+ Add to Library
+ Add to Library

C9 Scene 9

Pencarian Cheryl belum berakhir. Setelah, ia mempertaruhkan harga dirinya dan berakhir nyasar, membuat Cheryl tidak kapok. Tapi Cheryl semakin bersemangat, agar sang pujaan hati jatuh ke pelukannya.

Kuliah tetap jalan, walau Cheryl tetap bolos demi memperjuangakan cintanya. Dan Mawar selalu mengorbankan dirinya.

Mawar dan Cheryl tebar pesona di fakultas teknik, siapa tahu mereka cadangan cogan yang lain. Sungguh, Cheryl tidak mengerti dengan dirinya yang bertramsformasi menjadi cewek ganjen. Tapi ia menikmati ini semua, Cheryl ingin melupakan masalah yang menimpanya di rumah. Tak diakui.

Cheryl meniup-niup poninya. Masih dalam proses menunggu, entah sampai kapan. Sedangkan Mawar fokus ke ponselnya, sesekali ia tersenyum. Tapi, Cheryl tak peduli pada kegiatan Mawar, ia ingin secepatnya menemui si tampan itu.

"Aku ke kedai dulu ya." Mawar pergi, Cheryl masih duduk disana.

"Jangan, suntuk. Ikut aja." Cheryl menyusul Mawar. Kedua sahabat itu, berjalan sambil berpelukan layaknya sepasang kekasih, saking intimnya, mereka bisa dibilang pasangan lesbian. Untung saja, orientasi keduanya masih normal. Cheryl suka memeluk Mawar, baginya Mawar itu malaikat.

Cheryl dan Mawar, masuk ke dalam kedai.

"Dek." Cheryl berbalik, ia melihat seorang lelaki tampan berdiri disana. Siapa? Memang, banyak yang mengenal dirinya, hanya saja, Cheryl susah mengingat nama orang, kecuali orang itu benar-benar berjasa dalam hidupnya.

"Cheryl 'kan?" Lelaki itu bertanya lagi. Cheryl memperhatikan penampilannya, tampan juga. Kenapa akhir-akhir ini, Cheryl banyak menjumpai lelaki tampan? Apa mereka baru keluar dari persembunyian?

"Iya." Jawab Cheryl memasang wajah jutek. Jika orang tak dikenal, orang akan mengenal Cheryl sebagai gadis sombong. Jika sudah mengenal Cheryl, mereka akan tahu, bagaimana urakannya Cheryl, seperti cacing.

"Abang Galvin. Kita tetangga dulu." Lelaki yang bertubuh tegap dan tinggi itu tersenyum. Galvin mengenal Cheryl. Dulu mereka tetangga, hanya saja Cheryl jarang bergaul dan keluar rumah, sehingga ia tak mengenal siapa saja tetangganya dulu.

"Oh iya."

"Hai, aku Floren. Ini Cheryl, temanku lagi jomblo dia. Abang juga 'kan?" Entah datang dari mana, Mawar sok akrab, seolah sudah mengenal Galvin selama bertahun-tahun. Galvin tersenyum pada Mawar.

"Oh hai."

"Nama dia Mawar." Koreksi Cheryl. Entah kenapa, dia tak mau orang-orang memanggil sahabatnya dengan nama aslinya, semuanya hanya boleh memanggilnya sebut saja Mawar.

"Dih, nama gue cantik-cantik dipanggil Mawar. Kau harus tahu Cher, buat nama tuh susah, potong kambing, potong sapi, malah ada yang potong tikus."

"Emang ada?" Ujar Cheryl polos, ia menoleh pada Mawar yang tertawa terbahak-bahak, menertawakan kepolosan Cheryl yang kelewatan.

"Adalah." Sebenarnya, bukan itu yang membuat Cheryl pura-pura bego. Cheryl tahu, sangat tahu. Hanya saja, Cheryl tahu, namanya pasti tak pernah potong kambing. Bahkan, namanya hanya sekedar nama tanpa arti. Cheryl tahu, kehidupannya tak pernah normal seperti yang lain.

