Fake Marriage/C5 Kepulangan Raya
+ Add to Library
Fake Marriage/C5 Kepulangan Raya
+ Add to Library

C5 Kepulangan Raya

Arkan menanti dalam keadaan gelisah di dalam mobil. Usai rencana pernikahannya dengan Lunar diumumkan, dia langsung mendapatkan kabar kalau Raya akan kembali. Hari ini bertepatan pada tanggal mereka akan bertemu untuk memberikan kejutan pada semua orang mengenai hubungan mereka, tetapi rencana itu berputar balik menjadi apa yang tidak mereka harapkan. Pasti Raya tidak akan memaafkan keputusan yang harus dilakukannya.

Dia membiarkan sekretaris Ham yang menunggu di luar karena untuk saat ini dia tidak boleh berada di tempat umum bersama wanita lain. Bisa-bisa keadaan menjadi semakin buruk dengan dia yang memiliki hubungan dengan banyak wanita. Sungguh. Kenapa menjadi ahli waris sesulit ini? Dia tidak pernah menginginkannya, tetapi apa yang harus dilakukan jika sang ayah memintanya?

Pikiran teralihkan saat mendapati sekretaris Ham berjalan mendekati mobil. Di sana dia juga melihat ada Raya, wanita yang sangat dirindukannya. Dia membukakan pintu kabin dalam keadaan tetap berada di dalam. Senyuman tidak bisa terelakkan mengembang di detik-detik Raya yang berhenti duduk di sampingnya.

Tampak Raya melepaskan topi dan juga kacamata yang masih terpasang tadinya. Mereka saling bertatapan setelah itu tanpa dia bisa mengeluarkan kata-kata. Dari ekspresi yang dia lihat sepertinya Raya benar-benar sudah mengetahui berita yang tersebar. Kalau tidak suasana tidak akan tegang seperti saat sekarang yang mana sangat berbeda dengan pertemuan mereka sebelumnya.

Arkan yang ingin memeluk harus berhenti niatnya karena tangannya ditepis. "Maafkan aku." Lirihnya tidak mampu memandang Raya lebih lama. Dia sudah menyakiti wanita yang dia cintai dan sekarang apakah pemutus rindu adalah sesuatu yang tidak pantas untuk diterima? Betapa dia ingin memeluk Raya dan menyatakan bagaimana rasa rindunya saat ini.

"Kau mengkhianatiku, Arkan."

Arkan tertunduk lesu tidak dapat membantah bagaimana kesakitan yang dirasakan kekasihnya itu. Dia memang sudah mengkhianati hubungan mereka dengan memilih untuk menikah dengan wanita lain, walaupun itu semua hanya pernikahan palsu. Untuk satu tahun ke depan dia tidak bisa bersama dengan Raya. Hal itu menjadi daftar penyesalan yang dia punya. Bagaimana dia harus menjelaskan apa yang terjadi pada Raya?

Dia seperti seorang pria yang tidak memiliki kemampuan apa-apa saat ini. Hanya bisa tunduk pada keputusan sang ayah tanpa bisa membantah. Kalau bisa dia ingin kabur bersama Raya agar mereka bisa terus bersama namun hal itu hanya berakhir pada angan-angan saja karena kehidupannya tidak bisa bertumpu pada seorang wanita. Tanpa kekayaan ayahnya, dia adalah sesuatu yang tidak bernilai.

"Kau tidak berniat untuk menjelaskannya?"

Arkan mengangkat kepala yang menunduk setelah lamunannya dibuyarkan. Tentu saja dia harus menjelaskan situasi yang terjadi agar kesalahpahaman di dalam hubungan mereka bisa diluruskan. "A-aku sungguh tidak tau bagaimana Lunar bisa berada di dalam bagasi mobilku." Dia berhenti bicara karena merasa apa yang dikatakan terlihat seperti sesuatu yang tidak masuk akal. Tiba-tiba seorang wanita berada di dalam bagasi mobil? Bagaimana Raya bisa percaya akan hal itu? "Lunar membuat kekacauan dan mengharuskan kami untuk menikah."

"Kekacauan?" Raya sedikit menjeda kata-katanya. "Kau tidak menghamilinya, bukan?"

"Tentu tidak!" Tanpa sadar Arkan meninggikan suara dan seketika dia menurunkan kembali nada suaranya, "Aku tidak mengenali wanita itu sama sekali. Dia tiba-tiba saja datang ke hidupku dan membuat kekacauan."

