HAPPY VIRUS/C4 Episode 4
+ Add to Library
HAPPY VIRUS/C4 Episode 4
+ Add to Library

C4 Episode 4

Lucas mengerang, bergerak tidak nyaman dari duduknya, napasnya memburu mencari pelepasan yang tiba-tiba menghilang. Mata Lucas langsung terjaga, dia langsung terdiam beberapa saat. Melihat ke sekelilingnya, hanya ada pemandangan para mahasiswa yang sedang mendengarkan seseorang bicara di depan. Tidak ada Vero sama sekali.

"Kau sudah bangun?" Devon tersenyum lembut, mengusap rambut Alexa dengan sayang.

Lucas menepisnya dengan kasar, dia menggebrak meja dengan keras membuat semua perhatian orang-orang teralihkan padanya.

Dengan segala kebingungan yang terjadi, Lucas berlari tertatih-tatih, Lucas mengumpat karena sama sekali tidak bisa berjalan heels. "Brengsek!, kenapa bisa terjadi lagi?" umpatnya dengan emosi. Dia berlari dengan sepatu yang terantuk-antuk ke lantai. Semua orang masih memperhatikan keanehannya.

"Apa yang kalian lihat?, mau mati hah?!" Teriak LuXa menggema di penjuru ruangan. Dengan kesal dia melepaskan sepatunya dan melemparkannya ke sembarangan tempat.

LuXa berlari menyusuri koridor, mencari jalan keluar dari gedung kampus.

"Sialan!" LuXa kembali berlari dengan cepat sambil mengobrak-ngabrik isi tas milik Alexa. Lucas perlu mencari kunci mobilnya dan pergi dari tempat terkutuk itu.

Langkah Lucas semakin cepat menuju parkiran setelah menemukan kunci mobil milik Alexa. "Di mana mobil sialan itu" Lucas menekan-nekan tombol di kunci. Lorong parkiran nampak sedikit gelap dan sunyi sepi, hanya ada satu dua orang yang di lihatnya sehingga tidak memancing perhatian.

Drap drap drap

Suara langkah sepatu bergerak dengan cepat ke arah LuXa. LuXa membalikan tubuhnya dan langsung waspada.

Di lihatnya Shwan bersama anak buahnya berjalan ke arahnya, mereka memakai seragam hitam, dengan topi dan masker untuk menutupi wajah mereka. Namun, LuXa sudah bisa langsung mengenalinya tanpa perlu di pastikan lebih jauh.

"Kau diam di situ Shwan, jangan mempermainkan emosiku sekarang." LuXa bersedekap di dadanya, bergerak mendekat.

Tubuh Shwan terlihat menegang, dia tidak menyangka jika Alexa akan mengenalinya meski dia sudah menyamar, padahal mereka baru bertemu satu kali. Shwan memberikan instruksi kepada anak buahnya dengan gerakan di jarinya.

Dengan cepat mereka berpencar berlari ke arah LuXa. Namun gerakan LuXa lebih cepat dari mereka. Belum sempat mereka menyerang, kaki kecil LuXa menerjang dan memukul para pengawal Shwan, tanpa ragu dia menghajar mereka yang terasa begitu mudah untuk di lumpuhkan.

Krek

LuXa memutar tangan anak buah Shwan, lalu memukul dan membantingnya hingga pria itu terjatuh dan kehilangan kesadarannya.

Shwan terdiam, melihat semua anak buahnya di kalahkan dengan mudahnya. Shwan tidak menyangka, gadis kecil di depannya itu sangat hebat dalam masalah berkelahi. Sangat berbeda jauh dengan penampilannya yang feminim, dan terkesan manja seperti anak kecil.

"Kemarilah Shwan, aku ingin mematahkan kakimu yang baru sembuh itu." Seringai LuXa sedikit menggoda sekaligus menggertak nyali Shwan yang masih di ambang keterkejutan.

Ckitt

Sebuah mobil Lamborgoni merah berhenti depan mereka, Alecas melompat keluar dan berlari dengan isak tangisnya, "Cepat cium aku!" rengeknya di sela-sela sesegukannya seperti anak kecil.

"Tuan." Shwan melepaskan masker dan topinya menampakan wajahnya yang pucat pasi. Shwan terlalu terkejut melihat tingkah tuannya yang sangat aneh hampir membuatnya serangan jantung. Bagaimana tidak aneh, Lucas yang kejam dan arogan, bahkan tangannya yang sudah terbiasa membunuh, kini tengah menangis meminta di cium.

Semua anak buah Lucas berusaha berdiri, dan berjajar di belakang Shwan. Mereka membungkuk memberi hormat kepada tuannya.

"Jangan menangis!" LuXa membentak.

"Hikss.. jangan membentaku!" Alecas menghapus air matanya, dia mendekati LuXa ragu-ragu. "Cium aku!" pintanya lagi.

"Tuan, apakah Anda baik-baik saja?. Apa.. apa.. Anda mabuk?" Tanya Shwan terbata-bata. Melihat Lucas merengek dan menangis masih meminta di cium, tingkahnya sudah sama seperti singa yang di botaki kepalanya.

