ISTRI SIMPANAN CEO/C8 Usaha Yang Berbuah Manis
+ Add to Library
ISTRI SIMPANAN CEO/C8 Usaha Yang Berbuah Manis
+ Add to Library

C8 Usaha Yang Berbuah Manis

Kamar Alma begitu kecil, di dalamnya terdapat satu buah kasur kecil dan kamar mandi saja. Tidak ada lemari maupun televisi. Ia sengaja memilih tempat tinggal yang sangat murah, karena yang paling penting bagi dirinya adalah bisa tidur dan bisa mandi. Saat mereka berdua masuk ke dalam, suasananya menjadi hangat. Bahkan diantara mereka berdua sudah tidak ada rasa canggung dan gugup lagi. Mereka mengobrol seperti sudah terbiasa, sementara di luar hujannya sangat deras.

"Biasanya pulang kerja, aku suka langsung tidur sampai pagi! Tapi berhubung kamu membawakan aku makanan, jadi aku akan makan. Tapi sepertinya kita makan bareng-bareng saja, soalnya kamu bawa makanannya banyak banget, siapa lagi yang akan memakannya kalau bukan kita!" tutur Alma mengawali percakapannya.

"Oke! Setuju!" ujar Daffa sumringah. "Makan bersama-sama lebih enak bukan? Daripada makan sendirian."

"Yups, apalagi makanannya enak-enak. Apa kamu tahu, semenjak aku bekerja di bar, aku sudah tidak pernah makan yang enak-enak," kata Alma dengan riangnya.

"Benarkah? Kenapa?" tanya Daffa mengernyitkan keningnya.

"Karena aku gak punya uang lebih, makanya aku makan seadanya saja," kata Alma dengan polosnya.

"Oh, begitu ya," kata Daffa dengan tatapan penuh iba.

Mereka berdua pun akhirnya makan bersama meski waktu sudah menunjukan pukul satu malam, karena akan mubazir jika makanan itu dibuang.

"Maaf ya, piringnya cuma adanya yang begini, terus gelasnya juga cuma ada satu, tidak apa-apa ‘kan? Soalnya, yang ada di kamar ini ‘kan hanya ada aku saja, jadi aku tidak memikirkan banyaknya perabotan, yang penting aku bisa makan dan minum dengan perabotan ku sendiri," tutur Alma sembari menuangkan air ke dalam gelas.

"Tidak apa-apa, daripada aku minum tanpa gelas, lebih baik kita minum satu gelas berdua saja," kata Daffa tersenyum manis.

"Kamu tidak jijik, kalau gelasnya bekas orang lain?" tanya Alma mengernyitkan alisnya.

"Tidak! Aku maklumi kok, karena memang tidak ada lagi ‘kan? Ayolah makan, nanti keburu ngantuk!" ajak Daffa sembari memegang sendok untuk menyantap makanannya.

Mendengar ucapan dari Daffa, Alma pun tersenyum manis. Ia mendadak yakin jika Daffa adalah pria baik-baik. Dari hati kecilnya, ada sedikit rasa kagum terhadap Daffa. Apalagi saat berhadapan ketika makan, ia mulai sadar kalau Daffa laki-laki tampan yang pernah ia temui.

Setelah selesai makan, mereka berdua langsung membereskan bekas makanannya. Setelah itu mereka mengobrol kembali karena hujannya masih begitu deras.

"Sembari menunggu hujan reda, kamu boleh kok, tiduran di kasur aku, kamu sudah terlihat ngantuk tuh! Sana tiduran saja!" kata Alma.

"Kalau aku bablas ketiduran di sini bagaimana?" ujar Daffa sembari menutup mulutnya karena sedang menguak.

"Ya, tidak masalah sih, mau bagaimana lagi, hujannya masih deras. Nanti pagi-pagi tinggal bangun saja terus pulang, beres ‘kan?" celetuk Alma sembari memainkan ponselnya.

"Oke deh kalau begitu!" Daffa langsung berbaring di kasurnya Alma dengan perasaan senang.

Namun, beberapa detik kemudian, Daffa pun bangun kembali karena merasa tidak enak hati.

"Terus kalau aku tidur di sini, masa kamu tidur di lantai? Sudahlah gak jadi, kamu saja yang tidur di sini, biar aku yang tiduran di lantai," ujar Daffa sembari beranjak dari tempat tidur itu.

"Tidak apa-apa, santai saja. Lagian tempatnya juga panas, bikin gerah dan aku jadi tidak bisa tidur," kata Alma lagi.

