Dosa Berbalut Cinta/C5 Siswa Baru
+ Add to Library
Dosa Berbalut Cinta/C5 Siswa Baru
+ Add to Library

C5 Siswa Baru

Tiga hari setelah kedatangan Gavin dan mahasiswa.

Setelah semua siswa-siswinya masuk ke dalam kelas. Sachi berjalan berkeliling gedung sekolahnya. Bukan untuk mencari atau mengerjakan apa. Sachi hanya memastikan kondisi gedung baik-baik saja. Bahkan sistem keamananpun akan ia perhatikan.

Bukan untuk dirinya tapi demi kebaikan sekolah yang ia pimpin. Mulai bangunan, ruang kelas, halaman, toilet, taman, area parkir bahkan sampai pos satpam tak luput dari pandangannya. Meneliti keberadaan setiap jenis tanaman di sekolahnya. Walaupun ia sendiri tak tahu nama atau jenisnya.

Jika ada yang tidak beres ia akan bertanya kepada setiap penanggungjawab area tersebut.

Saat sedang berada di pos satpam, sebuah mobil mewah memasuki area sekolah Sachi. Setelah melapor kepada Pak Satpam, mobil itu segera parkir ke area yang sudah disediakan pihak sekolah. Sachi tidak seberapa peduli dengan kehdiran mobil tersebut. Ia masih sibuk memperhatikan kondisi plafond pos satpam yang sudah mulai lapuk. Sachi memotret dan menuliskan beberapa kalimat di sebuah aplikasi ponselnya.

Sachi pun keluar dari pos satpam setelah urusannya selesai.

"Maaf, selamat pagi ..." sapa seorang dari belakangnya.

"O.. Eh.. iya selamat pagi." balas Sachi sambil berbalik.

"Lhoo Sachi.." kata pria itu sedikit kaget.

"Hmm.... Kak Danish kah ini?" Sachi nampak berpikir bahkan dalam penyebutan namapun ia nampak ragu.

"Iya, aku Danish. Dan ini putriku Rania." jawab Danish sambil mengulurkan tangannya, Sachi menyambut uluran tangan Danish dengan ramah. Iapun memberikan salamnya kepada Rania, putri Danish.

"Hai, Rania." sapa Sachi sambil berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan gadis mungil disamping Danish.

"Hallo Tante...!" balas Rania sambil mencium tangan Sachi.

Sachi tersenyum lebar mendengar Rania memanggilnya Tante.

"Anak pintar," ucap Sachi lembut sambil mengusap rambut Nadia dengan sayang.

"Eh, ada perlu apa ke sini?" tanya Sachi sambil berdiri menatapa Danish.

"Mau daftarkan Rania. Masih belum terlambat kan?" tanya Danish.

"Sepertinya masih ada kursi kosong, yuuk ke ruang TU." ajak Sachi.

Di depan pintu bertuliskan ruangan TU, Sachi mengetuk pintu lalu masuk.

"Selamat Pagi ...!" sapa Sachi.

"Pagi Bu Sachi ..." balas beberapa staffnya yang kebetulan ada di dalam.

"Pak Hary, ini ada yang mau daftar siswa baru," kata Sachi ramah sambil mempersilahkan Danish dan Rania duduk di depan Pak Hary.

Setelah saling berjabat. Pak Hary mengeluarkan formulir pendaftaran dari sebuah loker dan menyerahkan ke Danish.

"Silahkan diisi, Pak!" kata Pak Hary

Danish mengeluarkan penanya, ia mulai mencari posisi yang nyaman.

"Pak, mari ikut saya. Kita cari tempat yang nyaman untuk mengisi formulirnya!" ajak Sachi melihat Danish kesulitan menulis formulir pendaftaran putrinya.

Danish menatap Sachi dan Pak Hary bergantian.

"Oh.. silahkan Pak. Bapak bisa mengisinya di luar. Untuk biaya dan tata tertib semua sudah ada keterangannya di dalam," kata pak Hary

Akhirnya Danish mengikuti langkah Sachi.

Sachi menggandengan tangan Rania. Melihat putrinya terlihat akrab dengan Sachi, Danish mulai mensejajarkan langkahnya dengn Sachi.

"Masuk yuuk!" ajak Sachi sambil membuka pintu begitu sampai di depan ruangannya.

Danish hanya terbengong.

"Jadi, kamu kepala sekolah di sini?" tanya Danish setengah tidak percaya.

"Iya, kenapa? Tampangku pasti tidak meyakinkan?" ucap Sachi sambil tersenyum.

"Yuk Rania, kita masuk!" ajak Sachi.

Akhirnya Danish masuk ke ruangan Sachi yang sudah mendahuluinya bersama Rania.

"Wah, tante ruangan kerjanya tante besar. Seperti ruangannya Papa," celoteh Rania begitu masuk ruangan Sachi.

"Benarkah?" tanya Sachi sambil duduk dan memangku Rania.

"Rania duduk sama Tante dulu ya. Biar Papa menulis dulu." Rania hanya menggangguk dengan patuh saat Sachi mengangkat tubuh gadis mungil dan mendudukkan ke pahanya.

Sachi mulai menanyakan banyak hal kepada Rania, sembari menunggu Danish meneyelesaikan menulis formulir pendaftarannya untuk Rania.

