I WAS NEVER YOURS/C12 Scene 12
+ Add to Library
I WAS NEVER YOURS/C12 Scene 12
+ Add to Library

C12 Scene 12

Patah hati.

Patah hati bisa membawa dampak, bagi orang yang mengalami. Ada yang patah hati, berevolusi menjadi manusia jadi-jadian. Dalam artian, berubah menjadi manusia sukses. Berawal dari patah hati, mereka merangkak bangkit demi balas dendam akan sakit hati. Ada yang berubah jadi psikopat ketika mereka mengalami patah hati yang hebat.

Dan Cheryl tidak termasuk diantara manusia-manusia itu. Gadis itu hanya meringkuk seharian sampai semalaman di kasur. Menangis ya ia menangis. Juna mematahkan semua tulangnya, hingga ke tulang belakang sampai tulang sumsum. Luar biasa. Bahkan, sekedar makan ia tak berselera.

Bahkan, Cheryl merasa Meredith tak mampu menampung semua keluh kesahnya yang dirasa begitu pahit. Meredith tak sanggup.

Cheryl masih menangis di kasur dengan pakaiannya yang belum diganti selama 4 hari. Patah hati yang begitu hebat.

Cheryl masih ingat, ketika Juna keluar ia menangis dan ingin bunuh diri saja. Cheryl tak sanggup, ia merasa dunia kejam padanya, dunia tak pernah berpihak padanya. Sekitar 10 menit, Mawar datang dan memeluk sahabatnya. Cheryl hancur, Cheryl merasa mungkin sudah saatnya. Dunia memang tak pernah menginginkan dirinya terlahir ke dunia. Begitu pun maminya.

Bahkan, maminya tak pernah menanyakan keberadaan Cheryl yang tengah sekarat. Luka yang Juna torehkan, semakin menganga dengan sikap maminya. Cheryl hanya bisa menangis dan menangis serta menulis di buku diary usang itu.

Ingin Cheryl mati saja atau mendada ada penyakit hebat yang menyerang dirinya, agar maminya perhatian padanya. Tapi hati maminya beku bahkan menyentuh mati. Wanita itu tak pernah peduli pada anak semata wayang. Dendam yang telah mendarah daging, membuat ia buta akan semuanya.

Cheryl merasa kepalanya begitu berat. Perutnya merintih dan melilit. Ia butuh makan. Cheryl akhirnya mengangkat kepala. Tubuhnya terasa lemah tak berdaya. Gadis itu merangkak pelan, mencari dimana letak ponsel yang tak pernah ia hiraukan.

Cheryl menghidupkan ponselnya. Isinya sudah bisa dipastikan, hanya kekhawatiran Mawar atas absen dirinya yang seminggu sekarat. Cheryl sekarat. Ia merasa berada di terendah di hidupnya.

C : lapar.

Cheryl mengirim pesan pada sahabatnya. Berharap Mawar peka, dan membawakan makanan untuk dirinya.

Dengan tubuh yang gemetar dan lemah tak berdaya, Cheryl memaksa bangun. Gadis seperti cacing itu, hari ini berevplusi menjadi kaki seribu yang akan mengkerut ketika merasa ada ancaman.

Cheryl merasa bau tubuhnya sudah tak enak, karena sudah 3 hari, tubuhnya tak menyentuh air. Akhirnya Cheryl berusaha bangkit dari alam kesedihan dan siap menghadapi kenyataan pahit yang lain.

Cheryl mandi, itu hak pertama yang ia lakukan. Setelah ini, ia akan melihat makanan apa yang bisa ia buat. Walau tak pernah ada makanan dalam rumahnya. Tapi, Cheryl berharap masih ada stok mie. Karena dirinya begitu kelaparan, nyaris menyetuh busung lapar.

Cheryl menyisir rambutnya, ketika ia mandi yang begitu lama. Gadis itu, merasa segar kembali. Setelah ia berkubang dengan kesedihan. Cheryl belum memikirkan, akan tetap mengejar cinta Juna atau ia menyerah sekarang. Patah hatinya masih terlalu hebat. Cheryl juga, tidak akan pernah tahu, sampai kapan maminya bersikap seperti itu.

Kurangkai bintang, berharap kau ada disana, menerangiku. Tapi aku salah, salah besar. Pada malam itu, langit sedang mendung. Aku tak bisa melihat kemilaunya cahaya. Dan tak bisa merasakan, hangatnya sinarmu.

Cheryl menarik napas panjang, entah kenapa ia tertampar kenyataan, Juna tak menginginkan dirinya. Ia takkan pernah jadi milik Juna. Juna... nama itu, lelaki itu membuatnya benar-benar patah hati yang hebat.

Setelah mengeringkan rambutnya, Cheryl turun ke bawah.

Gadis yang memakai jumpsuit pendek tersebut turun ke bawah. Cheryl hanya mendesah kecewa. Ia berharap sekali, maminya yang mendengar semua keluh kesahnya, maminya yang menenangkan dirinya dari patah hati yang ia alami. Bukan rasa tak peduli yang ia terima selama ini. Sampai kapan maminya, akan terus menghukum dirinya, karena kesalahan di masa lalu yang tak pernah ia tahu.

Sebenarnya Cheryl menduga, kenapa maminya bersikap seperti itu, karena Cheryl tahu, maminya tak pernah menginginkan dirinya. Ia hadir karena kecelakaan, yang membuat impian maminya pupus. Tapi, Cheryl tidak tahu alasan apa itu yang tepatnya.

