Hello Wife The Tyran Ceo/C3 Dewi kecantikan It.
+ Add to Library
Hello Wife The Tyran Ceo/C3 Dewi kecantikan It.
+ Add to Library

C3 Dewi kecantikan It.

Rombongan itu bergegas pada ruangan siar di universitas. Berita ini menyebar dengan cepat. Kecacatan IT VS Pangeran tampan. Itu adalah kata ucap pertama yang langsung naik kepermukaan. Menjadi sangat heboh di seluruh universitas dengan tingkat keramaian yang maksimal karena ingin menyaksikan semuanya. Ruangan itu siap merekam. Dua orang itu saling duduk berhadapan dengan laptop di hadapannya masing-masing.

"Jika kau tak menembusnya dalam waktu satu jam, maka kau harus mengangkat semua kotoran di wajahmu!"

Ellina mengangguk pada kata-kata Alvian. Ini adalah pertandingan pertama sejak tajuh tahun lalu kehidupannya. Dan ia tak akan kalah semudah itu.

"Mulai,"

Satu ruangan itu tegang. Semua yang menonton melalui Handphone mereka juga tegang. Wajah serius dari dua orang yang ada di layar membuat jantung mereka berdebar. Jari cantik Ellina menari cepat di atas keyboard dengan kecepatan luar biasa. Kode-kode rahasia dengan deretan angka berganti cepat. Matanya menatap lurus pada satu fokus yang tak akan putus. Ini adalah salah satu hal yang ia sukai. Dan ia tak akan berhenti sebelum menang.

Suara-suara jari dari atas keyboard menyisakan kesepian yang mencekam. Tak ada satu pun yang berbicara. Semua mata menatap fokus pada layar. Kecepatan jari dari keduanya sungguh luar biasa. Mengundang kekaguman dan decakan hebat dari setiap bibir. Ini adalah pertama kalinya mereka menemukan lawan seimbang untuk Alvian.

White Fox adalah Id name dari Ellina. Sedangkan The Prince DR adalah Id Alvian. Keduanya saling bertarung dalam diam. Hingga waktu berlalu tanpa terasa. Lalu Alvian berdiri dan berseru.

"Kalah!" tunjuknya tepat di wajah Ellina. "Kau kalah!"

Ellina tersenyum. Ia menunduk. "Mari bertarung sekali lagi,"

Kilatan benci terlihat di mata Alvian. Ia sangat muak sekarang. Dan orang di depannya sangat membual. "Kau masih menantangku? Tentu, setelah seluruh riasan di wajah mu terhapus."

Tanpa ada yang memerintah, Ariella dan Valerie maju. Membawa setumpuk bungkus kapas dan make up remover. Lalu teriakan menyambut riuh. Ellina duduk dan menyandarkan kepala. Memejamkan matanya dan begitu siap menerima konsekuensi kekalahannya.

Akhirnya! Datang juga hari ini. Di mana aku harus melepas topeng make up yang merepotkan!

Alvian, Lykaios dan yang lainnya menunggu dengan senyum sinis. Ini adalah akhir dari kecacatan jurusannya. Dan setelah satu pertandingan lagi, gadis itu akan benar-benar keluar dari kelas. Setiap mata menunggu hasil yang perlahan terungkap. Gerakan tangan Ariella begitu luwes. Sedangkan Valerie mendekatkan kamera handphonenya yang telah terhubung langsung pada siaran universitas. Tentu, hal ini menjadi bahan perhatian semua mahasiswa.

Satu per satu make up tebal itu terhapus. Sepasang bulu mata lentik itu terlihat tebal dan subur. Kulit putih halus menyambut setelahnya. Bibir tipis dengan rona merah muda alami terlihat sangat menggoda. Lalu saat Ellina membuka matanya, binar matanya seakan bersinar seperti kerlap-kerlip bintang di angkasa.

Ariella terhuyung kebelakang saat tangannya telah selesai menghapus semua make up Ellina. Tangan Valerie bergetar halus dengan mata tak berkedip. Suasana hening mendominasi. Lalu saat Ellina menarik wig yang ia pakai, rambut panjang tipisnya tergerai mencapai pinggang. Dengan santai, ia mengikat rambutnya asal. Tersenyum pada keadaan yang sangat berbeda dari dugaaannya.

"Shitt! Apa semua ini nyata?" maki Alvian memecah kesunyian. "Apa dia benar-benar sang monster kecacatan jurusan kita?!"

"Aku sedang tak bermimpikan?" kini Lykaios tertegun pada pandangan lurus.

Kulit putih halus itu. Binar mata yang memikat, dengan bibir ranum yang menggoda. Ia adalah kecantikan nyata. Seperti batu giok yang yang sangat mahal. Tampak alami dan sangat memikat hati.