Cheryl tak pernah merasakan, masa kecil yang bahagia seperti kehidupan Mawar yang sempurna. Hidup Cheryl dipenuhi luka dan tanda tanya, kapan ia bahagia?

Cheryl menarik napas panjang, sampai kapan ia akan menyiksa dirinya dengan terus membandingkan dirinya? Bukankah, setiap orang memiliki takdir tersendiri?

"Oh iya, abang fakultas teknik ya?" Hati boleh bersedih, tapi misi tetap dijalankan bukan?

"Iya." Senyum Cheryl langsung terbit begitu cerah. Inilah kesempatan untuknya.

"Ok biar afdol. Kita kenalan ulang, aku Cheryl, mahasiswa semester 3, jurusan Sastra Inggris." Cheryl menyodorkan tangannya.

"Galvin, semester 5, Teknik Elektro."

"Berarti abang kenal Juna?" Mawar terbatuk. Cheryl kesal melihat tingkah aneh Mawar. Dih, dasar sahabat tidak mendukung, Cheryl sedang modus sekarang, agar dang pangeran berkuda poni jatuh ke pelukannya.

"Kenal. Kita satu geng." Cheryl mengedipkan matanya ke Mawar. Aha, semesta mendukungnya sekarang. Sebentar lagi, Juna menjadi miliknya. Cheryl yakin, Juna juga memendam perasaan yang sama.

"Hehehe, jodoh tak kemana." Guman Cheryl. Ia mengambil ponselnya.

"Bagi nomor abang. Kita boleh temanan 'kan?"

"Boleh, siapa yang nggak mau temanan sama cewek cantik." Pipi Cheryl bersemu merah.

"Uhuk-uhuk... aduh, dadaku sakit. Aduh, potek hati dah." Cheryl mendegus kesal. Ia menendang Mawar. Karena sakit, Mawar memijak kaki Cheryl dengan sepatu mahalnya. Cheryl hanya memakai sepatu pantofel biasa, harga paling murah.

"Sialan sakit!" Adu Cheryl kesakitan. Mawar memeletkan lidahnya ke arah sahabatnya.

"Yaudah, abang pergi dulu ya. Nanti hubungin abang." Cheryl mengambil lagi ponselnya, dan menggengam erat ponsel itu, jangan sampai hilang, karena ada sesuatu berharga disana.

"Bye abang. Nanti aku chat." Teriak Cheryl. Banyak orang yang memperhatikan tingkah noraknya.

"Yuhuu... demi apa, sebentar lagi pangeran gue, akan jadi milik Cheryl seutuhnya." Mawar hanya diam. Ia turut bahagia, jika Cheryl bahagia. Itu semacam semboyan hidup Mawar, bahagia bila melihat sahabatnya bahagia.

"Jom balik." Akhirnya, seorang Cheryl bisa belajar dengan tenang, bahkan Cheryl begitu khusyuk menyimak, ketika dosen kesayangannya bertanya, Cheryl hanya memberi senyuman termanis. Karena ia tak pernah memerhatikan apa yang diucapkan dosen. Cheryl melamun, ya melamun sangat jauh.

Jika kalian penasaran, Cheryl melamun apa, Cheryl membayangkan tempat apa saja yang akan mereka singgahi, honeymoon mereka nanti, ya sejauh itu. Cheryl bahkan, sudah membayangkan nama-nama anak yang akan ia beri. Ya, kehaluan gadis itu sudah melampaui batas.

Cheryl diam-diam mengeluarkan ponselnya. Dan mulai mencari nama Galvin.

C : hai-hai. Aku lagi senang, hihi. Aku Cheryl, mahasiswa paling cantik di kelas :P.

G : nggak belajar dek?

C : belajar kok bang. Abang lagi masuk juga?

