Harlein/C5 5 :: Hari kesakitan Angga ::
+ Add to Library
Harlein/C5 5 :: Hari kesakitan Angga ::
+ Add to Library

C5 5 :: Hari kesakitan Angga ::

Subuh menjelang dan Angga baru tiba dirumah, dia melihat Dita juga sepertinya baru pulang bekerja. Ruangan yang sempit yang mereka sebut rumah itu terasa semakin sesak ketika mendengar suara Handoko.

Kali ini entah karena apa lagi pria itu marah-marah di dapur, dan segera saja Angga menyusul kesana. Namun saat Angga tiba sebuah pukulan sudah dilayangkan Handoko kepada Lisa, membuat wanita itu terjatuh ke lantai dan langsung tidak sadarkan diri.

"Bu," teriak Angga membuat Dita yang tadinya tidak ingin perduli dengan keributan yang terjadi langsung keluar kamar dan melihat Angga sudah menggendong tubuh Lisa.

"Bawa jaket ibu Dit," kata Angga langsung kepada adiknya. Dita langsung masuk kedalam kamar dan ingin menyusul keluar bersama Angga namun suara Handoko membuatnya geram.

"BIAR AJA ITU WANITA GAK BERGUNA MAMPUS SEKALIAN !"

Dita mengarahkan pisau ke mata Handoko dan dia sudah sangat geram. "Loe keluar dari rumah ini dan jangan pernah balik, kalau loe sampai balik gue bakal langsung bunuh loe !" kata Dita dengan mata yang sangat menantang ayahnya sendiri.

Tapi Handoko tidak takut, dia malah tertawa membuat Dita langsung ingin menancapkan pisau ke perut pria tua tidak tahu diri itu. Namun untungnya Adit yang mendengar keributan dari rumah Angga langsung keluar dan melihat. Di menepis tangan Dita dan langsung berteriak.

"LOE UDAH GILA YA ! LOE BISA MASUK PENJARA TAHU GAK !"

Dita tidak memperdulikannya lagi, dia lalu keluar memilih segera mengikuti Angga. "Dit titip rumah, usir aja itu orang gila."

*****

Angga turun dari dalam taksi langsung membawa tubuh Lisa ke ruangan gawat darurat, beberapa perawat ikut langsung membantu Angga dan seorang dokter langsung mendekati Lisa yang sudah tidak sadarkan diri.

"Maaf anda bisa tunggu diluar dulu ya," kata salah satu perawat yang tadi sempat bertanya-tanya tentang identitas juga tentang apa yang terjadi kepada Lisa.

Dokter tak lama langsung keluar dari ruangan UGD dan menghampiri Angga dan Dita yang terlihat sangat gelisah. "Bagaimana dok ?" tanya Angga dan dokter itu dengan berat hati mengatakan jika Lisa sudah tidak dapat di selamatkan lagi. Dita langsung berteriak histeris dan Angga hanya bisa menutup wajah dengan kedua tangannya.

Baru Angga akan mengatakan jika mereka akan pindah dan meninggalkan Jakarta karena uang tabungan Angga sudah cukup, kini ibu yang dia cintai sudah meninggalkan mereka lebih dulu. Dita memeluk tubuh Lisa yang dibawa keluar oleh perawat untuk di bersihkan, dan Angga diminta untuk mengurus semua dokumen dan pembayaran.

Dengan langkah kaki yang berat Angga berjalan pelan untuk mengurus semuanya, dia tidak menyadari ada seorang wanita yang menatapnya dengan senyuman dan ingin melambaikan tangan, tapi ternyata Angga tidak melihatnya.