"Dewi kecantikan alami,"

"Bagaimama mungkin itu adalah Ellina?"

"Jadi ini adalah alasan ia menutupi wajahnya dengan make up tebal? Karena tak ingin kecantikannya terekspos dan menghancurkan fokus setiap orang."

"Dia adalah dewi kecantikan yang sesungguhnya!"

"Dia adalah gadis tercantik di satu universitas kita,"

"Mulai sekarang aku akan mengidolakannya!"

"Persetan dengan jurusan. Apakah mereka semua buta? Menyebut seoarang dewi dengan kecacatan?!"

Ungkapan-ungkapan itu terdengar keras. Kecantikan Ellina menguncang Hyroniemous University. Lalu pandangan-pandangan memuja itu datang silih berganti. Bahkan banyak pria mengambil potretnya untuk wallpaper handphone mereka.

"Bagiamana dengan pertandingan kedua?" tanya Ellina halus. Suaranya begitu merdu namun tetap tenang.

Untuk kesekian kalinya keheningan mendominasi. Lalu kembali riuh dengan pujian-pujian dan sanjungan. Ariella dan Valerie mundur teratur. Alvian dan Lykaios masih terpaku namun cepat tersadar saat sosok Ellina merosot menatap laptopnya.

"Ten-tentu, kita akan bertanding sekali lagi." jawab Alvian gugup dan mengatur kesibukan jantungnya.

"Persetan dengan pertandingan. Apakah dia benar-benar dewi kecacatan kita?" tanya Lykaios masih tak percaya.

Tak akan ada yang percaya jika mereka tak melihat nyata. Alvian mencoba fokus pada layar monitornya dan mencuri pandang sesaat pada Ellina.

"Setengah jam," ucap Alvian ragu. Apaka aku terlalu kejam pada dewi kecantikan jurusan?

"Terlalu lama," jawab Ellina. "Ayo mulai,"

"Eh, oh, ok."

Suasana kembali mencekam dengan suara keyboard saling mengetuk. Kecepatan mereka setara. Jari-jari itu perpindah cepat seiring angka yang terus muncul dan berganti.

Ding!

Satu pertahanan Alvian sudah di bobol. Hanya dalam waktu kurang dari satu menit. Hal itu memciptakan decakan kagum. Namun mereka memilih diam karena tak ingin membuat keributan.

Ding!

Nada kedua terdengar. Keamanan Alvian kembali terbobol dalam waktu kurang dari lima menit. Bahkan Alvian kesulitan membalas dan melindungi privasinya.

Ding!

Keamanan terakhir pun jebol. Hanya dalam waktu tiga menit. Alvian membelalakkan matanya saat melihat layar monitornya mati lalu menampilkan layar putih. Laptopnya benar-benar di teras dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Dan itu kecacatan jurusan yang melalukannya.

"Selesai. Kurang dari sepuluh menit," ucap Ellina sambil berdiri dan menaikkan sudut bibirnya. Ia terlihat puas dengan hasil yang ia capai. Di awal pertandingan ia mempelajari semua ketertinggalannya pada teknologi terbaru. Dan pertandingan ke dua adalah sebuah arus yang dapat ia ikuti dengan cepat.

Lykaios menatap Ellina tak percaya. "Monster macam apa dia? Dia baru saja menjelma menjadi wanita cantik lalu meretas komputermu dalam waktu singkat. Benar-benar tak bisa di percaya."

"Aku kalah? Keamanan yang aku banggakan. Hanya sepuluh menit." ungkap Alvian kacau karena terkejut.

Lalu suara tepuk tangan terdengar keras. Semua orang penuh cita menyambut kemenangan Ellina. Dan ada keheningan tertentu yang terjadi di mata Alvian dan Lykaios.

"Berikan laptop kalian,"

Suara itu kembali nenyadarkan mereka saat sosok Ellina begitu dekat. Mereka bahkan berani bertaruh bahwa Ellina begitu cantik saat dilihat dari dekat. Tanpa kata, Lykaios dan Alvian menyerahkan laptop masing-masing dan langsung di bawa oleh Ellina.

"Nero," panggil Ellina setengah berteriak.

Lalu bisikan-bisikan iri terdengar saat langkah kaki Nero mendekat. Ada binar takjup di matanya. Dan terharu saat Ellina menyerahkan dua laptop padanya.

"Hadiah untukmu dan milikmu. Aku menepati janjiku kan?"

Nero tertegun dan mengangguk. Belum sempat menjawab, Ellina telah melangkah dan keluar dari ruangan. Di ikuti kerumunan pria yang mengikutinya dari belakang. Mencoba mendekatinya meski tatapan dingin Ellina terlihat jelas.

***

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height