ISTRI SIMPANAN CEO/C6 Menunggu Kamu
+ Add to Library
ISTRI SIMPANAN CEO/C6 Menunggu Kamu
+ Add to Library

C6 Menunggu Kamu

Pertanyaan Alma membuat kedua bodyguard itu tercengang. bagaimana tidak, ia melontarkan pertanyaan dengan begitu banyaknya sehingga keduanya tidak bisa menjawabnya.

"Ya ampun, bagaimana ini? Kalau sudah begini aku harus jawab apa?" kata Farhan dalam hatinya.

"Kenapa kalian diam saja?" tegas Alma.

"I-itu! Dia masih ada di sana," tunjuk Akmal sembari gelagapan.

"Kalau begitu kami permisi dulu, Nona!" ucap Farhan sembari menarik lengan Akmal agar secepatnya pergi dari tempat itu.

Melihat gelagat kedua bodyguard itu, membuat Alma keheranan. Namun ia sudah tidak peduli lagi karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan malam itu.

"Dasar orang aneh, ditanya begitu saja, seperti ditanya sama hantu!" gerutu Alma. "Memangnya aku ini hantu apa? Menyebalkan sekali."

*****

Ketika bar itu sudah mulai sepi, Daffa berusaha mendekati Alma yang sedang membereskan botol minuman. Daffa ingin lebih dekat dengan gadis itu, karena ia mulai menyukainya. Sesuatu yang disukai, harus didapatkan sampai ke dalam genggaman tangannya.

"Nona!" panggil Daffa sembari mendekati Alma dan beberapa bartender lainnya.

"Panggil saja saya Alma, Tuan," jawab gadis itu tanpa melirik sedikitpun ke arah Daffa.

"Oh, okey. Alma! Kamu juga panggil saya Daffa saja ya, hehe," kata Daffa menyengir. "Kapan kamu pulang? Semalam inikah?" tanya Daffa penasaran.

"Ya, nanti kalau sudah sepi, baru aku pulang," ucap Alma yang masih fokus membereskan botol-botol.

"Kenapa gak sekarang aja pulangnya? Masa perempuan pulangnya malam terus, apa kata orang nanti," celetuk Daffa.

Seketika Alma berhenti sejenak untuk membereskan botol-botol itu. Ia merasa tersinggung dan merasa risih dengan pertanyaan Daffa yang terlalu menohok.

"Apa kamu perlu sesuatu Tuan Daffa? Atau mau bayar sekalian sama yang kemarin itu?" ucap Alma mengalihkan pembicaraannya Daffa.

"Oh, oke siap! Sekarang saja, tapi mana bonnya?" tanya Daffa dengan sumringah.

Tanpa basa-basi lagi, Alma segera mengambil bon milik Daffa di tempat kasir. Setelah itu, ia memberikannya tanpa menoleh sedikitpun ke arah wajah Daffa. Padahal sedari tadi Daffa memperhatikannya terus tanpa berkedip sekalipun. Ia benar-benar telah menyukai gadis itu tanpa memikirkan resiko yang akan membuat seseorang terluka.

Daffa pun langsung mengambil beberapa uang tunai dari dalam dompetnya. Lalu ia berikan uang itu kepada Alma. Seketika Alma tercengang melihat uang yang diberikan Daffa yang begitu banyak sekali.

"Maaf, Tuan! Uangnya kelebihan, ‘kan dibon tertera hanya—"

Belum juga selesai bicara, Daffa langsung memotong pembicaraan Alma, "Sisanya buat kamu dan teman kamu yang kemarin bantuin aku, saat aku mabuk, ya, anggap saja itu uang tip buat kalian."

"Tapi—"

"Ya sudah, kalau tidak mau, sini balikin lagi uangnya." Daffa langsung berusaha mengambil uangnya lagi dari tangan Alma. Seketika Alma pun menghindarinya agar uang itu tetap ada pada genggamannya.

"Iya-iya mau Tuan! Eh Da-Daffa maksudnya!"

Daffa pun tersenyum melihat Alma yang kegirangan setelah diberi uang oleh dirinya. Alma pun langsung memberitahukan kepada rekan kerjanya, ia juga tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Daffa. Karena selama ia bekerja di bar itu, yang memberi uang tip sangat banyak adalah Daffa.