"Rania sudah bisa membaca atau belum?" goda Sachi

"Sudah dong Tante, itu bacanya Kepala sekolah. Yang ini bacanya laporan sekolah." jawab Rania dengan suara centil khas anak-anak.

"Wah, Rania hebat. Kalau berhitung sudah bisa atau belum?" tanya Sachi sambil memegang dahinya seakan berpikir, sengaja untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Rania.

"Bisa Tante."

"Tante bole, tanya dong?"

"Bole."

" 2 + 2 berapa?"

Rania tampak menggerakkan jarinya.

"Empat Tante."

"6 + 4 berapa?"

Rania kembali menggerakkan tangannya.

"sepuluh Tante."

"Kalo nee misalkan Tante punya 7 permen, kemudian permennya dikasih ke Rania 4. Permennya Tante sisa berapa?"

Rania menggerakkan tangannya.

"Tiga Tante."

"Wah, Rania hebat sekali. Kita tos yuk."

Rania membuka kelima jarinya, Sachi menepukkan kelima jarinya dan kedua telapak tangan mereka beradu membuat bunyi

"Plak"

Danish menatap keakraban kedua wanita beda usia di depannya itu dengan takjub.

"Chi.., in sudah selesai!" kata Danish membuyarkan keakraban Sachi dan Rania.

"Sebentar yaa sayang. Tante periksa dulu kerjaan Papa Rania."

"Okay Tante!" jawab Rania sambil memberikan jempolnya membuat Rania semakin gema melihat tingkah gadis cilik itu.

Gadis itu turun dari pangkuan Sachi menuju Papanya.

"Rania Meysha Rahmania." Danish menggangguk mendengar Sachi membaca nama lengkap putrinya sambil menatapnya.

"Wah, arti nama Rania sama loo kayak nama Tante."

"Beneran Tante? Memangnya apa arti nama Rania?” tanya gadis cilik itu antusias.

"Ratu kebahagiaan yang penuh cinta," jawab Sachi tanpa melepas tatapannya dari Rania.

"Kalo nama Tante siapa?"

"Quinne Saschya. Nama Rania pakai bahasa Arab. Tapi kalo nama Tante gabungan bahasa Inggris dan Jepang," jelas Sachi.

"Kok gak ada penuh cintanya?'

"Karena itu diambil dari nama Papanya Rania," jelas Sachi yang akhirnya dijawab dengan O.. O.. oleh Rania.

Danish kembali menyuguhkan senyumnya mendengar dua wanita itu berinteraksi, seakan kehadirannya dianggap tak pernah ada.

"Sudah yuuk, kita kembalikan formulir Rania ke Pak Hary. Kak Danish sudah menyiapkan foto copi KK dan akte Rania?" tanya Sachi memaksanya menatap wanita di depannya itu.

"Hee hee.. Sepertinya ada di mobil. Aku ambil dulu ya." Danish bersiap bangkit dan keluar.

"Nanti saja sekalian kita kembalikan ke Pak hary." Sachi menawarkan solusi terbaik.

"Baiklah, saya menurut kata Bu Kepsek."

"Kak Danish, gak usah becanda," Sachi sedikit terkekeh melihat tingkah Danish yang mengatakan baiklah sambil membungkukkan badannya.

Ketiganya segera menuju area parkir mengambil foto copi Kk dan akte Rania.

Rania mereka gandeng berdampingan Sachi di kiri dan Danish di kanan. Pas. Mirip seperti keluarga yang bahagia.

Setelah Danis menyelipkan berkas diantara jilidan formulir pendaftarannya.

Mereka masuk kembali ke ruang TU.

Danish dengan urusan pendaftaran Rania sedangkan Sachi dengan urusan yang lain lagi.

"Bu Irna, saya minta tolong disiapkan berkas supervisi saya!" pinta Sachi dengan ramah kepada Bu Irna.

"Baik, Bu!" jawab Bu Irna

"Terima kasih Bu Irna," kata Sachi sambil tersenyum.

Sachi memperhatikan Danish yang juga sudah menyelesaikan urusan administrasi putrinya.

" Rania mau lihat kelasnya sekarang?" tanya sachi ke Rania

Rania hanya mengangguk pelan.

"Yuuk, kita ke kelas baru Rania." Sachi menggandeng Sachi keluar ruangan TU.

Di halaman.

Rania kembali berada di tengah digandeng Sachi dan Danish.

"Tante ... Tante Sachi ini kan kepala sekolah. Berarti Rania kalo di sekolah panggilnya Ibu Sachi, ya?" Tiba-tiba Rania bertanya sesuatu yang membuat Sachi kaget.

"Iya.. nanti kalau pas jam sekolah panggil Tante dengan Bu Sachi sama kayak teman-teman yang lain," jelas Sachi.

"Nanti kalau Rania belum dijemput Papa. Rania nunggunya di ruangannya Tante .... Eh, Bu Sachi yaa!" pinta Rania sambil merevisi panggilannya membuat Sachi tersenyum.

"Rania …!" kata Danish menatap putrinya seakan tidak mengizinkan permintaan putrinya.

"Boleh kok, selama Bu Sachi tidak rapat atau tugas di luar," Sachi meluluskan permintaan Rania.

******

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height