Raya mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan penjelasan yang semakin berbelit-belit. "Baiklah. Kau sekarang sedang membahas wanita yang bernama Lunar." Melihat anggukan dari Arkan membuatnya bisa mencerna penjelasan satu persatu. "Lunar tiba-tiba datang dalam kehidupanmu, membuat kekacauan di dalam hubungan kita, dan kau memutuskan untuk menikah dengannya. " Satu anggukan lagi dia terima dan setelah itu kebingungan menghampiri. "Kau berselingkuh di belakangku?" Ucapnya mengambil kesimpulan atas tindakan Arkan.

Arkan langsung merangkul Raya yang sudah menjatuhkan air mata. "Aku tidak berselingkuh di belakangmu." Mengusap rambut wanita itu untuk menenangkan tangisan. "Hanya satu tahun saja pernikahan ini akan berlangsung. Setelah itu aku dan Lunar akan segera berpisah."

Raya menjauhkan pelukan itu darinya. "Apa maksudmu?"

"Ini memang sesuatu yang sangat konyol. Aku harus menikah dengannya dan setelah satu tahun nanti, kami akan berpisah. Semua ini hanya untuk mempertahankan citra perusahaan." Arkan menghela napas berat.

Raya diam sejenak mencerna penjelasan beruntun yang dia terima. "Jadi kau tidak berselingkuh di belakangku?" Gelengan kepala yang dilihat membuat senyumannya melebar. Dia memeluk Arkan dengan segenap jiwa, tidak ingin melepaskan karena kebahagiaan menyertainya saat ini. Air mata mengalir jatuh menambah lembapnya pipi yang telah basah. "Mengetahui kau akan menikah dengan wanita lain membuatku sangat sedih. Aku mencari jadwal penerbangan tercepat dan tidak menyelesaikan semua pekerjaanku agar bisa datang menemuimu."

Arkan tersenyum senang ternyata Raya bisa memahaminya. Memang hal itu yang dia butuh kan sekarang karena tidak ada yang bisa dia jadikan sebagai bahu sandaran. Cukup dengan keberadaan Raya saja di sisinya, dia sudah merasa sangat tenang. Dia tidak salah memilih Raya sebagai calon pendamping hidupnya.

***

Lunar menuruni tangga dan dia langsung mendapati para pelayan sangat sibuk. Apalagi tadi dia juga melihat pelayan keluar dari kamar yang berada satu baris dengan kamarnya. Dia ingat saat Arkan mengatakan kalau semua yang ada di dalam kamar itu adalah kepunyaan Raya. Tidak tahu siapa pemilik nama tersebut karena dia juga tidak peduli akan hal itu.

Dia berlalu ke sisi dapur untuk mencari makanan yang bisa mengisi perut yang kosong. Bukan hanya membersihkan rumah, tetapi para pelayan juga menyiapkan makanan di dapur. Setiap dia ingin mengambil makanan yang tersedia, selalu dibawa pergi darinya. Begitu seterusnya hingga dia tidak bisa mendapatkan makanan apa pun di dalam dapur. Padahal perutnya sudah berdendang ria sejak dia bangun terlambat.

Tidak berputus asa, dia mencari makanan lainnya hingga mendapatkan roti. Dia mengolesi selai yang terdapat di samping bungkusan roti, lalu langsung melahapnya tanpa peduli akan pelayan yang masih sibuk bekerja. Siang ini dia harus bersabar dengan beberapa potong roti sebagai penyangga hidup. Sungguh kasihan. Di rumah yang terlampau mewah, dia hanya mendapatkan roti.

"Tuan Arkan sudah datang!" Seru salah seorang pelayan mengumumkan kepulangan pemilik rumah.

Lunar selesai mengolesi selai di potongan roti ke-enam. Roti didempetkan dengan roti lainnya, lalu dia melahap sedikit demi sedikit. Bungkusan yang mana tersisa beberapa roti saja dibawa bersama selai dan juga sendok sebagai media olesnya. Dia mengapitnya di antara lengan dan badan sehingga ada tangan yang kosong untuk memegangi roti yang masih dijepit di mulut. Sambil berjalan keluar dari dapur, dia mengunyah roti dan menggigit roti secara bergantian.