Harlein kesana dengan Via tantenya, dia menemani Via untuk kontrol kesehatan. Harlein mengatakan kepada Via jika dia ingin ke toilet sebentar, namun yang dia lakukan adalah mengikuti Angga. Harlein tidak berani terlalu dekat dengan Angga saat pria itu sedang berbicara dengan petugas rumah sakit, hingga setelah semua selesai barulah Harlein mengikuti lagi Angga yang berjalan ke ruang jenazah. Harlein melihat seorang wanita yang berlari memeluk Angga, wanita itu meraung kesakitan dan tubuh Lisa pun di bawa keluar oleh perawat, mereka akan langsung membawa jenazah Lisa ke sebuah masjid di dekat rusun untuk di shalat kan. Angga tampak menelpon seseorang sambil masih menenangkan adiknya.

Harlein pun menyadari apa yang terjadi, dia mendekati Angga begitu saja ingin menyentuh bahu pria itu namun urung dilakukan karena Angga berbalik menghadapnya. Pria itu terkejut karena kehadiran Harlein disana namun dia mengabaikannya, ada hal penting yang harus dia urus termasuk melapor kepada polisi tentang apa yang terjadi. Handoko harus di tangkap, dokter yang memeriksa Lisa pertama kali pun sudah memberikan laporan hasil pemeriksaan.

Terdapat luka di bagian perut Lisa dan juga dua memar di wajahnya, semua itu dengan jelas menggambarkan jika Lisa mendapatkan kekerasan dari suaminya sendiri.

****

Masjid di dekat rusun di daerah Jakarta Utara itu ramai dengan orang-orang yang sudah selesai melakukan shalat jenazah lalu mereka akan pergi ke pemakaman umum. Harlein ada disana seorang diri, dia sedih melihat keluarga yang ditinggalkan salah satu anggota keluarga mereka. Tentu Harlein dapat merasakan kesedihan itu, dia pernah mengalaminya.Hari kehilangan Meera adalah hari terburuk didalam hidup Harlein. Harlein memakai kacamata yang dia bawa didalam tasnya, dan juga menutup kepalanya dengan syal. Dia ikut mengantar jenazah Lisa menggunakan taksi yang dia sewa.

Wanita yang dilihat Harlein memeluk Angga tadi tidak henti-hentinya menangis, ada juga beberapa petugas polisi yang hadir disana dan berdiri disebelah Angga. Setelah semua prosesi pemakaman selesai Angga masih disana meski adiknya sudah dibawa tetangga untuk pulang. Polisi masih menunggu Angga untuk keluar dari pemakaman itu, dan saat itulah Harlein mendekat. Dia menaburi kelopak bunga mawar untuk kuburan Lisa.

"Kau harus kuat, disana ibu mu pasti sudah bahagia." Harlein berbicara mengundang perhatian Angga.

"Kau sedang apa disini ?" tanya Angga tanpa basa-basi.

"Maaf jika kau keberatan aku disini, aku hanya melihat mu dan wanita tadi sangat bersedih sehingga aku mengikuti kalian," kata Harlein namun Angga kembali diam dan menatap kuburan ibunya.

"Aku juga kehilangan ibu ku saat usia ku lima belas tahun, dan itu menjadi hari terburuk bagi ku." Harlein terasa sesak saat kembali mengingat hari dimana dia harus rela melepaskan kepergian ibundanya. Tanpa dia duga Angga menatapnya lalu mengusap bahunya.

"Terima kasih sudah ikut mengantarkan ibu ku sampai kesini, aku pergi dulu." Angga lalu bangkit dari posisinya dan pergi dari tempat itu. Dia sempat menoleh kebelakang melihat Harlein yang masih setia memandangi makam ibunya.

Angga kemudian langsung bergegas menemui polisi yang sudah menunggunya sedari tadi.

Ponsel Harlein berbunyi dan itu dari Zyan, dia menepuk jidatnya lalu segera pergi dari makam sambil mengangkat telpon.

"Harlein kau dimana ? kita harus segera kembali ke Fortania apa kau lupa ?"

Tbc...

Report
Share
Comments
|
New chapter is coming soon
+ Add to Library

Write a Review

Write a Review
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height