G : nggak. Masuk jam 3 nanti.

C : abang lagi sama Juna?

G : Juna pergi tadi.

C : calon suamiku, ngapain?

G : biasa, nongkrong.

C : hihi. Boleh minta nomor Juna?

G : Juna.....

"Yes." Sorak Cheryl. Tanpa sadar, seisi kelas memperhatikan Cheryl yang cekikikan sedari tadi. Semua orang sudah sangat mengenal gadis itu, jadi mereka hanya bisa geleng-geleng. Meninggalkan Mawar, yang kepalang malu karena kelakuan ajaib sahabatnya. Mawar hanya menunduk ketika semua teman-temannya memperhatikan Cheryl seperti ingin memakan Cheryl setengah hidup, karena kesal.

"Kenapa sih kalian?" Cheryl bodoh. Sudah tahu salah, ia malah bertanya dengan suara keras. Seisi kelas geleng-geleng lagi.

"Kenapa Cheryl?" Tanya dosen, yang menjadikan Cheryl anak kesayangan.

"Nggak papa mam." Cheryl nyegir. Karena kelewatan, Mawar akhirnya mencubit Cheryl. Mawar pura-pura menulis. Sang dosen sedang berceramah di depan, Cheryl sibuk dengan dunianya.

"Jadi sudah ngerti 'kan? Tugasnya malam ini terakhir jam 8. Cari video tentang budaya negara Uganda, bagaimana cara mereka bersalaman. Tuliskan kesimpulan. Kalin tahu, mam sangat hafal bagi mahasiswa yang copas-copas. Itu mam kasih nilai E, jangan coba-coba copas, setiap website mam kunjungi." Cheryl sudah keringat dingin, dia adalah salah satu pelaku copy paste tugas dari internet. Bahkan, semester kemarin dengan dosen yang berbeda dan dosean yang sangat detail masalah tugas, Cheryl mendapat nilai C. Untung saja, ia tak dapat nilai E, hingga mengulang di semester berikutnya.

Cheryl mengode pada Mawar. Mawar termasuk yang rajin, karena sepulang kuliah ia langsung mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas, awal-awal waktu. Dan itu tidak berlaku bagi Cheryl, Cheryl lebih suka 'the power of kepepet' ya cewek cantik berambut panjang itu, akan mengerjakam 1 jam sebelum deadline. Hasilnya, asal-asalan dan tentu saja, hasil copy paste dari internet. Bahkan, Cheryl tak sempat membaca apa yang ia buat. Prinsipnya, 'yang penting kumpul'.

"Buat sekarang aja ya. Aku bawa laptop, kita bisa pakai wifi kampus." Entah kesadaran dari mana, Cheryl ingin mengerjakan sekarang. Ini juga salah satu modus, karena Mawar yang akan mengerjakan, dan Cheryl menunggu hasil, 'submit done'. Harus bersyukur seperti apalagi hidup Cheryl karena ada Mawar disana. Cheryl ingin menjadikan Mawar panutan, namun usia Mawar sepantaran.

Cheryl selalu berpikir, beruntung sekali lelaki yang berhasil mendapatkan hati Mawar. Mawar begitu cerdas, rajin, keluarga yang harmonis, tidak pelit, kaya. Semua kesempurnaan ada pada sosok Mawar. Seolah Tuhan, begitu tersenyum bahagia ketika mencipatkan Mawar. Tidak bagi Cheryl, ia merasa ia hidup di dunia ini karena kutukan. Bagaimana ia tak pernah diakui orang tua kandungnya, dan sampai detik ini, Cheryl tak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Bahkan, sebatas nama saja Cheryl tak tahu.

Membayangkan wajah ayah biologis saja, otak Cheryl tidak sampai kesana, seolah Cheryl disuruh membayangkan bagaimana surga dan neraka. Cheryl sendiri, sering menerka-nerka berapa usia ayah kandungnya. Apa ia seumuran dengan maminya? Apa lebih tua? Tapi berapa? Otak Cheryl tidak bisa memproses itu semua.

