+ Add to Library
+ Add to Library

C4 Scene 4

Cheryl berdandan begitu cantik hari ini, demi bertemu pangeran berkuda putih cewek berisik itu memakai lipstick, eye shadow, mascara, blush on, dan bedak tebal 2 centi. Cheryl merasa dirinya sudah seperti wanita panggilan.

Cheryl tampil lebih girly, padahal Cheryl manusia super cuek yang tidak peduli dengan penampilannya. Cheryl memakai blouse maroon dipadukan dengan mid long skirt, dengan memakai sneakers putih. Cheryl begitu percaya diri, ia yakin si tampan akan terpincut. Cheryl mengurai rambutnya yang lurus panjang.

Tampilan begitu cantik, tapi lagi-lagi mereka berakhir mengenaskan di fakultas Teknik. Cheryl dan Mawar duduk di bangku fakultas dibawah pohon pinus yang tinggi. Mawar sibuk makan, ya Mawar tanpa makanan, ibarat ikan tanpa air. Sebelum mereka berakhir mengenaskan, Mawar sudah membeli jajanan satu kantung hitam penuh. Malah makanan itu sudah habis, dan Mawar berencana ingin membeli lagi, Mawar memelihara cacing Alaska besar-besar yang rakus di dalam perutnya.

Cheryl mendengus pasrah, padahal semalam ia sudah bertekad harus tahu nama dan nomor handphone si tampan. Jika begini, harapan Cheryl pupus.

Total mereka menunggu 2 jam, dan Cheryl hanya menunggu sambil mendengarkan lagu Selena Gomez. Mata kuliah pertama, dosen tidak masuk dan kesempatan buat Cheryl, menjalankan misi. Cheryl sudah bertekad tidak akan menyerah sampai mission complete.

"Aku ngantuk." Mawar menyandarkan kepalanya di bahu Cheryl.

"Beli jajan sana." Mawar akhirnya pergi lagi ke kedai. Tante yang berjualan sudah kenal Mawar, cewek itu langganan belanja paling banyak.

Mawar sedang memilih jajanan.

"Benar kan, kita jumpa lagi." Seseorang berbicara dari belakang, hampir berbisik dan wajahnya tepatnya di tengkuk Mawar, membuatnya merinding. Dengan cepat Mawar berbalik, pangeran Cheryl tersenyum padanya begitu manis. Tanpa sadar, Mawar menelan salivanya. Karena tak ingin terlibat terlalu jauh, Mawar mengambil ancang-ancang, Mawar menghitung pergerakannya, terpaksa ia harus mendorong pujaan hati Cheryl. Dengan kekuatan angin, Mawar mendorong lelaki itu dan berlari sekuat mungkin. Biarlah dianggap tak sopan, Mawar tak ingin membiarkan perasaannya makin melebar dan menyakiti hati yang lain, Mawar akan mengorbankan perasaannya demi sahabatnya.

"Anjir.... jumpa hantu." Mawar masih mengatur napasnya satu-satu. Mawar menarik napas panjang dan menghembuskan, mengatur kagi detak jantungnya yang nyaris copot.

"Pasti hantunya ganteng." Gurau Cheryl. Mawar langsung terdiam, ucapan asal Cheryl benar.

"Jadi, mau nunggu?" Cheryl memperhatikan ekspresi temannya yang seperti orang ketakutan. Seperti melihat hantu sebenarnya.

"Lo meragukan keyakinan seorang kembaran Kaia Garber, apapun yang aku inginkan harus tercapai. Apalagi dia begitu tampan, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya." Mawar tenggelam dalam ambisi Cheryl yang begitu besar. Mawar yakin, si tampan itu pasti luluh dan mau, Cheryl memang cantik. Ia begitu periang, menutupi semua luka yang ia dapatkan dari bayi hinga sekarang. Mawar begitu kagum pada Cheryl yang pandai menutupi semua luka yang ia alami.

Mawar sering ke rumah Cheryl, namun hanya kekosongan dan kehampaan yang ada dalam rumah itu. Suasana hangat, dalam rasa kekeluargaan tidak tergambar disana.

"Ya, aku juga berharap seperti itu."

"Makasih Mawar." Cheryl memeluk sahabatnya. Hanya Mawar yang begitu pengertian, dan hatinya begitu luas. Cheryl bersyukur bisa mengenal Mawar. Dia--- Mawar manusia paling berhati mulia yang pernah ia kenal. Semua orang kenal Mawar, karena orang yang tidak segan menolong siapapun, dan ia pandai mencairkan suasana. Jika ada perkumpulan, akan terasa ramai jika Mawar bergabung.