"Iya, juga sih!" kata Daffa dengan menatap Alma yang sedang duduk manis sambil memegang ponselnya.

"Eh ngomong-ngomong, kenapa kamu mau tinggal di tempat seperti ini? Kan ada kos-kosan yang lebih gede dari pada tempat yang kecil seperti ini," kata Daffa sembari melirik-lirik ke sekitar ruangan yang sedang ditempatinya itu.

"Aku sengaja cari yang murah, soalnya kalau yang mahal, aku gak bakalan mampu. Uang gajiku tidak akan cukup membayar kamar kosan. Belum untuk makan sehari-harinya, pasti uangku habis dan tidak bisa untuk ditabung," tutur Alma dengan jujurnya.

"Tapi, gaji di bar cukup buat kebutuhan kamu juga ‘kan? Yang penting tidak kekurangan saja," kata Daffa dengan serius.

"Kalau untuk aku saja pasti cukup, tapi ‘kan uang gajiku harus dibagi-bagi juga. Untuk keluargaku yang ada di kampung dan sisanya buat sehari-hari aku di sini. Oh iya, uang tip yang dari kamu juga nanti akan aku berikan untuk keluargaku," tutur Alma tersenyum manis.

"Hmm, begitu ya. Apa uang segitu cukup buat keluarga kamu di sana?" kata Daffa pelan. "Aku turut prihatin ya, maaf udah nanya-nanya soal beginian."

"Tidak apa-apa, cukup kok. Ya, memang keadaannya seperti ini, harus bagaimana lagi. Oia makasih ya atas semuanya, aku pikir kamu pria yang galak, pria yang jahat dan juga angkuh, tapi ternyata mengasyikan," kata Alma sembari menatap Daffa. "Apa jangan-jangan kamu memang pria yang galak tapi sedang berpura-pura baik?"

"Ya ampun, ganteng-ganteng begini dibilang galak! Apa kata dunia!" ujar Daffa menyunggingkan bibirnya.

"Pede banget sih, kamu, hahaha. Memangnya siapa yang bilang kamu ganteng! Bukannya ganteng itu artinya gangguan telinga!" kata Alma nyengir.

"Hey! Sembarangan aja kalau ngomong! Memangnya aku ini budek apa?" kata Daffa menyunggingkan bibirnya. "Semua orang juga tahu lah, kalau aku ini orang ganteng!"

"Tapi aku tidak bilang kalau kamu itu ganteng," kata Alma sembari nyengir. "Kalau ganjen iya!"

Alma pun langsung tertawa lepas mendengar ocehannya Daffa. Rasa bahagianya kini sudah terpancar dari raut wajahnya yang manis. Selama ini, Alma baru bisa tertawa lagi, setelah hari-hari biasanya terasa hambar, karena hidup sendirian di tempat orang tanpa ada tawa di setiap harinya.

Namun kehadiran Daffa membuat Alma mulai merasakan sedikit kebahagian. Obrolan demi obrolan mereka lontarkan hingga waktu pun mereka lupakan.

"Semakin lama di tempat ini, hatiku semakin nyaman bersama dia. Jika memang jalanku harus seperti ini untuk mencari kebahagiaan, kenapa tidak? Aku pasti akan menggapai kebahagiaanku dengan dirinya mulai dari sekarang," kata Daffa dalam hatinya.

Setelah lamanya mengobrol, akhirnya rasa ngantuk pun mulai melanda. Alma terpaksa tidur di atas kasur, meski tidak enak hati terhadap Daffa. Tapi ia terpaksa karena sudah mengantuk berat, sementara Daffa tidur di lantai. Saking dinginnya angin malam masuk dari celah pintu, apalagi hujannya deras disertai angin dan kilat, akhirnya Daffa pun kedinginan.

Seperti biasa, Daffa mengigau jika kedinginan melanda dirinya. Alma yang mendengar hal itu, langsung terbangun dan membawakan selimut untuk Daffa.

"Ya ampun, kamu mengigau lagi!" ucap Alma yang matanya masih dalam keadaan ngantuk, namun masih bisa menyelimuti tubuh Daffa yang sedang meringkuk kedinginan.

Saking masih ngantuk-ngantuknya, Alma tertidur di sisinya Daffa. Alma tidak sadar, jika dirinya tidur sembari memeluk tubuh Daffa karena ia dalam keadaan ngantuk berat. Entah apa yang akan terjadi, jika esok hari mereka terbangun dari tidurnya.

Bersambung …

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height