+ Add to Library
+ Add to Library

C10 Modus

Sementara, Daffa yang sedang memainkan ponselnya ikut panik karena ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk mengatasinya. Dan Daffa tidak mungkin akan membuka pintunya, sementara dirinya saja masih berada di kamarnya Alma dengan tanpa ada seorang pun yang tahu.

"Duh! Gimana ini! Bukain pintu apa tidak ya?" gumam Daffa yang begitu bimbang. Ia pun segera mengumpat di balik pintu meski tidak akan ada yang bisa melihatnya karena masih dalam keadaan tertutup gorden.

"Ah, mana mungkin aku bukain pintu, sementara Alma lagi di kamar mandi. Bahaya jika mereka tahu kalau aku ada di sini, pasti mereka bergosip yang tidak-tidak," kata Daffa dalam hatinya.

Sementara, Bibi tukang bubur itu terus saja memanggil Alma, sebab ia yakin Alma pasti akan membeli dagangannya. Lagi pula, selama ini Alma adalah pelanggan yang setia dan selalu membeli buburnya setiap waktu.

"Mungkin dia lagi di kamar mandi, Bi," celetuk tetangganya Alma yang baru saja menghampiri tukang bubur itu.

"Sepertinya begitu," kata tukang bubur itu. "Al, Bibi nunggu di depan ya!" teriak tukang bubur itu lagi sembari duduk-duduk di depan kosan bareng yang lainnya.

Dan tidak lama kemudian, para pembeli yang sudah menjadi langganannya, saling menghampiri untuk membeli bubur buatannya. Tidak sedikit orang yang menanyakan Alma karena pintunya masih dalam keadaan tertutup. Bahkan ada sebagian orang yang saling menanyakan juga siapa pemilik mobil mewah itu. Karena sedari tadi, tidak ada seorangpun yang mengakuinya. Mereka saling ngerumpi lagi sembari menunggu Alma selesai mandi.

Sementara, Alma yang masih di dalam kamarnya, sangat was-was dan hatinya tidak begitu tenang. Pikirannya semakin kalut karena baru kali ini ia membawa seorang pria masuk ke dalam kamar kosnya. Entah apa jadinya jika mereka tahu, ada seorang laki-laki sedang berada di dalam kamarnya Alma. Pasti urusannya akan sangat rumit, dan bisa jadi Alma diusir dari kos-kosannya itu.

Dan beberapa menit kemudian, Alma pun selesai mandi, namun karena ia masuk dalam keadaan terburu-buru, akhirnya ia lupa tidak membawa handuk. Dan terpaksa ia menyuruh Daffa untuk mengambil handuknya yang masih tersimpan rapi di gantungan dekat bajunya Alma.

"Ya elah, kenapa bisa lupa sama handuk sih! Terpaksa mesti minta bantuan si pria ganjen itu." dumel Alma. Ia pun membuka sedikit pintu kamar mandi, dan mendongakkan kepalanya ke arah Daffa.

"Ssstt, Daffa! Sini sebentar!" panggil Alma dengan suara kecil. Karena takut si tukang dagang dan beberapa orang lainya itu mendengarkannya.

Dengan ragu-ragu, Daffa pun langsung menghampiri Alma sembari waspada agar tidak membuat orang lain curiga. Rasa dag dig dug yang memicu timbulnya gairah sudah ada di dalam benaknya Daffa saat ia melihat Alma berada di balik pintu kamar mandinya.

Karena Daffa tahu, jika seorang wanita membuka kamar mandi dengan nongol kepalanya saja, itu tandanya dia sedang bertelanjang. Bagaimana tidak tahu, hal ini sudah menjadi kebiasaan istrinya yang suka meminta ambilkan handuk walaupun di dalam kamar mandi ada lemari kecil untuk menyimpan beberapa handuk, dan tetap saja sang istri selalu manja ingin diambilkan oleh dirinya.

"Apa?" bisik Daffa.

"Ambilkan handuk dong," titah Alma malu-malu.

"Kenapa nyuruh aku? Kamu mancing-mancing aku ya, biar aku tergoda dengan—"

Belum juga selesai bicara, Alma langsung memotong pembicaraan Daffa. "Ya, nyuruh kamulah, Bambang! Handuknya ada di situ, masa aku ambil sembari telanjang! Lagian siapa juga yang menggoda kamu, aku tidak tertarik sama sekali! Ayolah ambilkan nanti si tukang bubur nungguin aku terus."

