HAPPY VIRUS/C2 Episode 2
+ Add to Library
HAPPY VIRUS/C2 Episode 2
+ Add to Library

C2 Episode 2

Pagi itu

Rintikan hujan menapaki kaca jendela, angin berhembus lembut menggerakkan goreng kamar, tidak ada sinar matahari yang cerah pagi itu.

Lucas merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal, matanya terbuka perlahan dan bangun dari tidurnya. Pandangannya mengedar ke setiap sudut ruangan yang asing baginya.

Dalam sisa-sisa rasa mengantuknya Lucas menguap dan menatap semua hal yang baru di sekitarnya.

"Di mana ini?" suaranya serak lembutdan sudah terjaga seutuhnya.

"Tunggu, ada apa dengan suaraku?" Keningnya mengerut keheranan, Lucas mengusap tenggorokannya yang lembut dan tidak ada benjolan jakun sedikitpun.

Suara Lucas menghilangkan seketika, melihat sepasang kaki jenjang yang bergerak di antara selimut yang tersingkap, dia langsung melompat dengan mata melebar sempurna.

"Tidak. Tidak mungkin." Lucas berlari dengan cepat menuju cermin meja rias.

Dan terpampanglah tubuh gadis cantik yang menatap terkejut. Lucas kembali menggeleng, dia tidak percaya dengan semua yang di lihatnya, beberapa kali dia menampar wajah itu untuk memastikan jika semua hanya sebatas mimpi.

***

Alexa masih tertidur nyaman, memeluk guling yang semakin menghangatkan tubuhnya. Matanya terbuka dengan malas, merasakan hangatnya mentari pagi yang menerobos jendela.

Bau maskulin khas pria melekat kuat di guling yang di peluknya. Dengan malas dan mata setengah terpejam lagi, Alexa menggeliat di bawah selimut, dia bangun dan duduk hanya untuk diam dan menelaah.

"Aku di mana?" gumamnya kebingungan, melihat setiap sudut ruangan yang sangat asing baginya.

Dalam seperkian detik, Alexa segera berdiri dan panik, melihat ke sekeliling ruangan.

"Ah.....” Teriakan panik lolos dari bibirnya.

“Ayahh,,“ Alexa melompat dari ranjang dan berlari ketakutan karena melihat bayangan laki-laki tampan di jendela.

"Dadaku." dia melihat ke arah dada dan perutnya yang berotot.

"Ini." tangannya menyentuh sesuatu di selangkangnya, Alexa mengerjap kaget.

Alexa tertawa terbahak-bahak, "Mimpi yang gila." ucapnya dengan santai.

"Tapi, tunggu." Dia kembali melihat dirinya di cermin, dan wajah tampan itu yang kembali muncul.

Alexa langsung berlari keluar kamar asing itu dengan mata berkaca-kaca melewati para pelayan yang pengawalyang menatapnya bingung.

"Di mana pintu keluarnya?" Teriak Alexa pada seseorang.

Salah satu pengawal menunjuk dengan gugup ketakutan, sekaligus bingung. Baru beberapa langkah Alexa berlari dan belum menjangkau pintu.

"Brrakkk!!" Pintu di dorong dengan keras. Di sana, di depan Alexa ada LuXa (Lucas bertubuh Alexa) dengan napas tersenggal-senggal berdiri di ambang pintu masih dengan gaun tidurnya.

Alecas (Alexa bertubuh Lucas) menutup mulutnya tidak percaya, melihat tubuhnya sendiri yang di gerakan orang lain. Dia melangkah mendekat dengan ketakutan.

PLAK!!

Tamparan keras mendarat di wajah tampan itu.

"Sakit tahu." rengek Alecas tiba-tiba, matanya berkaca-kaca hampir menangis menahan panas berdenyut di pipinya.

Semua pengawal yang ada di belakang tercengang. Sosok Lucas, tuannya yang dingin dan menakutkan, tengah merengek karena tamparan gadis kecil. Sulit di percaya!.

"Apa yang terjadi dengan tubuhku?." Alecas meraih tubuhnya.

"Ini nyata. Dadaku." remasnya tiba-tiba, mengangkat gaun yang di kenakan LuXa dan menelitinya dengan saksama. Semuanya orang langsung berdeham salah tingkah, mereka balik badan seketika melihat sikap aneh tuannya.

"Apa yang terjadi?" Rengekan itu keluar lagi dari mulut Lucas berjiwa Alexa.

"Jangan melakukan itu dengan wajahku." geram LuXa penuh ancaman, dia tidak terima wajah tampan dan dingin penuh wibawa itu kini menjadi tampang menyedihkan.

"Ikut aku!."