Cheryl menutup matanya. Ah sudah, kenapa ia terus larut dalam hidupnya. Cheryl ingin bahagia, tapi masalah hidup dan keluarganya, selalu menghantui hari-harinya. Cheryl merasa tak nyaman.

Karena kebaikan dan kemurahan hati Mawar. Tugas Cheryl selesai sebelum deadline. Sebuah prestasi yang patut diperhitungkan. Kalian tahu, apa yang dilakukan Cheryl ketika Mawar sedang serius membuat tugas untuk mereka? Cheryl menganggu Mawar. Sudahlah, tidak membantu, menyusahkan, dan sekarang Cheryl merusuh Mawar. Beruntung stok kesabaran Mawar berisi satu pabrik penuh, yang ia produksi sendiri, khusus menghadapi tingkah ajaib Cheryl.

Florenca Rosea. Artinya bunga mawar. Sebagai bunga indah dan penyejuk mata, begitu arti Mawar pada hidup Cheryl. Ia sebagai pelengkap, penyejuk jiwa Cheryl. Cheryl tanpa Mawar seperti kopi tanpa gula.

"Aku sayang Mawar. Semoga persahabatan kita sampai tua."

"Kalau mau berteman sampai tua. Minimal kita berteman selama 7 tahun." Cheryl menghitung, ia baru setahun lebih mengenal Mawar. Berarti Cheryl masih berhutang 6 tahun ke depan, agar bisa berteman dengan Mawar selamanya.

"Bagi aku, kita udah kenal sepanjang hidup kita." Cheryl merasa, sudah mengenal Mawar seumur hidupnya, dalam artian sudah mengenal lama, bukan setahun ia kenal. Karena keakraban dan keintiman mereka yang melebihi batas.

"Ya-ya." Jawab Mawar malas. Mata kuliah selesai. Tapi Cheryl dan Mawar belum pulang. Mawar bilang, masih di kampus, Cheryl yang jadi parasit Mawar hanya mengikut. Karena ia juga, malas berada di rumah. Tak ada gambaran 'home sweet home' bagi Cheryl. Di mata Cheryl, 'my home was hell'.

"Oh astaga, bagaimana mungkin. Aku melupakan pangeran berkuda poni aku." Cheryl dengan sigap, mencari ponselnya. Ia mengubek-ngubek tasnya dan menemukan nama Juna disana. Akhirnya, Cheryl menyimpan nama itu dengan kontak : Pangeran Berkuda Poni.

"Sini biar aku yang kirim pesan." Cheryl memberi ponselnya pada Mawar yang senyum-senyum mesem, seperti orang yang sedang kasmaran.

C : hai, aku masa depanmu ^^. Ku harap kamu bisa mengenalku. Jaga hatinya buat aku ^^.

Cheryl hanya melotot, tak menyangka Mawar akan sealay itu. Kalau dirinya wajar, karena ia memang lebay.

"Ih, kenalan dulu. Nanti dikira, aku perempuan ganjen yang chat dia." Protes Cheryl. Harusnya ia memperkenalkan diri dengan baik.

"Sama aja. Dia tuh, jarang nomornya orang tahu. Jadi, pasti dia kenal, lagian kawannya abang tadi udah bilang, kalau dia bagi nomor buat Cheryl." Cheryl bernapas lega dan tersenyum.

"Ah... Mawar.. nggak sabar, punya pacar beneran." Cheryl memeluk Mawar.

"Semoga dia balas." Ujar Mawar. Tak berselang lama, ponsel Cheryl berbunyi. Notifikasi khusus dari pangeran berkuda poni.

P : .

Cheryl dan Mawar hanya mendesah kecewa, mendapat pesan titik sebiji. Tapi Cheryl yakin, itu kode dari Juna, bahwa ia juga menginginkan Cheryl.

Semoga saja.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height