"Ya, itu salah kamu sendiri, kenapa saat mandi tidak membawa handuk!" kata Daffa menyunggingkan bibirnya.

"Aku lupa, ayolah ambilkan sebentar. Cuma ambilkan saja apa susahnya sih!" cetus Alma sembari membelalakkan matanya.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" goda Daffa sembari tersenyum licik.

"Hayolah Daffa ganteng! Yang imut, yang soleh, yang baik dan tidak sombong, ambilkan handukku ya, aku benar-benar kedinginan nih!" rengek Alma. Ia terpaksa memuji kegantengan Daffa agar handuknya diambilkan. Dan pujian itu membuat Daffa kegirangan.

"Nah, gitu dong! ‘Kan enak dengernya," ucap Daffa sembari mengambil handuk Alma yang tersimpan di gantungan.

Tidak lama kemudian, Daffa pun langsung memberikan handuk kepada Alma, "Nih handuknya!"

"Makasih Abang Daffa yang ganteng, yang—"

Tiba-tiba saja pembicaraan Alma terhenti, dan langsung menjerit kecil, karena ketakutan setelah menerima handuk dari Daffa. Saking takutnya handuk itu ia lempar ke bawah karena dibalik handuk itu ada seekor kecoa yang membuatnya merinding ketakutan.

"Ahhh—"

Mendengar Alma menjerit kecil, Daffa pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dengan spontan. Karena teriakan Alma membuat hati pria itu was-was tidak terkira. Untungnya, jeritan Alma tidak begitu terdengar oleh orang-orang yang berada di luar rumah.

Mungkin saja jika para ibu-ibu tidak bergosip, teriakkan Alma pasti kedengaran ke luar. Sebab, mereka bergosip sangatlah keras dan ramai, sehingga tidak ada seorangpun yang mengetahui kejadian yang ada di dalam kamar nya Alma.

"Ada apa Al? Apa yang terjadi!" bisik Daffa, tanpa ia sadari kalau dirinya melihat Alma yang masih telanjang bulat. Ia pun langsung menelan salivanya karena tercengang melihat bentuk tubuhnya Alma yang begitu ideal.

"I-itu Daff, ada kecoa di handukku. Aku takut!" ucap Alma sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Daffa pun langsung mengibas-ngibas handuknya, agar kecoa itu langsung segera pergi. Namun, ketika di gibaskan, kecoa itu malah melompat ke arah tubuh Alma. Sontak saja gadis itu menjerit lagi, saking takutnya, Alma langsung menghampiri Daffa dan langsung memeluk paksa. "Daffa! Aku takut!"

Pelukan Alma begitu erat, sehingga Daffa tidak bisa bergerak kecuali tangannya. "Tenang Al, aku akan mengusir kecoa itu!"

Daffa pun langsung mengibaskan kecoa dari tubuhnya Alma dan menyiram kecoa itu dengan segayung air. Dan tidak lama kemudian, akhirnya kecoa itu masuk ke dalam saluran air.

Tragedi mengusir kecoa sudah Daffa lakukan, namun ia tidak bisa keluar dari kamar mandi karena Alma masih memeluk erat Daffa karena masih dalam ketakutan.

Saking lamanya berdiri, Daffa pun memberanikan diri untuk berkata, "Sampai kapan kita akan begini terus?" tanya Daffa sembari mengelus rambut Alma yang tergerai.

Karena Daffa pria normal, ia sudah tidak tahan melihat Alma bertelanjang, apalagi sambil memeluknya, membuat kejantanannya menggebu-gebu.

"Ma-maaf! Aku tidak bermaksud—"

Perkataan Alma menjadi terhenti dan langsung melepaskan pelukannya. Ia sadar apa yang sedang ia lakukan saat ini. namun belum juga Alma selesai bicara, Daffa langsung mendorong Alma ke dinding dan tanpa ragu-ragu lagi, ia langsung mengecup bibirnya yang membuat kejantanannya semakin bergairah. Hal ini membuat Alma kaget, namun ia tidak bisa memberontak karena ciumannya sangat kuat.

"Daffa!" ucap Alma dalam hatinya.

BERSAMBUNG …

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height