti. Sesekali keningnya berkerut nampak berpikir. sachi juga memberi tanda jika ada kesalahan dalam laporan. Apalagi jika menyangkut anggaran. Ia akan lebih teliti. Tak ingin kelak ada kekacauan atau kesalahpahaman dalam pemakaian anggaran sekolah. Klai ini ia tidak membubuhkan tanda tangan karena ada beberapa yang harus direvisi.

Sachi beralih ke map biru. Laporan dana BOS. Dana Bantuan Operasional sekolah. Walaupun saat ini semua bentuk laporan sudah diserahkan secara online tapi tetap saja di sekolah tetap harus ada bukti fisik laporannya untuk diupload. Belum juga selesai membaca laporan tersebut. kembali sebuah ketukan membuyarkan fokusnya.

"Masuk..." titah sachi.

"Ada tamu Bu..." Seorang pria berpakaian security menghadap.

"Siapa Pak Andre?" tanya Sachi dengan ramah

"Ini Bu dari Unesa." jawab Pak Andre.

Seorang pria muncul dari balik pintu.

"Loo... Mas Gavin?"

"Sachi..."

***

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height