C14 episode 14
Alecas (Alecas bertubuh Lucas)
LuXa (Lucas bertubuh Alexa
Alexa berlari dengan air mata yang beruraian membasahi wajah cantiknya, rasa sakit di hatinya terasa menusuk dan membuatnya gila. Alexa tidak menyangka Devon akan menghianati cinta dan semua kepercayaannya.
Alexa hanya ingin pulang dan menangis sekencang-kencangnya.
Alexa berlari menuju mobilnya, berharap Devon akan mengejarnya, namun pria itu tidak muncul. Hati Alexa semakin perih bila memikirkan Devon lebih memilih wanita itu dari pada dirinya.
Semua orang menatapnya iba tanpa harus mereka tahu masalahnya. Langkah Alexa terhuyung memasuki mobilnya.
Mobil berdecit dengan kasar, berbelok dan keluar dari tempat parkir, Alexa menginjak pedal gas dengan kuat. Mobil melesat menembus jalanan dengan cepat.
"Aku benci Dev. Dev jahat!" Alexa semakin keras menangis, dia memukul stir dengan lemah. Di tekannya tombol on di radio, Alexa butuh suara yang keras agar dia tidak semakin bersedih meratapi penghianatan Devon.
Suara Jennie BlackPink mengalun keras, bernyanyi di telinga Alexa yang semakin membuat hatinya panas.
I'm going solo, I'm going solo
Mannan, sollem, gamdong dwien
ibyeol, nunmul, hunheo, geurin
Alexa langsung mematikannya dengan teriakan frustasi, mobil berhenti menepi dan berhenti. Bahu Alexa bergetar dengan kepala yang bersandar pada kemudi, "Jennie bohong!. Dia tidak solo, dia di love shot Kai. Aku yang solo, Dev menghianatiku."
***
Alexa membuka pintu dengan lemah, matanya merah sembab terlalu banyak menangis. Gadis itu terlihat sangat kacau.
Alexa butuh pelukan Connor, tapi dia terlalu malu, selama ini Alexa menentang ayahnya dan memperjuangkan Devon. Tapi ternyata Devon menghianatinya.
"Nona, apakah Anda kenapa?" Tanya Evan yang terlihat khawatir. Evan adalah kepala pelayan di rumah Lucas.
Alexa tertunduk, menautkan jari-jari tangannya, "Bolehkah aku memelukmu Ev?" Tanya Alexa penuh harap. Alexa butuh sandaran.
Evan mengerutkan keningnya beberapa saat, kemudian mengangguk sopan "Tentu Nona, jika itu membuat Anda merasa lebih baik."
Tanpa kata lagi, Alexa langsung menghambur ke dalam pelukan Evan, memeluknya sama seperti saat dia memeluk Connor setiap kali menghadapi masalah.
Evan tersenyum lembut mengusap bahunya dan menenangkan Alexa yang bersedih.
"Nona, mungkin sebaiknya Anda istirahat" ucap Evan memberi saran.
Alexa menggelengkan kepalanya dengan cemberutan di bibir merahnya, "aku mau minum. Aku butuh mabuk."
Senyuman Evan memudar, wajahnya berubah pucat pasi penuh ketegangan. Melihat Lucas berdiri di hadapannya dengan tampang yang mematikan, Evan langsung menurunkan tangannya dari bahu Alexa.
"Kau kenapa Alexa?" Tanya Lucas dengan nada dingin. Bersikap seolah-olah dia tidak tahu apa-apa.
Alexa menguraikan pelukannya, dia langsung mencebikan bibirnya, enggan menceritakan masalahnya.
Alexa tahu lucas akan menertawakan dan menghinanya bila tahu Devon selingkuh dari Alexa.
Alexa mengibaskan rambutnya dan pergi, meninggalkan Lucas.
Evan tertunduk merasakan tatapan mengintimidasi tuannya. Lucas melangkah pelan tanpa suara, dia berdiri menjulang di depan Evan. "Kenapa kau memeluk Alexa?" Tuntutnya tanpa basa basi.
"Nona Alexa membutuhkannya. Beliau yang meminta."
