+ Add to Library
+ Add to Library

C3 Pil Taruhan

"Heh, beraninya kalian para lelaki main keroyokan! Apa kalian pikir aku tak lihat semuanya, hah!"

Suara lantang seorang wanita mengalihkan perhatian Edison beserta anak buahnya.

"Siapa kau? Tunjukkan dirimu!" tantang Edison.

Suara sepatu dengan bunyi nyaring memecah keheningan di tempat itu. Seorang wanita dengan sepatu boots hitam semata kaki, celana jeans hitam ketat serta kaos putih yang diikat hingga memperlihatkan pusar sang wanita membuat Edison dan anak buahnya tak bisa mengedipkan mata mereka, tak terkecuali Jackson yang melihat sekilas wanita itu dari balik tubuh sang ayah yang tengah terkapar.

"Nona cantik, siapa namamu? Kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini?" tanya Edison dengan senyum mengembang.

"Tak perlu senyum padaku! Jijik aku melihat senyum laki-laki berumur seperti Anda!" seloroh wanita berambut coklat dan kuncir kuda itu.

"Wanita sialan! Apa maumu?" tanya Edison mulai kesal.

"Lepaskan mereka berdua atau ...,"

"Atau apa? Kau akan melawan kami? Ckckckck, apa kau tak sayang dengan tubuhmu yang indah juga wajah cantikmu?" Edison mengumbar senyum iblisnya.

"Cih, persetan dengan semua omong kosongmu!" Wanita itu melirik ke arah Jackson dan Hendrik yang mulai terkulai.

"Cepat bebaskan mereka atau nasib sang Ketua Black Dragon yang akan jadi taruhannya."

"Kau sedang mengancamku? Hahahaha ...," Tawa Edison seketika menguar. "Nona cantik, apa kau tahu siapa aku, hah? Apa kau sadar sedang berhadapan dengan siapa?"

"Apa peduliku? Aku tak peduli siapa kau! Jika kau berbuat ulah di wilayahku, maka aku tak akan segan akan menghabisimu!" Ancam wanita itu dengan delikkan tajam matanya.

"Tuan, sepertinya wanita itu penguasa tempat ini. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya salah satu anak buahnya.

"Bodoh! Apa kau percaya hanya dengan sekali gertak! Jika dia penguasa tempat ini, maka ia pasti akan membawa anak buahnya. Tapi dia hanya seorang diri! Pakai otakmu!" kesal Edison.

"M-maaf, Tuan."

"Nona, daripada membicarakan sesuatu yang tak jelas, lebih baik kau berikan namamu dan dengan senang hati akan kulepaskan mereka asal ...," Edison mulai menyeringai.

"Asal? Asal apa?" tanya wanita itu menatap datar namun dingin.

"Temani aku semalam saja"

Ucapan Edison pun langsung disambut gelak tawa riuh.

"Hmm, boleh saja. Tapi dengan satu syarat."

"Syarat? Kau berani mengajukan syarat padaku?" tanya Edison agak kesal.

"Kenapa? Apa pimpinan Black Dragon takut akan satu syarat dari seorang wanita lemah macam aku?" selorohnya.

"Brengsek! Jangan pandang remeh aku, kau wanita sialan! Katakan, apa syaratmu!" Edison mulai panas

Wanita itu lagi-lagi melihat ke arah Jackson dan Hendrik. Dia melihat jam tangan di tangannya pukul 12.30.

'Aku harus cepat-cepat, jika tidak nyawa orang tua itu pasti tak akan terselamatkan.'

"Hei, wanita! Apa syaratmu?" teriak Edison.

Wanita itu kemudian mengambil dua buah pil dari dalam tasnya. Keduamya sama-sama warna putih dengan bentuk yang sama. "Salah satu pil yang ada di tanganku ini adalah obat jenis valium. Tentu Ketua Black Dragon tahu apa itu valium, bukan?"

"Aku tahu, lalu?"

"Dan di tanganku yang lain adalah obat untuk membawamu merasakan kenikmatan layaknya surga dunia."

"Mak-sudmu ...,"

"Aphrodisiac!" tegas wanita itu.

Edison mulai menunjukkan ketertarikan akan syarat yang diberikan wanita itu.

"Bagaimana caramu bermain, wahai Nona cantik?"

"Tuan, apa Anda yakin ini bukan jebakan? Apa tidak apa-apa?" tanya salah anak buah Edison.

"Diam kau, bodoh! Tahu apa kau! Aku suka permainannya, wanita ini beda dari wanita lainnya!" tegas Edison.

'Apa yang ingin dilakukan wanita itu? Ah, si tua bangka keparat Hendrik ini menghalangi penglihatanku!' keluh Jackson ingin menyingkirkan tubuh sang ayah yang masih mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Ketua pilihlah salah satu dari kedua pil ini! Apa yang Ketua pilih aku akan ... meminumnya!" tegas wanita itu.

"Apa kau yakin, Nona cantik?" tanya Edison sambil tertawa lebar.

"Kurasa Ketua yang sekarang tak yakin. Atau Ketua ta ... kut?" sindir wanita itu.

"Aku paling tak suka dibilang PEMBOHONG! BAIK, MARI KITA MULAI DENGAN PERMAINAN KONYOLMU ITU!" Edison berjalan menghampiri wanita tersebut dan langsung memegang kedua tangannya.

Dengan teliti, Edison memeriksa masing-masing pil yang memiliki bentuk dan warna sama persis. Selama Edison memeriksa pil-pil itu, selama itu pula sang wanita melihat ke arah Jackson beserta ayahnya. 'Tak banyak waktu lagi! Aku harus segera cepat!' gumamnya.