"Eh, bukannya tadi kamu mau beli jajan?"

"Oh, lupa bawa duit." Mawar nyengir. Cheryl mendengus kesal.

"Beli sana." Perintah Cheryl. Siapa sih yang tidak mau berteman dengan model manusia seperti Mawar? Dia yang belanja, pakai uang pribadi, dia yang capek. Sungguh, betapa mulianya seorang Mawar. Ia tidak pelit.

"Capek lah."

Sebenarnya, Mawar ingin bilang ke Cheryl, kalau sang pangeran yang mereka tunggu ia jumpai di kedai. Tapi, Mawar malas untuk berjumpa dengan lelaki itu lagi.

"Aku lapar."

"Gila lu. Satu kantong udah habis, dan sekarang lapar?"

"Hehehe. Belum masuk nasi." Prinsip hidup Mawar, hidup untuk makan.

"Yaudah ke kantin." Kedua sahabat itu ke kantin, yang kebetulan berhadapan dengan Fakultas Teknik.

"Gila! Ramai bangat." Cheryl mendesah lesu. Masalah ramai tidak apa, inti permasalahan, saking ramainya kantin, tidak sedikiti pun, tersisa bangku, untuk sekedar satu pantat duduk disana.

Cheryl dan Mawar berdiri di pintu masuk kantin, sambil melihat peluang mereka bisa duduk atau tidak. Sebenarnya, kantin ada beberapa, tapi kantin Bahagia, menjadi kantin favorit di kampus, dan paling lengkap menu makanan.

"Hai..." Cheryl langsung memandang tak suka. Dia--- Sandra, teman satu jurusan beda kelas. Sandra dan Mawar lumayan dekat, karena mereka satu organisasi. Kalian penasaran, Cheryl ikut organisasi apa? Cheryl mengikuti organisasi, merenungi nasib, di kamar sendirian, di temani Meredith, yang kadang ia koyak dan dipungut kembali.

"Kantin ramai ya."

"Iya nih."

"Aku tahu, tempat makan, yang rekomended untuk anak kos, murah dan enak-enak."

"Kuy-kuy." Cheryl hanya diam, karena ia merasa tersisihkan. Cheryl tak pernah suka, Mawar berteman dengan orang lain, kecuali dirinya. Cheryl ingin, perhatian Mawar terpusat padanya.

"Ayo Cher." Cheryl mengikuti langkah, Mawar dan Sandra, yang sudah sibuk membahas kegiatan organisasi mereka.

Ketiganya menuju cafe, bukan cafe yang mengusung tema setengah restoran, walau bukan restoran yang mewah. Setidaknya sesuai kantong mahasiswa.

Mawar memarkirkan mobilnya yang berwarna merah. Cheryl hanya diam, selain karena tidak paham arah pembahasan. Ia sedikit tak suka pada Sandra. Cheryl bisa melihat bahwa, Sandra type orang yang suka merebit hak orang lain.

"Nah ini tempatnya." Ketiganya mulai memesan makanan.

Sandra hanya memesan salad buah, ia sedang dalam program diet. Mawar memesan ayam geprek kuli, alias double tambah nasi dua piring. Cheryl kadang merasa, cowok bisa ilfeel melihat porsi makan Mawar yang kelewatan.

"Aku pesan es buah aja." Melihat menu makanan yang banyak, Cheryl kenyang duluan.

"Alah, sok diet Cher. Nanti makanan aku juga yang ludes." Cheryl hanya nyegir. Dan memandang tak suka pada Sandra. Cheryl ingin bilang pada Mawar, bahwa tak usah berteman dengan Sandra.

Pesanan masing-masing datang. Cheryl memesan es buah, Sandra salad buah, Mawar nasi dan ayam geprek double porsi, plus jus mangga dan air mineral satu botol.

Karena Cheryl ketularan Mawar, sudah dipastikan ia juga makan bar-bar seperti Mawar. Dalam sekali teguk, es buah itu tandas, sisa es batu. Cheryl mulai mendekati Mawar, berniat mengacau Mawar.

Sandra hanya terdiam, dia baru tahu kalau dua sahabat yang tak beres ini, sudah pada tahap jauh dan intim persahabatan mereka. Sandra memasukan apel sepotong dan mayonaise dalam mulutnya sambil terus memperhatikan, Cheryl dan Mawar yang berebut ayam. Sandra hanya bisa geleng-geleng.

"Itu tulangku!" Tukas Cheryl. Ia baru saja ingin merasakan tulang ayam, yang ada bagian tulang lunak, malah diambil Mawar duluan.

"Tulang aku!"