"Buka pakaianmu" perintah Lucas seraya menggilingkan lengan kemeja putihnya.
Evan menelan ludah, dengan gugup dia melepaskan kancing bajunya dan melepaskannya. "Bakar" perintah Lucas lagi, Evan mengangguk patuh.
"Kau menyentuh kulit Alexa?" Tanya Lucas dalam desisan.
"Tidak Tuan."
"Sekali lagi aku melihatmu dekat dengan Alexa. Bukan hanya bajumu yang terlepas, tapi kulit tubuhmu, aku kuliti. Kau mengerti?."
Evan menelan ludahnya dengam susah payah. "Iya Tuan."
Lucas menyerigai jahat, dia melenggang pergi meninggalkan Evan yang masih diam membeku. Shwan yang sejak tadi diam di belakang Lucas tersenyum geli. Dia mendekati Evan yang gemetar ketakutan dan menepuk bahunya.
"Itu cara Tuan Lucas mengatasi rasa cemburunya. Kita harusmulai terbiasa."
***
Alexa menegak segelas anggur untuk kesekian kalinya, dia tidak peduli dengan rasa mual dan panas di lambungnya, kepalanya mulai pusing dan sakit.
Setidaknya rasa mual dan pusing di kepalanya menghempaskan bayangan penghianatan Devon terhadapnya.
Gadis itu masih duduk di kursi bar dengan kaki menjuntai, Alexa mengabaikan deringan telepon masuk dari Devon berulang-ulang.
Lucas muncul di ambang pintu, berjalan mendekati Alexa dan meneliti raut kesedihan Alexa. "Kau terlihat kacau Alexa."
"Bukan urusanmu" jawab Alexa dengan bentakan. Dia butuh sendiri, tanpa gangguan siapapun.
Lucas tersenyum miring, ia memutar kursi alexa dan berdiri di antara kaki gadis itu, lalu mengurungnya.
Lucas merebut gelas di tangannya, lalu melemparkannya ke lantai, "Kau bisa menceritakan masalahmu kepadaku Alexa" bisiknya rendah merayu di telinga Alexa.
Alexa tertawa hambar, mendorong dada Lucas dengan lemah, "Sejak kapan kau menjadi orang baik Lucas?."
"Aku serius."
Alexa mendorong dada Lucas dengan kuat, dia melompat dan langsung terhuyung, dengan sigap Lucas memegang pinggangnya dan menariknya dengan keras, hingga punggung Alexa menempel di tubuhnya.
"Lepaskan!" Alexa memberontak dengan lemah, dia berbalik dan memukul-mukul Lucas, pria itu tidak melawan, malah memenjarakan tangan Alexa dalam genggamannya lalu menggendongnya dengan mudah.
"Lepaskan Lucas!." Alexa terisak frustasi.
Lucas tidak bergeming, dia membawa Alexa ke dalam kamarnya. Alexa mulai berhenti memberontak dan pasrah saat Lucas menurunkannya di tepi ranjang. "Kau terluka Alexa?" tanya Lucas meraih wajah Alexa dan mengusap pipinya.
"Aku benci Dev" bisik Alexa mulai mau bercerita.
Lucas tersenyum lebar, senang mendengar Alexa membenci Dev dan berhenti memujanya. Alexa terlihat patuh dan lemah karena mabuk, membuat Lucas semakin senang. "Aku bisa menyenangkanmu Alexa" bisik Lucas penuh janji, dia merundukan kepalanya dan mencium Alexa dengan senang hati.
Alexa terdiam beberapa saat, dia hanya merasa pusing dan panas yang menjalar di tenggorokannya, pandangannya samar-samar tidak jelas.
Alexa mengalungkan tangannya di leher Lucas membalas ciumannya mengikuti nalurinya, membuat Lucas mengerang dan gairahnya langsung meledak tidak terkendali mendapat balasan Alexa.
Perlahan tapi pasti, tubuh Alexa terbaring di bawah Lucas yang semakin gencar mencumbuinya, meneyentuh Alexa di setiap tempat.
"Ah..." bibir Alexa terbuka mengeluarkan desahan, mendapatkan ciuman basah di sepanjang pahanya.
