ISTRI SIMPANAN CEO/C9 Tanpa Disadari
+ Add to Library
ISTRI SIMPANAN CEO/C9 Tanpa Disadari
+ Add to Library

C9 Tanpa Disadari

Waktu semakin bergulir dan mereka berdua masih terlelap dalam tidurnya. Apalagi dibarengi dengan pelukan yang hangat, membuat keduanya enggan untuk terbangun dari mimpi indahnya. Mereka berdua terlihat begitu dekat dan belum ada tanda-tanda untuk sadarkan diri.

Tidak lama kemudian, sinar mentari mulai menyambut indahnya pagi hari. Suara burung pun berkicau kian terdengar syahdu mengiringi kabut setelah hujan semalaman. Serta jam weker juga telah berbunyi sangat nyaring sehingga membangunkan Daffa dari mimpi indahnya.

Laki-laki tampan itu mulai membuka matanya pelan-pelan. Namun ada sesuatu yang membuat dirinya merasakan sesak dan terasa berat di dadanya. Seperti tertimpa sebuah benda berat yang menutupi ke seluruh tubuhnya. Setelah matanya terbuka lebar, akhirnya ia pun tau apa yang telah menimpa pada dirinya. Ya, sebuah tangan dengan jari yang lentik mendarat di dadanya. Begitu juga dengan kaki yang kecil nan panjang menghimpit kaki Daffa hingga ia tak bisa berkutik lagi.

"Ya ampun! Pagi-pagi sudah dikasih pelukan, emang rezeki gak akan ke mana," ucap Daffa dalam hatinya.

Daffa pun mengelus rambut gadis itu yang masih terlelap dari tidurnya. Rambut hitam bergelombang dengan wangi permen karet membuat Daffa semakin nyaman. Perlahan-lahan Daffa berusaha untuk bergerak karena pelukan Alma begitu erat, sehingga sulit untuk bernapas. Ia pun berusaha untuk melepaskan pelukan dari gadis itu.

"Akhirnya bisa terlepas juga!" seru Daffa sambil menggeliatkan tubuhnya. Badannya terasa kaku dan pegal karena posisi tidurnya tidak begitu nyaman.

Ketika Daffa sedang enak-enaknya menggeliat, Alma pun ikutan menggeliat juga, namun matanya masih terpejam. Dan tanpa disadari, ia pun langsung memeluk Daffa kembali seperti memeluk bantal guling yang selalu setia menemaninya ketika tidur.

Daffa hanya bisa tersenyum sambil memeluk balik tubuh Alma. Ia mulai menatap wajah gadis itu dengan tatapan yang penuh arti. Tangan kirinya menopang tubuh gadis itu, sementara tangan kanannya mencoba menyentuh pipi Alma yang putih merona tanpa ada bercak hitam sama sekali.

Daffa sangat kagum melihat wajah Alma dengan dekat dan jelas. Ia bahkan memberanikan diri untuk mengelus lembut pipi Alma dengan sangat hati-hati. Gadis itu sungguh anggun meski dalam keadaan tertidur pulas. Tidak ada kekurangan sedikitpun dalam wajahnya Alma. Sehingga, hal ini lah membuat Daffa semakin ingin memilikinya.

Perasaan Daffa mulai terancam, namun masih dalam batas kesadaran. Akan tetapi lama-lama rasa itu tidak bisa tertahankan lagi. Saking gemesnya melihat bibir Alma yang mungil dan seksi, Daffa pun mulai mendekati bibir Alma secara perlahan-lahan.

Dan ketika bibir Daffa hendak menempel ke bibir Alma, tiba-tiba saja gadis itu terbangun dari tidurnya. Ia langsung membuka matanya secara perlahan-lahan tanpa bergerak sedikitpun. Sehingga, saat melihat bibir Daffa yang sudah tiga senti lagi akan mendarat ke bibirnya, tentu saja ia pun langsung kaget bukan main. Seperti telah melihat sesuatu yang aneh, ia pun langsung membelalakan matanya.

"A-apa yang kamu lakukan, Daff?"

Alma masih belum percaya dengan apa yang sudah dilihatnya itu. Ia langsung cepat-cepat bangun dari pelukan Daffa dan merapikan rambutnya yang tergerai dengan tingkah laku yang tidak biasa.

Daffa tersenyum licik saat melihat gelagat Alma yang lucu dan menggemaskan, seolah malu atas apa yang telah terjadi. Ia pun ikut bangun dan duduk di dekat Alma.

"Bagaimana tidurnya? Nyenyak ‘kan setelah memeluk orang ganteng yang seksi dan menggoda ini?" tanya Daffa dengan pedenya.