Langkahnya terhenti saat bertemu dengan Arkan dan seorang wanita yang tidak diketahuinya siapa. Dia hampir saja menjatuhkan semua yang dibawa kalau tidak membuat kesadarannya bertahan. Siapa wanita yang dibawa oleh Arkan? Permainan mengenai bisnis terselubung di belakang Royal Grey benar-benar sudah usai, bukan? Lalu untuk apa Arkan membawa wanita lain?

Arkan menghela napas panjang menghiraukan apa yang dia lihat saat ini. "Dia adalah Lunar yang aku bicarakan." Ucapnya dengan malas.

"Oh!" Merangkul Arkan sebagai bentuk pernyataan perang. "Aku Raya, kekasih asli Arkan. Salam kenal, Lunar."

Semua pelayan yang mendengar tidak asing lagi dengan tamu yang datang karena memang mereka sudah mengenal Raya. Hanya saja berita pernikahan yang melibatkan Lunar membuat mereka semua tidak tahu harus bersikap bagaimana. Raya adalah kekasih Arkan sebenarnya yang tinggal di tempat yang sama. Di sisi lain Lunar adalah calon istri pemilik rumah yang harus mereka hormati.

"Raya!" Lunar diingatkan kembali dengan nama yang sama berulang kali. Dia baru tahu ternyata Raya adalah kekasih Arkan. Pantas saja dia tidak diizinkan menyentuh apa pun yang ada di dalam kamar waktu itu. "Salam kenal, Raya." Dia kewalahan bagaimana harus bersalaman karena tidak ada tangan yang kosong. Alhasil dia menggigit roti agar bisa mengulurkan tangan.

Raya melepaskan rangkulan tangan yang dia lingkarkan. Ragu-ragu dia membalas jabatan tangan itu. Walaupun dia disambut ramah namun dia masih belum bisa menghilangkan pikiran mengenai Lunar adalah wanita yang hanya ingin memanfaatkan Arkan saja. Pasti ada sesuatu di balik pernikahan palsu yang melibatkan Arkan.

"Kau bisa beristirahat di kamar, Raya. Aku harus kembali ke kantor sekarang." Ucap Arkan tidak bisa tinggal lebih lama.

Raya menganggukkan kepala. "Aku mengerti." Kemudian dia berlalu pergi bersama pelayan yang mengantarkan barang bawaan.

Arkan tidak ingin lagi dipusingkan dengan keberadaan Lunar yang membuatnya geleng kepala. Wanita itu sangat berantakan dan juga terlihat rakus. Dia tidak bisa membayangkan wanita yang berjalan membawa satu bungkus besar roti bersama stoples selai menjadi istrinya meski pernikahan yang akan dijalani adalah sesuatu yang palsu.

Sementara itu Lunar yang melihat kepergian Arkan langsung menyerahkan semua yang dia bawa pada pelayan yang ada di dekatnya, termasuk roti yang belum sempat dia habiskan. Dia berlari mengejar Arkan dengan terburu-buru sampai dia bisa merentangkan tangan untuk menghentikan langkah pria itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Arkan tampak tidak senang langkahnya dihentikan.

"Kita harus bicara."

"Aku tidak ada waktu untuk itu."

Sebaliknya Lunar tidak peduli dengan penolakan karena apa yang akan dibahasnya adalah sesuatu yang lebih penting. "Apa Raya akan tinggal di sini? Kita akan menikah dan dua orang wanita tinggal bersamamu, bukankah akan menjadi berita baru nantinya?"

"Semua orang tahu kalau aku dan Raya sudah mengenal sejak kecil. Tidak akan ada berita aneh mengenai kami."

"Oh," Lunar paham sekarang bahwa dirinya sedang terjebak di dalam hubungan lainnya yaitu cinta masa kecil seseorang. "Tapi.."

Arkan yang sudah terbuang percuma waktunya menyingkirkan tangan yang menghalangi jalan. Dia mengoceh kesal setelah berhasil masuk ke dalam mobil. Di dalam sana dia hanya memperhatikan wanita yang masih berdiri di posisi yang sama. Sampai mobil beranjak dari area parkir, dia tidak lagi memandang Lunar.

Sekretaris Ham sedikit bergumam sebelum menyampaikan apa yang menggeluti pikirannya sejak tadi, "Menurut saya apa yang dikatakan nona Lunar ada benarnya, tuan. Setelah menikah nanti tidak mungkin dua orang wanita berada di dalam satu rumah yang sama."

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height