LuXa berdecih jijik, dengan terpaksa ia menarik tengkuk Alecas dan menciumnya dengan keras hingga napas di paru-parunya terasa menghilang. Menyadari tubuhnya kembali normal, Lucas melepaskan ciumannya sejenak.

Lucas menahan Alexa untuk tidak mundur, tangannya merengkuh pinggang Alexa dan kembali menciumnya, merasakan setiap sudut mulut gadis itu lebih nyata.

Bibir lembut dan manis gadis itu terasa nikmat dan memabukan di mulutnya. Lucas menarik tengkuk Alexa, mendorongnya semakin dalam mengecap semua yang bisa dia rasakan dan mengacuhkan pukulan Alexa yang memberontak mencoba untuk melepaskan diri.

"Apa yang kalian lakukan?" Devon berteriak keras, menarik tubuh Alexa dan menjauhkannya dari Lucas. "Apa yang kau lakukan Lex?" Bentak Devon tersulut emosi dan kecemburuan yang memanaskan hatinya.

Devon hampir melayangkan pukul tajam kepada Lucas. Namun, Shwan mencekal pergelangan tangan pria itu dengan siaga mengunci tangan Devon dengan kuat agar tidak berbuat macam-macam kepada tuannya.

Alexa mengambil napas dengan cepat, "Dev. Kamu di sini" gadis itu tersenyum lebar dan takut karena bentakan kekasihnya.

"Lepaskan!" Berontak Devon berusaha melawan. Lucas memberikan instruksi melalui matanya agar melepaskan pria itu, dia penasaran ingin melihat seberapa besar nyali pria yang telah berani mengganggu kesenangannya.

"Kenapa kau berciuman dengannya Lex?" Devon menunjuk Lucas dengan berani, dia tidak terima kekasihnya melakukan ini semua. Itu bukan Alexa yang polos dan lugu yang selama ini Devon kenal. Tapi, melihat kenyataan barusan sangatlah berbeda.

"Jawab Lex, kau selingkuh?."

Alexa tertunduk, dia menggelengkan kepalanya dengan lemah. melihat kemarahan di mata Devon membuatnnya merasa bersalah. "Tidak Dev, itu seperti yang kamu fikirkan."

"Lalu dia siapa Lex?, kau fikir aku bodoh?. Jika kalian tidak ada hubungan apapun, kenapa kalian berciuman?" Lirih Devon dalam geraman kekecewaan.

"Aku calon suaminya" ucap Lucas tanpa ragu. Dengan mengatakan jika dirinya adalah calon suami Alexa, bukan berarti Lucas menerima gadis itu. Lucas hanya ingin bermain-main.

Alexa langsung memeluk Devon mencoba untuk menenangkanya. Devon yang sudah tersulut emosi dan kini Lucas semakin memancing pertengkaran. "Devon jangan marah," Alexa memohon, dia tidak ingin Devon mengotori tangannya hanya untuk pria arogan seperti Lucas dengan sebuah pertengkaran.

Devon mencengkram bahu Alexa dengan kuat, mencoba meredakan emosinya yang hampir meledak.

"Dev percaya kan?" Alexa hampir menangis dengan mata berkaca-kaca, Alexa tidak mau Devon marah, apalagi membencinya. "Aku hanya mencintai Dev."

Devon mengecup puncak kepala Alexa singkat, matanya masih menatap tajam Lucas penuh peringatan. Dia tidak bisa membenci Alexa, Devon tahu Alexa akan di jodohkan, gadis itu selalu berkata jujur padanya. Devon percaya Alexa tidak akan menghianatinya.

"Ayo kita pergi" ajak Devon yang kini menjadi lebih tenang.

"Kita perlu bicara Alexa, ini penting" Lucas bersedekap dengan arogan, nada suaranya penuh perintah dan peringatan.

"Enggak mau," Alexa membentaknya dengan keras, gadis itu memeluk lengan Devon dan memilih pergi bersamanya.

Lucas mengepalkan tangannya dengan kuat melihat penolakan Alexa yang kini menjauh dari pandangannya. "Apakah aku pernah di tolak wanita, Shwan?" Tanyanya sedikit ragu kepada Shwan.

Shwan mengangguk takut, "Iya Tuan. Nona Alexa orangnya."

Lucas berdecak pinggang, rahangnya mengeras dengan gigi terkatup rapat. Dia melangkah dengan cepat menuju mobilnya dan duduk di kursi kemudi. "Jangan membunuhnya" putus Lucas setelah dua kali tubuh mereka bertukar, Lucas tidak ingin mengambil risiko.

"Ya, tuan" Shwan membungkuk, di ikuti anak buahnya. Lalu mereka pergi.

Lucas masih duduk, mencengkram kemudi, "Aku tidak suka penolakan." Geramnya dengan memukul kemudi dengan keras. Lucas bergerak tidak nyaman, merasakan sesuatu yang aneh dan membuatnya tidak nyaman, dengan sedikit keraguan dia menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan miliknya.

"Sial" umpatnya, ketika melihat miiknya masih terpasang pengaman.

To Be Continue..

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height