Lucas menarik gaun Alexa dan meloloskannya dari tubuh gadis itu. "Kau sangat cantik Alexa, dan mulai sekarang kau milikku" puja Lucas penuh janji, Alexa menatapnya sayu di ambang kesadaran.
Alexa mencoba untuk duduk, dia menarik tangan Lucas hingga pria terjatuh di sampingnya, dengan cepat Alexa menindihnya dan menciumnya sepenuhnya dengan gairah. Lucas menggeram, merasakan miliknya yang langsung mengeras. Lucas mencoba untuk mengalah dan membiarkan Alexa menyentuhnya tanpa balasan.
Dengan terburu-buru Alexa melepaskan kancing pakaian Lucas dan melemparkan kemejanya ke sembarang tempat.
Napas Lucas tersenggal-senggal, menerima ciuman dan hisapan basah sepanjang bahu dan dadanya.
Tangan Alexa bergerak liar menyentuh setiap lekuk otot Lucas yang terpahat sempurna.
Mata Lucas terpejam rapat dengan erangan kecil yang lolos dari mulutnya, dadanya naik turun tidak beraturan, Alexa semakin berani menyentuh dan meremas milik Lucas yang mengeras di balik celananya.
"Aku membutuhkanmu Alexa" Lucas sudah tidak tahan. Di dorongnya tubuh Alexa hingga terlentang, kini giliran Lucas yang menindihnya. "Kau sangat cantik" pujanya dengan tulus, Lucas melepaskan bra Alexa dan menarik celana dalamnya, membuat Alexa sepenuhnya telanjang di bawahnya.
Dalam kepasarahan Alexa diam, matanya sayu menatap Lucas dengan sedih.
"Kenapa... kenapa kau menghianatiku Dev?" Bisik Alexa terdengar menyakitkan.
Ketika nama Devon yang keluar dari mulut Alexa, gairah Lucas seketika menyusut, kini hanya meninggalkan rasa sakit di dadanya. Membuat Lucas mundur perlahan dan sedikit menjauh, memberi ruang.
"Apa karena aku tidak mau bercinta sebelum menikah denganmu Dev?" Alexa terisak, "Apa karena aku masih perawan. Dan kamu bosan Dev?" Alexa kembali menangis.
"Kau benar-benar masih perawan?" Gumam Lucas sepenuhnya ke tidak percayaan.
Pada saat pertaman kali bertemu, Lucas sempat menggertak, lalu Alexa mengatakan dirinya perawan. Lucas fikir jika gadis itu tengah bercanda.
Alexa tidak menjawab, dia meraih tangan Lucas dan menempatkanya tepat di jantungnya, "Sentuh aku Dev. Jika itu yang memang. kamu butuhkan."
Tubuh Lucas tiba-tiba ambruk dan menindih tubuh Alexa.
Alexa telah tertidur dan tubuh mereka kembali tertukar...
Lucas mendorong tubunya hingga terbaring di sampingnya, tangannya mengepal kuat menampakan buku-buku jarinya yang memutih, rahanya menegang dengan gigi mengatup kuat.
Amarah dan segumpal emosi telah mengusainya, LuXa memejamkan matanya mencoba untuk melupakan perkataan Alexa beberapa detik yang lalu.
Perkataan Alexa yang sangat menyakiti dan menghina juga menginjak harga diri seorang Lucas William. Bagaimana tidak, mereka sedang bercumbu yang sepenuhnya gairah, tapi kenyataannya Alexa menganggap dirinya Devon.
Suara keributan di luar membuat LuXa semakin kesal. LuXa bangun dan sudah siap untuk membunuh siapapun yang mengganggunya sekarang.
"Alexa! Tolong keluarlah, maafkan aku!" Devon berteriak memohon memanggil-manggil namanya, dia mencoba masuk dan menerobos gerbang rumah Lucas yang kokoh dan tinggi. "Lex, aku mohon."
Tangan luXa semakin kuat terkepal, "Dia ingin mati malam ini" ucapnya dengan api kemarahan. LuXa memunguti pakaiannya dan mengenakannya lagi.
To Be Continuee..