+ Add to Library
+ Add to Library
The following content is only suitable for user over 18 years old. Please make sure your age meets the requirement.

C1 Fantasi liar Hana

Hana Cartlington seorang gadis muda berumur dua puluh tahun menjadi tulang punggung keluarga, menafkahi anggota keluarganya.

Gadis yang harus putus sekolah di usianya yang masih terbilang belia menanggung seluruh beban keluarga, bekerja paruh waktu di kota kecil dengan gaji yang hanya cukup untuk makan adik serta ibunya.

Ayahnya sendiri tidak bisa memberikan tanggung jawab hanya bisa meminta pada ibu dan dirinya hanya untuk kepuasan semata. Takdir yang begitu kejam sehingga Hana harus merantau ke kota besar demi tanggung jawabnya sebagai seorang anak dan kakak.

Dan kini Hana mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar di sebuah mansion milik seorang triliuner muda bernama James Arthur Anderson, pria muda berusia dua puluh tujuh tahun sukses dalam karirnya di bidang properti dan otomotif.

Siapa sangka Hana yang bekerja sebagai pembantu dari James menggoda Tuannya yang terkenal dingin. Bahkan setiap harinya Hana selalu menggunakan pakaian minim dan memperlihatkan lekuk tubuh indah dan sempurna.

Seperti pagi ini Hana menyiapkan sarapan untuk Tuan mudanya, ia sudah berdandan cantik untuk menggoda sang Tuan, agar Tuan muda tergoda dengannya.

"Good morning Tuan, seperti biasa sarapan Anda sudah saya siapkan di meja beserta kopi hitam," tutur Hana, tersenyum pada James.

"Thanks Hana," balas James sambil tersenyum, matanya pun tak luput dari tubuh indah Hana melihat dua buah dada Hana nyaris keluar.

Siapa yang tidak bergairah di pagi hari mendapatkan pemandangan indah dari sang pembantu cantiknya, James lelaki normal pastinya butuh penyaluran untuk gairahnya.

Bayangkan saja, pakaian seragam yang menjadi pakaian khusus maid, dibuat seksi oleh Hana hingga kedua dadanya menyembul keluar nyaris tumpah. Hingga James meminta Hana untuk duduk di sebelah bangkunya menemani James sarapan.

"Hana temani aku sarapan," perintah James tanpa adanya penolakan.

"Ta- tapi tuan saya masih ada pekerjaan lain di dapur.

"Kau ingin menuruti perintahku atau dipecat dari pekerjaan ini!" ujar James, membuat Hana duduk di kursi sebelah James.

Niat awal ingin sarapan bersama Hana, Tapi yang ada James bukanlah sarapan yang telah tersaji melainkan sarapan lain, tangan besar milik James mengelus paha putih, mulus milik Hana, menaik turunkan tangannya hingga berada dekat di bagian atas pangkal paha Hana.

Jarinya pun masuk ke dalam celah celana yang menutupi aset berharga milik Hana.

Hana sendiri pun hanya bisa memejamkan matanya, baru kali ini ia merasakan sentuhan dari James- majikannya, biasanya Hana hanya bisa berimajinasi, membayangkan sang majikan menjamah tubuhnya, tapi hari ini Tuannya sendiri menyentuh tubuhnya walaupun hanya menggunakan tangan dan jarinya saja.

"Ah...!" satu desahan seksi lolos keluar dari mulut Hana. Hanya gara- gara jari James menekan asetnya dan bermain- main disana.

Hana bergelinjat tidak tenang, saat jari James semakin liar di luar asetnya. Tangannya James yang satunya pun mengangkat kaki jenjang Hana ke pundak James sehingga Hana duduk berhadapan dengan sang Tuan muda.

"Kau tahu kesalahan terbesarmu Hana?" tanya James, masih bermain liar dengan jarinya di pusat kenikmatan Hana.

Hana hanya menggeleng sebagai jawabannya, sesekali desahan milik Hana pun keluar.

"Kau selalu menggodaku Hana, selalu memperlihatkan lekuk tubuhmu di depanku, dan kau salah besar jika aku tidak terangsang. Aku pria normal, dan kau sudah membangkitkan gairah terpendamku!" James memasukkan jarinya ke dalam gua lembab milik Hana.

Sedangkan Hana tak kuasa menahan gejolak gairah yang menggebu dalam dirinya, hanya dengan jari sang Tuan muda.

Desahan Hana pun semakin melolong keluar terdengar seksi mengikuti irama jari James keluar masuk ke dalam pusat intinya.

"Ah... Tuan! Jangan membuatku tersiksa!" ucap Hana, tidak kuat dengan permainan jari nakal James.

"Nikmatilah sayang! Kau yang menggodaku maka kau yang harus menanggung semuanya." James semakin liar bermain dengan jarinya di bawah pusat kenikmatan Hana.