"Apa! Nyenyak? Ngarang! Yang ada telingaku bising tidak terkira!" celetuk Alma sembari memegang kedua telinganya.

"Masa?" Tapi kenapa tidurnya pulas sekali ya? Bahkan mendengkur keras sambil meluk-meluk aku," seru Daffa yang mulai menggoda Alma.

"Apa meluk? Cih, jangan harap aku mau memeluk kamu. Daripada aku peluk kamu, mendingan meluk tiang listrik!" seru Alma menyunggingkan bibirnya.

"Iyakah? Coba kamu pikirkan, kenapa kamu bisa tidur bersamaku di sini, padahal tadinya diatas kasur!" kata Daffa menyeringai. "Sangat aneh bukan?"

"Kata siapa? Sembarangan saja kalau ngomong!" kata Alma geram.

"Eh, masa kamu lupa? Kamu kan tiba-tiba ada dipeluknya aku loh! Apa itu bukan—"

Belum juga Daffa selesai bicara, tiba-tiba saja Alma langsung menyelanya lagi, "Bukan apa? Hah! Eh, ganjen, memangnya siapa yang mau tidur bareng sama kamu? Lalat aja tidak sudi, apalagi aku!"

"Ya ampun, kamu benar-benar pintar berkilah rupanya. Tapi gak apa-apa deh, yang pentingkan aku sudah—"

Lagi-lagi Alma langsung menyelanya lagi, "Sudah apa? Hah? Menyebalkan sekali jadi orang!"

"Ish, kamu kalau sedang marah, malah tambah cantik deh," kata Daffa terkekeh-kekeh.

"Ah, sudahlah, tidak perlu dibahas. Ngomong sama orang gila tidak akan pernah ada akhirnya,"tukas Alma sembari membelalakkan matanya.

"Ya ampun, jujur aja kenapa sih! Kamu ingin tidur di pelukan aku ‘kan?" kata Daffa menyeringai.

Seketika Alma terdiam, mau berkilah namun tak bisa karena laki-laki yang ada di hadapannya semakin membuat dirinya jengkel. Ia pun mengurungkan niatnya untuk berdebat dengan Daffa, karena ia sadar jika apa yang telah terjadi, sungguh bukan atas kemauannya, melainkan murni dari ketidak sengajaannya.

"Ah, sudahlah aku mau mandi!" ucap Alma mengalihkan pembicaraannya. Ia benar-benar malu karena bisa-bisanya ia tertidur di pelukan laki-laki itu.

Ia pun langsung meninggalkan Daffa untuk menuju ke kamar mandi sambil ngomel-ngomel. Sementara Daffa tertawa cekikikan mendengar ocehannya gadis itu.

"Dasar wanita! Selalu saja gak mau jujur! Bilang aja suka sama aku yang gantengnya mengalahkan pangeran berkuda," ucap Daffa sembari tertawa.

Daffa segera membereskan tempat tidur Alma. Tidak hanya itu, ia pun menyapu lantai dan merapikan semua benda yang ada disekitarnya, namun tidak berani membukakan pintu, karena ketika mengintip dari jendela, ada beberapa orang ibu-ibu yang sudah nongkrong sambil ngerumpi dan bergosip.

"Ya ampun, pagi-pagi sudah ramai dengan ocehan ibu-ibu! Bukannya nyari makan malah bergosip! Mau-maunya dia tinggal di tempat seperti ini!" kata Daffa dalam hatinya.

Ketika Alma sedang asyik-asyiknya mandi, dan Daffa sedang duduk sembari memegang ponselnya, tiba-tiba saja ada tukang bubur kacang hijau yang selalu berkeliling di area kos-annya itu. Dan tukang bubur itu sudah menjadi langganan Alma semenjak Alma tinggal di kos-an tersebut.

"Al, mau beli bubur tidak? Masih panas nih!" seru Tukang bubur itu sembari tengok-tengok ke arah jendela. Dan untungnya, tirai yang ada di jendela tidak Daffa bukakan.

Mendengar namanya dipanggil, seketika Alma panik dan was-was, karena telah mengijinkan pria yang baru saja ia kenali, menginap di dalam kosnya. Apa jadinya jika tukang bubur itu tau, kalau Alma memasuki pria sembarangan ke dalam kos-annya. Pasti ibu-ibu biang gosip semakin merajalela.

"Aduh gawat! Jangan sampai si Daffa membukakan pintu!" ucap Alma sembari mempercepat kegiatan mandinya.

Bersambung …

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height