Cheryl tersenyum miris, ketika ia hanya menjumpai mie kotak di atas meja. Tak ada makanan lagi. Cheryl akhirnya duduk dan menunggu air panas mendidih dari dispenser.

Cheryl tak sepenuhnya memikirkan Juna. Cheryl masih memikirkan sikap maminya, yang kapan melunak dan bisa menerima dirinya, seutuhnya. Cheryl ingin disayang, ingin diberi perhatian. Lebih baik maminya membandingkan dirinya dengan anak tetangga, daripada maminya bersikap seolah dirinya tak pernah ada di dunia inia. Rasanya lebih menyakitkan.

Pintu rumah diketuk. Jika maminya, Cheryl tahu, wanita itu membawa kunci sendiri, jadi tak perlu mengetuk pintu. Keadaan rumah yang gelap dan pengap.

Tok.... tok.... tok....

Cheryl akhirnya membuka pintu. Dan Mawar berdiri disana dan menyodorkan sebungkus kue.

"Ayah aku ngundang makan." Kata Mawar. Semua kerluarga Mawar mengenal dirinya, bahkan sudah dianggap anak oleh mereka. Ayah dan Ibu Mawar begitu baik, dan begitu perhatian. Kalau saja Cheryl tak ingin menjaga perasaan maminya, Cheryl ingin tinggal di rumah Mawar.

Mawar sendiri mempunyai 2 saudara. Abangnya sudah bekerja sekarang. Mawar anak kedua, dan adik Mawar kelas 5 SD. Adik Mawar senang bermain bersama Cheryl. Bahkan, sering naik ke tubuh Cheryl.

Kakak Mawar bernama Jared, yang artinya bunga mawar juga. Adik Mawar bernama Jasmine. Ya, keluarga ini semuanya menyukai bunga.

"Yaudah." Cheryl masuk ke kamar, memakai sandal dan mengunci pintunya.

"Makan dulu." Cheryl membuka kantung itu, isinya brownis. Cewek yang kelaparan itu, memakan langsung dalam dua keping.

"Aku tahu Cher. Rasanya nyesek. Tapi mungkin, kau bisa belajar melupakannya." Nasihat Mawar.

"Gila lu ndoro! Baru juga sekali. Gue nggak akan nyerah!" Tekad Cheryl.

"Yaudah." Ia takkan menyerah, sampai Juna luluh dan Juna jatuh ke pelukannya. Minimal ada pernyataan, I'm officialy yours. Cheryl tak sabar menantikan hal itu.

Cheryl masih terpukul dengan sikap maminya. Ia sudah memikirkan baik-baik saat mandi, dan keputusannya tetap. Mengejar Juna, hingga ke ujung dunia.

"Aku ingatkan aja. Takut, ditolak terus, dan kau jadi bunuh diri beneran."

"Aku nggak penakut itu. Hidupku memang berat, tapi hidup adalah perjuangan. I'm struggling now. I want to win mami's heart." Mawar menoleh pada sahabatnya dengan tatapan simpati. "Ku yakin, mamimu pasti luluh suatu saat. Mungkin, saat lihat kau udah dewasa atau ketika udah kerja atau mungkin nikah." Tenggorokan Cheryl sesak. Ia menoleh ke kantung yang masih berisi banyak brownis. Air mata itu jatuh. Kenapa hati wanita cantik itu begitu keras? Apa salah dirinya? Cheryl tak pernah minta dilahirkan!

Ingin sekali Cheryl protes. Dia tak pernah minta dilahirkan di dunia ini. Mamimya tak perlu bersikap seperti itu, walau kisah masa lalu mereka kelam, tapi Cheryl suci, tidak tahu apa-apa.

"Mami butuh waktu. Atau mungkin, nunggu semuanya terbongkar suatu saat. Aku yakin, mamimu punya alasan kuat. Kita nggak bisa judge, mungkin kita nggak tahu seberapa perjuangan dan sakit hati yang mamimu tanggung sampai sekarang." Dada Cheryl makin sesak. Ia seperti merasa tak rela, maminya mendapat sakit hati yang hebat di masa lalu. Seandainya maminya bercerita, Cheryl yakin ia bisa menjadi pendengar yang baik, walau mungkin ia tak bisa memberi solusi yang tepat, setidaknya Cheryl ada disana bicara dari hati ke hati.

"Kuharap semuanya seperti itu. Ketika aku sudah mengerti kejamnya dunia, aku tak pernah mendapat kasih sayang. Berbagai cara aku lakukan buat narik perhatian, tapi mami tak pernah noleh ke belakang. Diam-diam, aku nangis terus. Ingin sekali merasakan dipeluk mami." Cheryl menyeka air matanya. Matanya masih bengkak, dan sekarang menangis lagi? Cepat-cepat ia harus ke dokter mata sebelum ia divonis buta.

"Aku ngerti Cher. Mamimu butuh waktu. Kita nggak boleh benci. Aku yakin mamimu lagi struggle sekarang."

"Butuh waktu terus! Sampai kapan?!" Tanya Cheryl emosi. Mawar diam, ia biarkan Cheryl menyebut-nyebut apa yang maminya lakukan. Mawar tak bisa berbuat banyak. Dia juga hanya seorang bocah dan seorang sahabat yang tak terlalu mengerti permasalahan orang tua Cheryl. Yang ia tahu, ia akan selalu berada untuk Cheryl, ketika sahabatnya butuh dirinya.

"Ayah, masak ikan bakar, ada sotong (cumi). Sedap." Cheryl tersenyum, ia tahu Mawar sedang menghiburnya sekarang ditambah perutnya memang merintih kelaparan.

"Sedap memang."

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height