I WAS NEVER YOURS/C11 Scene 11
+ Add to Library
I WAS NEVER YOURS/C11 Scene 11
+ Add to Library

C11 Scene 11

Kesal dan nekat, Cheryl langsung mendekati Juna dan memeluk leher lelaki itu. Gotcha! Semua mata tertuju pada Cheryl, mungkin mereka mengira Cheryl orang gila yang salah masuk ruangan.

"Sayang, kenapa pesan aku nggak dibalas? Lebih seru games daripada aku, hm?" Cheryl bersorak, walau tubuhnya gemetaran. Akting seperti ini, tak terlalu buruk.

Juna hanya diam, ingin mencekik wanita gila ini. Bagaimana mungkin, wanita ini begitu nekat dan berani seperti ini.

"Hai semuanya, kenalin aku Cheryl. Pacar Juna, maklum ya, selama ini dia masih nyembunyiin hubungan ini, dia takut aku yang cantik direbut orang. Hihi." Kata-kata Cheryl membuyarkan lamunan gerombolan lelaki itu, dari ketidaksangkaan mereka pada aksi nekat Cheryl.

Sontak, benda apapun yang ada di depan mereka melayang semuanya ke Juna. Lelaki yang tak tahu apa-apa itu, hanya menangkis benda-benda tersebut mengenai wajah tampannya. Sialan!

"Anju, Jun. Gila! Bening gitu, kenapa kau nggak bilang punya pacar secantik ini."

"Bjir... gue nggak tahu, kalau pacar Juna lebih cantik dari Ariel Tatum." Komentar lelaki berwajah tegas, dengan kulit kecoklatan.

"Ariel Tatum, balonnya aja besar. Mukanya biasa aja."

"Jingan! Tahu gini, lebih seru pacaran kali ya, daripada mabar. Bosan kalah terus." Komentar seorang lelaki. Cheryl hanya tersenyum, ternyata tak semenakutkan itu. Diantara lelaki itu, Galvin tidak ada. Lelaki itu, mencari kesenangan lain, hanya dia informan yang tepat buat Cheryl.

Hanya satu orang yang memandang malas ke arah Cheryl. Dia jengah dan tak suka model cewek cacingan begini, ia suka cewek yang dewasa seperti pacarnya sekarang. Ah, ia bahagia.

"Hihi, udah ya abang-abang. Kalau mau cari aku, aku di fakultas sastra." Cheryl menhibaskan rambut panjangnya. Gadis itu begitu percaya diri, semua lelaki memandang takjub ke arahnya. Posisi Cheryl masih memeluk leher Juna yang duduk dan terdiam, Juna tak tahu harus bereaksi seperti apa. Nih cewek memang gila, mekat dan benar-benar tak tahu malu, seperti kesan Juna pertama kali.

Juna berbalik memandang Cheryl. Asli, Cheryl menahan napasnya. Demi apa, sang pujaan hati memnadangnya. Pasti Juna terpeson dengan kecantikannya sekarang. Luar biasa, kecantikan seorang Cheryl Anatasia tidak pudar dan tak lekang oleh waktu.

Juna menjilati bibirnya. Mata Cheryl langsung melotot, demi apa, otak polosnya langsung mikir ke arah mesum. Cheryl rela diapa-apakan saja sekarang.

Juna berdiri dan menarik tangan Cheryl. Asli, Cheryl merasakan genggaman itu. Begitu nyaman, begitu hangat. Ijinkan Cheryl, merasakan ini untuk dirinya sendiri, ijinkan tangan ini yang terus megandengnya.

Cheryl dan Juna melewati meja Mawar. Cewek yang hobby makan itu, langsung berhenti mengunyah memandang takjub ke arah Cheryl yang berhasil dalam waktu beberapa menit. Perjuangan Cheryl boleh diacungi jempol.

Sempat-sempat Cheryl melambaikan tangannya pada sahabatnya. Cheryl menunjuk tangan Juna yang menarik tangannya. Cheryl tersenyum lebar, Mawar hanya menahan napasnya.

Juna menarik Juna melewati lorong cafe, dan memasuki toilet. Yap, di toilet.

Cheryl was-was dan juga senang. Juna mengajaknya berbuat yang hiya-hiya di dalam toilet. Cheryl sudah pasrah sekarang.

Juna membanting pintu toilet dengan kuat, dan cowok berambut hitam itu menghidupkan air keran. Cheryl hanya memandangnya gugup sambil menggigit bibirnya. Ia yakin, sebentar lagi ia akan merasakan first kiss yang begitu berkesan. Ciuman pertama Cheryl dengan cinta pertama Cheryl, sebuah impian dan keberuntungan yang hanya orang tertentu yang bisa merasakan itu. Cheryl gugup, harusnya ia belajar terlebih dahulu atau menonton drama adegan kissing. Seorang amatiran seperti dirinya, pasti akan mengecewakan lawannya nanti. Semoga Juna tak kecewa pada ciuman mereka nanti, Cheryl akan merasakan nanti.

Cheryl bersandar di tembok, menunggu apa yang akan dilakukan cowok itu. Dengan gugup, Cheryl memandang Juna. Cowok tampan itu mendekatkan wajahnya ke arah Cheryl. Sempat-sempat juga Cheryl meneliti jerawat di wajah Juna, dan wajah si pangeran berkuda poni itu bersih dari jerawat, bahkan komedo pun minder untuk hingap disana.

Wajah Juna semakin mendekat. Cheryl menahan napasnya, ia bisa merasakan napas hangat Juna di lehernya. Tuhan.... mami..... Mawar..... segala apa yang hingap di kepala Cheryl ia sebut.

Bugh!

Cheryl membuka wajahnya, Juna menumbuk tembok tepat disamping Cheryl. Cewek yang tak bisa tenang itu, meremas bajunya.

"Aku nggak suka cewek centil! Jangan pernah ganggu aku, dan jangan cari-cari aku!"

Hancur sudah harapan Cheryl. Tubuh Cheryl sudah gemetaran. Bayangan first kiss itu sirna, yang ada kemarahan Juna yang sudah pada tahap puncak sekarang.

"M-ma-maf." Ujar Cheryl gugup.

"Siapa namanya?" Cheryl mendongak melihat wajah Juna yang tak bersahabat. Hancur, pupus, pangeran berkuda poni takkan pernah menjadi miliknya. Hancur impian Cheryl, honeymoon romantis yang ia rencanakan, hancur tak bersisa.

"C-Cheryl."

"Dengarin aku, cewek centil! Aku nggak suka cewek macam cacing kesiram minyak kayu putih. Jadi, jangan kenal sama aku, apalagi ngaku-ngaku seperti tadi." Cheryl hanya menunduk, dengan air mata yang meluruh. Hancur sudah pertahanannya.

Tok.... tok... tok...

"Maaf, disini bukan tempat buat mesum. Silahkan keluar."

Tok... tok... tok..

Pintu itu bukan lagi diketuk, malah ditendang sekarang.

"Woi, bang Joko, jangan hamilin anak orang. Masih kuliah oi!"

"Juna, ganas!" Semua orang berteriak dari luar.

Juna membuka pintu toilet. Meninggalkan Cheryl yang menangis, ya Cheryl tak kuat. Ia kalah, ia mengaku kalah sebelum berperang.

Cheryl menydari satu hal, Juna tak menginginkan dirinya! Tak ada yang mengingkan dirinya, apalagi orang tuanya!

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height