Rok yang menjadi bawahan seragam Hana pun terangkat ke atas perut sehingga pusat inti Hana terpampang jelas di depan wajah James.

James mengangkat kedua kaki Hana, membawanya ke pundak. Lalu ia pun berjongkok menyamakan posisinya tepat di bagian pusat Hana. Wajahnya mulai dekat hanya tersisa satu inci

James mulai menghirup aroma kewanitaan Hana, sesekali lidahnya bermain di klitoris Hana, menjilat bahkan menyesap, penuh ke dalam mulutnya.

"Tuan.... Mmmphhhh... Apa yang Anda lakukan!" Hana bergelinjat tubuhnya sedikit terangkat ke atas tak kuasa menahan serangan dari lidah James.

James mampu membuat gairah liar Hana membara, seakan imajinasi tentang Tuannya terbayar dengan sentuhan kecil namun berarti untuknya.

Lihatlah sekarang bagaimana James menguasai tubuh Hana, walau hanya sentuhan kecil yang James berikan padanya. Namun semua itu tidaklah lama. Saat Hana mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Hana apa kau di dalam?" kata seseorang itu, membuat Hana tersadar dari imajinasinya.

Ya, seperti inilah Hana setiap harinya berimajinasi pada sang majikan yang tampan, kaya, serta bersikap dingin. Membuat gairah liar Hana bergejolak ingin rasanya bergelud bersama sang Tuan di satu ranjang yang sama.

Hana pun terbangun dari imajinasinya, vibrator yang menjadi tumpuan untuk imajinasi liarnya pun disembunyikan di tempat asal.

Lalu, Hana pun keluar dari dalam kamar dan melihat orang yang memanggilnya.

"Kenapa?" tanya Hana pada seseorang yang berada di depan pintu kamarnya.

"Tuan memanggilmu."

"Memanggilku? Untuk apa?"

"Temui saja, Tuan tidak suka menunggu lama." teman Hana bernama Yuna pun pergi setelah memberitahu Hana.

Hana pun tersenyum senang saat mendengar sang Tuan muda memanggilnya, lalu ia pun segera mengganti bajunya dengan baju yang baru saja dibelinya tadi.

Dress tipis bermotif hampir mirip lingerie lah yang dipakai Hana saat ini, ia sengaja memakai dress itu agar Tuannya tergoda pada dirinya.

Lekuk tubuh Hana yang sempurna pun hampir terlihat jelas, di tambah nipple pink miliknya menyembul keluar, memang Hana tidak memakai bra karena ia ingin tahu reaksi Tuannya, masa iya Tuan mudanya tidak tergoda dengan pakaian yang digunakan oleh Hana.

Setelah semuanya siap dan rapi, Hana keluar dari dalam kamarnya menuju tempat sang Tuan muda berada.

Hana tahu dimana Tuan mudanya sekarang, tempat yang tidak lain adalah ruang kerjanya. Tidak jauh dari kamarnya yang berada di belakang ruang kerja James.

Sampai Hana tiba di depan pintu ruang kerja James, Hana mengetuk pintu meminta izin untuk masuk. Dan terdengarlah suara bariton nan seksi dari Tuannya menyuruh Hana masuk.

"Masuklah," kata James dari dalam ruang kerjanya.

Hana membuka pintu ruang kerja James, pertama kali yang dilihatnya adalah James yang sedang berkutat di depan macbooknya dengan pakaian yang sedikit berantakan.

Hanya melihat begitu saja membuat Hana meneguk saliva kasar, imajinasi liarnya semakin bertambah, hanya dengan melihat pakaian James berantakan, seksi. Itulah yang ada di dalam otak cantik Hana.

"Kenapa kau masih diam disana? Kemarilah dan tolong pijat pundakku yang terasa pegal." James menyadarkan Hana dari alam liarnya, yang tengah membayangkan James sedang menjamah tubuhnya.

Hana pun terlihat gugup, malu, takut ketahuan jika ia sedang membayangkan Tuannya.

Akhirnya dengan perasaan campur aduk Hana mendekat, dan berdiri di samping James.

"Tuan memanggil saya?" tanya Hana.

James menoleh ke arah sampingnya, sama seperti Hana James pun meneguk saliva kasarnya melihat nipple pink Hana menyembul keluar.

"Oh ya, aku memintamu untuk memijat pundakku. Apa kau bisa?" tanya James sekali lagi, matanya beralih memandang yang lain. Tidak ingin berlama- lama menatap nipple pink milik Hana.

Hana tahu Tuan mudanya terpancing gairah, dan ditambah lagi Tuan mudanya meminta Hana untuk memijat pundaknya, kesempatan yang tidak datang dua kali, tidak akan Hana sia- siakan. Hana ingin tahu apa yang akan dilakukan James saat ia memijat sambil menggoda James.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height