"Dasar wanita, dikasih uang segitu aja girang banget. Gimana kalau aku kasih satu koper? Pasti dia klepek-klepek," batin Daffa yang masih melihat Alma dan teman-temannya kegirangan.

"Aku mending nunggu dia di luar saja deh, siapa tau dia mau pulang bersamaku, udah berjam-jam di sini masa gak membuahkan hasil," pikir Daffa dengan pedenya.

Daffa pun langsung segera keluar dari bar itu, selang beberapa lama kemudian, akhirnya bar itu tutup juga. Daffa hampir saja ketiduran lagi di kursi yang ada di luar bar, saking lamanya menunggu Alma. Apalagi malam semakin larut, cocok untuk para orang-orang beristirahat dengan damai.

"Loh! Itu kan pria yang ngasih uang tip ke kita bukan? Kenapa masih ada di sini ya?" celetuk Ikhsan.

"Apa mungkin dia mabuk lagi dan ingin tidur di sini lagi?" tanya Doni kepada Alma dan Ikhsan juga beserta bartender lainnya yang siap untuk segera pulang.

"Aku rasa tidak! Ini menyangkut soal Alma deh!" celetuk yang lainnya.

"Iya, sepertinya ini urusannya sama kamu deh Al, soalnya baru kali ini aku dapat uang tip banyak banget. Apa jangan-jangan waktu malam kemarin dia—"

Seketika pembicaraan Ikhsan terhenti. Ia menatap Alma sambil berpikir yang macam-macam. Ia pun tertawa kecil dan menyeringai dengan penuh kecurigaan.

Ikhsan pun berkata lagi, "Hayo! Waktu kemarin malam apa yang kalian berdua lakukan di sini?"

"Apaan sih, Mas, aku tidak melakukan apa-apa kok," ucap Alma yang pipinya mulai merah karena malu.

"Jangan-jangan, dia sedang menunggu kamu deh, Al," tutur salah satu bartender lainnya.

"Nah loh, Al! Dia pasti sudah mulai menyukaimu. Biar bagaimanapun juga, kami udah tau dan sudah berpengalaman juga, kalau ciri-ciri orang yang sedang kasmaran itu, tak lain ya, seperti ini. Tuh lihat! Dia sedang menatap kamu terus ‘kan?" ledek Doni sambil menyeringai.

"Masa sih! Ya ampun kenapa aku jadi dag dig dug begini? Kenapa rasanya beda terhadap pria ini? Apa benar aku sedang kasmaran juga? Ya Tuhan!" ucap Alma dalam hatinya.

"Ya sudah Al, kita pulang duluan, jaga diri baik-baik ya," ucap Doni tersenyum kecil.

Doni dan Ikhsan serta rekan kerja lainnya ikutan pamit untuk pulang terlebih dahulu, mereka sudah tidak merasa khawatir lagi karena, mereka sudah percaya jika laki-laki itu orang yang baik.

Sementara Alma ditinggal sendirian. Dan di depan bar itu, hanya ada Alma dan Daffa yang sama-sama berdiam diri sambil saling menatap satu sama lainnya.

Alma pun berjalan menghampiri Daffa dan bertanya, "Kenapa kamu belum pulang?"

"Nungguin kamu!" jawab Daffa singkat. Raut wajahnya berseri-seri seolah mengharapkan sesuatu kepada gadis cantik itu.

Deg ...

Jantung Alma kian berdetak kencang. Ada rasa yang tidak biasa terhadap Daffa. Rasa ini bahkan muncul lagi setelah beberapa tahun yang lalu, ia pernah merasakan hal yang sama pada seorang laki-laki. Namun, hal itu ia pendam karena Alma sadar diri jika dirinya hanya lah seorang wanita biasa.

Sementara Daffa pun merasakan hal yang sama atas perasaan yang salah itu. Memang bagi Daffa cinta ini sangat salah, tapi dia pun tidak bisa menahan rasa sukanya karena ia pun laki-laki yang normal pada umumnya.

Bahkan rasa sukanya pada Alma, melebihi rasa sukanya pada Karin. Dan hal itu sudah jelas, jika laki-laki yang tampan itu sedang dalam jatuh cinta lagi. Entah akan seperti apa jadinya, jika sang istri mengetahui jika suaminya sedang mendekati perempuan lain.

Bersambung …

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height