Kekasih Bertopeng Misteriusku/C2 Nicholas, Kamu Tidak Punya Hati
+ Add to Library
Kekasih Bertopeng Misteriusku/C2 Nicholas, Kamu Tidak Punya Hati
+ Add to Library

C2 Nicholas, Kamu Tidak Punya Hati

Wendra membutuhkan waktu 2 jam untuk kembali ke vila Keluarga Winata.

Ibu Mertuanya takut dia akan memberikan uang Keluarga Winata pada keluarganya sendiri sehingga mengawasinya dengan ketat. Untuk membeli sayur saja dia harus meminta izin pada Ibu Mertuanya karena dia tidak pernah memiliki uang.

Maka Wendra hanya bisa pulang dengan berjalan kaki.

Begitu masuk ke dalam, dia melihat Ibu Mertuanya sedang mengupas buah untuk Vanessa.

Sedangkan Nicholas duduk di samping dan wajahnya yang sumringah tertuju pada perut Vanessa yang menonjol. Di wajahnya ada kelembutan yang tidak pernah dilihat Wendra.

Mereka seperti keluarga yang sangat harmonis.

Wendra membuka pintu.

Senyum Ibu Mertuanya langsung hilang, "Kamu masih berani pulang? Vanessa, tidak usah pedulikan dia. Aku akan mengupas buah untukmu."

Vanessa merasa sedikit malu dan berdiri sambil menopang pinggangnya.

Nicholas menekan tangan Vanessa, "Kamu duduk saja dan temani Ibu mengobrol."

Nicholas berdiri. Tubuhnya yang tinggi memancarkan aura menindas, "Wendra, ikut denganku."

Lantai dua adalah kamarnya dengan Nicholas.

Sayangnya dalam 4 tahun terakhir ini bisa dhitung dengan jari berapa kali Nicholas tidur di kamar ini dan kebanyakan dia tidur di ruang kerja.

Setelah memasuki kamar, Nicholas berjalan ke samping tempat tidur lalu menyalakan sebatang rokok dan berkata dengan suara dingin, "Katakan persyaratanmu."

Wendra terkejut, "Apa?"

"Berapa banyak yang yang kamu inginkan untuk bercerai denganku?" Nicholas menyeringai, "Bukankah kamu menikah denganku demi uang?"

Ucapannya itu bagaikan badai petir.

"Aku menikah denganmu karena ..."

Karena aku menyukaimu.

Wendra menyeka air matanya dan tangannya basah, "Karena keinginan terakhir Kakek ..."

"Cukup!" Nicholas dengan kesal mematikan rokoknya, "Demi masuk ke Keluarga Winata, kamu menggunakan segala cara untuk menyenangkan Kakek dan memaksaku untuk menikah denganmu! Jangan bicara omong kosong, cepat katakan jumlah yang kamu inginkan. Mulai sekarang kita tidak memiliki hubungan apapun."

Wendra tertawa pahit mendengarnya, "Ternyata begitu kamu melihatku selama ini?"

"Menurutmu?" Suara Nicholas sangat dingin, "Jangan bilang kamu menikah denganku karena mencintaiku?"

Satu kalimat Nicholas membuat niat Wendra untuk mengaku, tersangkut di tenggorokan.

Nicholas menghapus begitu saja semua pengorbanan dan usaha kerasnya selama bertahun-tahun.

Wendra menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit, "Nicholas, kamu tidak punya hati."

"Terserah apa katamu," Nicholas merobek selembar cek dan melemparkannya ke arah Wendra setelah menandatanganinya, "Isi sendiri jumlah yang kamu inginkan. Besok pagi ikut denganku ke kantor pengacara untuk menandatangani surat perceraian."

Kertas itu melayang dan terjatuh di kaki Wendra.

Wendra tidak memungutnya.

"Apakah Vanessa begitu baik sampai kamu harus menceraikanku?"

Nicholas sudah berjalan ke pintu karena tidak ingin bersamanya barang semenit pun, "Setidaknya dia tidak memiliki rencana licik dan bersedia mengandung anakku."

Kemudian pintu kamar dibanting hingga tertutup.

Wendra terkulai lemas di lantai.

Di sampingnya ada cek dengan tanda tangan Nicholas yang cukup untuk mengakhiri pernikahannya.

Tulisan tangannya sama seperti kepribadiannya, kuat dan tegas.

Wendra memungut cek tersebut, merobek dan membuangnya ke luar jendela.

Dia meringkuk di sudut mencoba mencari sedikit rasa aman.

Sebenarnya di dalam hatinya mengerti.

Karena dia tidak memiliki Ayah, dan Ibunya juga meninggal saat melahirkannya, maka kedua Pamannya yang membesarkannya.

Pintu kamar kembali terbuka.

Tangisan Wendra terhenti seketika dan mendongak dengan penuh harap.

Mungkin Nicholas masih ingin memberinya satu kesempatan. Mungkin mereka masih bisa mencoba fertilisasi in vitro. Selama dirinya masih bisa berada di sisi Nicholas, dia bersedia melakukan apapun.

"Kakak Sepupu, ini aku."

Suara Vanessa menghancurkan harapan terakhirnya.

Hatinya seperti jatuh ke jurang paling dalam.

Wendra menenangkan napasnya dan melihat Vanessa berjalan perlahan memasuki kamar sambil menopang pinggangnya. Wendra berkata dengan datar, "Aku tidak ingin berbicara denganmu. Silakan keluar."