"Bagaimana, Ketua? Apa Anda sudah yakin mana yang akan Anda berikan pada saya?" tanya wanita itu mengurai senyum.

'Sial! Kedua pil ini sama saja! Aku berharap aku bisa menikmati tiap lekuk tubuh indahnya!' gumam Edison, tak lama kemudian ia mengambil pil dari tangan kanan sang wanita dan memberikan padanya.

"Ini."

"Anda yakin?"

"Apa kau meragukan kemampuan dan instingku, cantik?"

"Baiklah, aku akan meminum pil yang Anda berikan padaku di depan Anda sebagai bukti atas ucapanku!"

Tak lama, wanita cantik itu pun meminum pil yang diberikan oleh Edison. Beberapa menit telah berlalu, tak ada reaksi yang ditunjukkan oleh pil yang dipilih oleh Ketua Black Dragon.

"Bagaimana, Ketua? Ternyata pil yang Anda berikan adalah pil dengan jenis valium. Berarti Anda harus melupakan fantasi dan imajinasi liar Anda tentang saya." Senyum wanita itu dan berjalan melewati Edison.

"Tak bisa!"

"Lepas! Lepaskan aku!" Ucap wanita itu menarik paksa tangannya yang dipegang oleh Edison secara paksa.

"Aku, Edison Wu, Ketua Black Dragon selalu mendapatkan apa yang aku mau! Aku tak peduli dengan pil itu! Aku sudah memegang ekormu, bagaimana mungkin kau akan lepas dariku, hah?" kelakar Edison.

Tiba-tiba kilatan blitz menerpa mata Edison hingga ia melepaskan tangannya dari sang wanita.

"Apa itu?" kejut Edison.

"Hah, bukankah sudah kukatakan tadi, Tuan Edison Wu. Jika Anda berani macam-macam denganku, maka aku akan menghancurkan hidup Anda." Ucap wanita itu melipat tangannya ke depan.

"Wanita sialan! Kalian, cari sampai dapat orang yang memotret wajahku! Jangan harap kalian bisa kembali jika belum berhasil menemukannya! Dan kau wanita gila sialan! Pergi dan bawa dua orang tak berguna itu! Sungguh sial membantu mereka!" Edison beserta beberapa anak buahnya segera meninggalkan tempat itu dan menyisakan hanya beberapa anak buahnya.

"Misi selesai! Kau boleh pergi sekarang."

Wanita itu mematikan ponselnya dan berjalan menghampiri Jackson serta Hendrik. Namun tiba-tiba ....

'Tubuhku ... pa-nas? Apa jangan-jangan pria itu memberiku aphrodisiac?' gumam wanita itu mulai merasakan hawa panas di sekitar tubuhnya.

Kaos putih transparan yang melekat di tubuhnya mulai mengeluarkan keringat banyak hingga menampakkan pakaian dalamnya. "Kalian tak apa-apa?" tanya wanita itu dengan napas dan suara tersengal.

"Aku tak apa-apa. Tapi ayahku ...,"

Wanita itu kemudian berusaha membaringkan tubuh Hendrik yang tertelungkup di atas tanah yang sedikit basah dan memberikan ruang pada Jackson untuk bernapas. Dengan napas tersengal, wanita itu mengambil ponsel yang ia letakkan di dalam kantong celana jeans ketatnya, namun sayang, pengaruh aphrodisiac menyebar begitu cepat hingga ia tak memiliki tenaga untuk mengambilnya.

"T-Tuan, cepat panggil ambulan," tukas wanita itu memasang wajah penuh gairah.

Jackson yang mengetahui keadaan sang wanita mendekati dan dengan sengaja menyentuh sedikit tubuhnya, seketika wanita itu tak lagi dapat menahan keinginannya untuk berbuat hal yang tak seharusnya dilakukan.

Jackson yang memang seorang playboy dan penggila wanita cantik tentu saja tak melewatkan kesempatan ini! Mengacuhkan tubuh sang ayah yang tergeletak di tanah dengan napas yang mulai tak teratur, sementara dia melampiaskan nafsunya pada wanita yang akan menolongnya. Sang wanita yang terlanjur termakan oleh permainannya sendiri tak sadar harus merelakan tubuhnya digerayangi dan dinikmati oleh pria yang seharusnya ia tolong. Dengan penuh gairah keduanya pun melampiaskan nafsunya tak jauh dari tubuh sang ayah tergeletak.

"Haruskah aku berkeluh atau malah bersyukur atas kebodohan yang dimiliki oleh Edison Wu, si Ketua Black Dragon itu? Tapi wanita ini, dia benar-benar tipeku! Aku tak akan mungkin melepasnya. Mungkin dia akan berguna." Ucap Jackson mulai melucuti pakaian yang dikenakan wanita itu dan menikmati jengkal demi jengkal tubuh sang wanita tanpa rasa bersalah.

Sementara itu, tubuh Hendrik yang masih tergeletak di tanah, tiba-tiba sudah tak ada lagi. Seorang pria dengan topi bertuliskan huruf 'M' membawanya ke sebuah mobil sedan warna hitam dan netranya menyelasar sekitar mencari sang wanita hingga ia melihat semak-semak yang bergerak padahal hari itu sedang tak berangin. Penasaran, pria itu berjalan menghampiri dan seketika matanya terbelalak melihat apa yang sedang terjadi.

"KAU!!"

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height