"Tulang aku!" Cheryl memegang tulang itu, dan mengetuk kepala Mawar. Sandra seperti melihat dua anak anjing yang rebutan tulang. Mereka sudah dewasa, seharusnya mereka tidak melakukan hal memalukan ini. Hanya saja, Sandra belum paham, mode persahabatan seperti apa dua orang ini.

Mawar dan Cheryl masih seperti anjing dan kucing yang tengah berebutan tulang.

Karena kesal Mawar memasukan semua ayam itu dalam mulutnya. Otormatis ia merasa kepedasan. Cheryl meneguk habis jus mangga Mawar. Mawar jadi berang, tadi sok-sok tidak mau, sekarang Cheryl merebut makanan miliknya.

"Anjiirr... Cher. Kira-kira dong, ku bilang pesan sama tak mau. Sekarang rebut barang orang."

Cheryl mengunyah ayam itu dengan cuek, masih dengan mulut penuh, Cheryl mendengar suara orang tertawa. Dan melihat Sandra yang tidak melepas padangannya dari pemandangan di depan.

Cheryl pun refleks menoleh, demi apa sang pengeran datang ke tempat makan yang sama. Lelaki berwajah tampan itu, memakai kemeja hitam, menambah kesan maskulin dan begitu jantan. Menyadari mulut yang penuh makanan, Cheryl langsung berlari ke wastafel, ia membuang semua makanan itu. Cheryl merasa, ia dan si tampan saling menatap beberapa detik.

Moment yang sangat sial bagi Cheryl. Cheryl kumur berkali-kali di wastafel, dengan nasi dan ayam yang mengambang di wastafel, membuat wastafel tak berdosa itu sumbat. Tak menghiraukan wastafel yang sumbat, Cheryl berkaca. Make up yang ia pakai belum luntur.

Cheryl merapikan poninya, memastikan tidak salah orbit. Sempurna. Bibir tipis dan mungil itu terlihat memerah karena kepedasan. Cheryl tersenyum ke arah kaca. Ia siap memperjuangkan masa depannya.

Dengan gaya anggun, Cheryl kembali ke tempat duduknya. Mawar dengan cuek membersihkan tulang-tulang yang ia makan, dan bekas Cheryl. Mawar dan Cheryl tidak jijik, jika mereka bertukaran makanan dari mulut ke mulut. Mawar sengaja makan dengan cara yang lebih menjijikan, agar pangeran Cheryl tidak menganggu diriny lagi, dan fokus ke Cheryl. Mawar ingin Cheryl bahagia.

"Kau udah tahu kan, pangeran aku?" Cheryl membanggakan diri. Sandra mengernyit, Cheryl punya pacar?

"Nah, Sandra kenalin, pacar aku yang pakai kemeja hitam yang lagi main HP." Sandra menelan salivanya kasar. Demi apa, seorang Juna kepincut dengan Cheryl si cacing betina?

Sandra kenal Juna, ia sering bermain bersama teman-temannya, dan dalam tongkorkongan itu ada Juna. Setahu Sandra, Juna jomblo. Tentu saja jomblo yang elegant, banyak sekali para gadis mengejar dan mendekati Juna, hanya saja, lelaki itu tak pernah menggapi, tak ada yang nyantol di hatinya. Walau sekarang, Juna sudah menemukan seorang tambatan hatinya, tinggal menunggu saat yang tepat, agar Juna bisa memilikinya seutuhnya.

"Kok bisa kenal?" Sandra memperhatikan Cheryl lagi. Secara fisik memang cantik, tapi kok bisa? Dan jika mereka pacaran, kenapa Juna tidak menghampiri Cheryl?

"Kau kenal dia kan?" Mode songong Cheryl keluar.

"Kenal." Cheryl tersenyum cerah, matanya membola. Yuhuu... saatnya membongkar identitas si tampan yang sok misterius.

"Ok, kalau kau kenal. Pasti tahu namanya kan? Siapa namanya?" Sandra mengangkat alisnya, pacaran tapi tak kenal nama? Apa yang ia lupakan disini?

"Jadi siapa namanya?" Cheryl memainkan alisnya. Dia memang cantik, tapi Cheryl kelewat bar-bar dan berisik, dan hanya Mawar yang bertahan berteman bersama Cheryl.

"Joko." Entah ide darimana, mendadak Sandra ingin mengerjai Cheryl.

"Apa?"

"Nama dia Joko." Cheryl menoleh ke si tampan, sedikit bulu kuduknya meremang. Seriusan, si tampan namanya seperti itu?

Cheryl sudah ilfeel duluan, haruskah ia menyerah, karena nama si tampan tak sesuai ekspektasinya?

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height