Vanessa malah berkata, "Nicholas yang menyuruhku kemari. Dia bilang kamar ini akan menjadi kamarku dengannya. Setelah kalian bercerai, dia akan segera menikahiku."

Wendra mendongak tiba-tiba dan memandang wanita di hadapannya dengan terkejut.

Wajahnya masih dia kenal, tapi ekspresinya sangat berbeda dengan Vanessa yang sebelumnya terlihat malang. Seolah-olah seperti dua orang yang berbeda.

"Kakak Sepupu, kamu juga tidak perlu terlalu terkejut. Kamu memang tidak cocok menikah dengan Nicholas. Baik dari latar belakang keluarga atau pendidikan. Sebenarnya semakin baik jika lebih cepat bercerai."

Wendra menjadi marah, "Walaupun kami akan bercerai, kamu tidak memiliki hak untuk mengajariku!"

Vanessa tersenyum, "Kakak Sepupu, apakah kamu tahu sikapmu yang histeris ini benar-benar mirip dengan wanita yang marah-marah di jalan?"

"Kamu juga jangan lupa, kalau tidak ada wanita pemarah ini, dari mana kamu bisa mendapatkan uang untuk sekolah melukis dan piano di luar negeri!"

"Kamu sendiri yang bersedia melakukannya. Aku juga tidak mengancammu dengan pisau untuk memaksamu." Vanessa menopang pinggangnya dan berjalan perlahan ke arah Wendra lalu berkata dengan suara rendah, "Nicholas benar-benar ganas. Dia tidak ingin menyentuhmu sampai menahan dirinya sedemikian rupa ..."

Wajah Wendra seketika memucat. Nicholas hanya menyentuhnya sekali sejak mereka menikah dan hal itu juga terjadi 2 tahun lalu saat dia mabuk.

Setelah itu mereka tidak pernah tidur bersama lagi.

Ibu Mertua bahkan tidak mengetahui hal ini.

"Kakak Sepupu, kamu tidak akan bisa mempertahankan Nicholas. Meskipun tidak ada aku masih akan ada orang lain. Dengan demikian, lebih baik berikan saja padaku. Setelah anak ini lahir, dia juga akan memanggilmu Bibi." Vanessa seperti menemukan hal yang menarik dan berkata sambil terkekeh, "Bibi ... panggilan ini sungguh lucu. Apakah Kakak Sepupu masih mengalami menstruasi? Sudah begitu lama tidak disentuh pria, jangan-jangan sudah tidak lagi ..."

"Vanessa, tutup mulutmu!"

Amarah Wendra sudah meluap dan ingin menamparnya.

Wajah Vanessa yang tersenyum dalam sekejap berubah menjadi wajah menangis. Dia menarik tangan Wendra dan terjatuh ke lantai, "Kakak Sepupu! Ini semua salahku. Kamu pukul saja aku tapi jangan dorong perutku."

Brak…

Pintu kamar ditendang sampai terbuka.

Nicholas berdiri dengan penuh kemarahan di pintu dan tatapannya seperti ingin melubangi tubuh Wendra.

Wendra mengangkat tangannya dan tertawa.

Ternyata begitu.

Dirinya benar-benar bodoh sampai bisa terjatuh ke perangkap seperti ini.

Vanessa memegang perutnya sambil menangis, "Perutku sakit sekali. Nicholas, tolong aku. Tolong anak kita ..."

Ibu Mertua bergegas ke atas. Para pelayan berteriak dengan panik dan Vanessa menangis. Ini benar-benar kacau.

Sedangkan tamparan yang belum dia berikan malah jatuh ke wajahnya sendiri.

Ibu Mertuanya menamparnya dua kali dengan penuh kemarahan sampai melempar lampu di samping tempat tidur ke kepala Wendra, "Wanita jalang! Kamu berani menyakiti cucuku. Aku akan memukulmu sampai mati!"

Wendra merasakan rasa sakit di dahinya dan darah mengalir dari dahi ke matanya.

Wendra berdiri terpaku menatap Nicholas yang memeluk dan menenangkan Vanessa. Hatinya seperti ditusuk pisau, "Jika aku bilang tidak mendorongnya, apakah kamu akan percaya padaku?"

Nicholas menjawab, "Apa kamu pantas?"

Paman Tertua dan Bibi Tertua bercerai setelah bertengkar hebat dan pergi meninggalkan Vanessa dalam keadaan marah. Sedangkan Paman Kedua tidak pernah menikah.

Karena hal ini Wendra merasa sangat bersalah kepada kedua pamannya.

Maka, bisa dikatakan dirinya berusaha keras untuk merawat Vanessa.

Kondisi keluarganya tidak terlalu bagus dan tidak memiliki banyak uang. Tapi ketika Vanessa ingin belajar piano, Wendra mengambil 4 pekerjaan untuk membelikan Vanessa piano.

Setelah lulus dari SMA, Wendra bahkan melepaskan kesempatan untuk kuliah di Universitas Indonesia dan fokus mencari uang. Hanya karena Vanessa mengatakan ingin pergi ke luar negeri setelah ujian masuk perguruan tinggi.

Sekarang Vanessa yang merupakan lulusan luar negeri dapat membantu Nicholas di perusahaan. Sedangkan dia hanyalah seorang wanita lulusan SMA.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height