***

Alecas (Alexa bertubuh Lucas)

LuXa (Lucas bertubuh Alexa)

Alecas menangis terisak-isak di ujung sofa, dia tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Bagaimana bisa tubuhnya bertukar dengan orang asing tanpa sebab. Bagai mimpi buruk yang panjang dan tidak bisa terbangun dengan mudah, Alecas berkali-kali mencubit pipinya dan meyakinkan jika itu memang mimpi. Namun ternyata itu bukan mimpi.

"Kemarilah." LuXa berdecak pinggang dengan angkuh.

"Berhenti menangis dengan wajahku!" Teriaknya menghardik.

Alecas langsung terdiam dengan bibir mengerucut, dia menggeser dan mendekat dengan sisa-sisa sesenggukan dan rasa takutnya.

"Kau punya ide agar tubuh kita kembali?" Tanya LuXa mulai merendahkan nada bicaranya.

Alecas menggeleng.

LuXa menggebrak meja dengan emosi, "Pergi mandi, aku tunggu sekarang!."

"Enggak mau."

"Dengarkan aku, hari ini aku akan ada pertemuan bisnis. Ikuti perintahku atau aku pergi keluar dengan tubuhmu yang telanjang!."

Alecas tercengang, melihat sorot matanya sendiri berubah menjadi sosok yang jahat dan bossy. Dengan kesal dia pergi ke kamar mandi dengan sumpah serapah kecilnya.

Alecas melepaskan pakaian yang menggantung di tubuhnya, napasnya terasa sesak melihat tubuh telanjang pria yang di kendalikan jiwanya itu. Wajah tampan bak dewa dengan mata yang berkilauan menggambarkan ambisi dan kecerdasan, keindahan di wajahnya di sempurnakan dengan pahatan otot yang kokoh di tubuhnya, membentuk keindahan yang dapat membuat semua wanita memujanya.

Alecas menggeleng dengan mata terpejam untuk menjernihkan pikiran kotornya, dia bergerak ke arah shower dan segera mandi dengan cepat.

"Bisakah kau pesankan pakaian untuk aku juga?" Tanya Alecas setelah kembali dari kamar mandi. Di lihatnya LuXa tengah duduk membaca dokumen-dokumen penting yang akan di bahas dalam rapat.

"Sebentar lagi datang."

"Um.. siapa namamu?" Tanya Alecas canggung, kedua jarinya saling bertautan dan tertunduk malu. Setelah semua pertengkaran yang terjadi dan saling menuduh, mereka belum berkenalan sama sekali.

LuXa menutup dokumennya dan menatap Alecas.

"Lucas. Lucas William." Tatapannya berubah tajam, meragukan pertanyaan Alexa yang tidak mengenal dirinya.

"Kau.. kau.." Alecas terbata-bata, wajah tampan itu berubah pucat pasi. Dia menunjuk dirinya sendiri dengan wajah terangkat penuh emosi "Kau si brengsek arogan itu huh?."

"Arogan katamu?."

"Ya! Manusia Arogan yang di jodohkan denganku!. Sudah enam pertemuan kau tidak muncul, kau pikir aku tidak punya harga diri huh?. Siapa juga yang mau menikah denganmu, jangan percaya diri."

LuXa membanting dokumennya ke meja, sorot matanya tidak kalah tajam mematikan, "Jaga bicaramu. Akan ku pastikan hidupmu tidak tenang bila kau bersikap kurang ajar padaku.”

Seketika nyali Alexa menciut, dia tertunduk menautkan jari-jarinya dengan bibir mengerucut tidak suka.

"Ikut aku!." Perintah LuXa seraya membuka pintu ruangan walk in closetnya. Lucas memilihkan pakaian yang akan di kenakan tubuhnya dengan teliti, semuanya harus serba sempurna banginya.

"Kau berpakaian dan aku pergi mandi."

"Apa, mandi?. Tidak!."

LuXa tertawa menggema, dia merasa ironis melihat wajah angkuh dan tatapan tajam mata miliknya kini menjadi melunak, gerakan tubuhnya sudah tidak dia kenal lagi.

Ketukan pintu di luar memecahkan ketegangan di antara mereka, LuXa segera pergi dan membukakan pintu.

"Pakaian yang Tuan Lucas pesan." Shwan menyerahkan beberapa paper bag, "Di mana Tuan Lucas?" Tanyanya dengan misterius dan hati-hati. Rencana untuk membunuh Alexa mungkin bisa dia lancarkan pagi itu dengan cepat.

LuXa menyerigai jahat, mengambil paper bagnya.

"Kenapa Shwan?, ingin membunuhku?."

Shwan mundur selangkah, merasakan bulu kuduknya meremang. LuXa terkekeh geli, merasa senang melihat reaksi Shwan yang langsung waspada.

Dengan sopan Shwan membungkuk dan undur diri dengan cepat.

To Be Continue...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height