Kekuatan Rahasia Menantu yang Direndahkan/C5 Kepanikan Keluarga Kusuma
+ Add to Library
Kekuatan Rahasia Menantu yang Direndahkan/C5 Kepanikan Keluarga Kusuma
+ Add to Library

C5 Kepanikan Keluarga Kusuma

Di rumah sakit terbaik di Kota Tawang...

Harris bergegas menuju ke kamar 608.

"Ada insiden besar di keluargamu, apa kau tidak peduli? Pergi ke mana saja kau selama ini?" Lillian berdiri dan memarahinya.

"Semua ini terjadi karena kau tidak punya etika! Menyinggung orang sana-sini." kataLillian, mendesis benci. Menyalahkan segalanya pada Harris.

Harris tetap diam, melihat ke arah ranjang tempat ayah mertuanya berbaring. Seluruh wajah pria itu dipenuhi memar dan tangannya terbungkus perban.

Ruby duduk di samping tempat tidur dengan wajah layu, seolah-olah jiwanya telah tertarik keluar dari tubuhnya.

"Ayah, Ruby, bagaimana keadaan kalian?" Harris bertanya dengan cemas.

"Hanya lecet saja, bukan apa-apa," jawab Guruh.

Ruby berkata, "Aku tidak apa-apa. Ayah berdebat dengan para pekerja dan dipukuli. Syukur hanya memar dan lecet di beberapa tempat saja, tidak terlalu serius."

Meski hati Harris marah membara, dia menenangkan dirinya dan bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi di pabrik hari ini?"

Ruby tidak ingin bicara. Hanya menghela nafas berat.

"Hari ini ayah Ruby pergi ke pabrik untuk menyelesaikan beberapa masalah. Tidak tahunya, Jordan mendapatkan semua hak kreditur pabrik. Hutang kita jatuh ke tangannya semuanya. Lalu dia menghasut para pekerja untuk membongkar semua peralatan di pabrik. Ayah Ruby mencoba menenangkan, tapi malah dilukai dua pekerja.” Lillian menjelaskan perlahan. “Aku pergi bersama Ruby untuk bicara dengan Jordan, tapi dia hanya menghina kami. Peralatan di pabrik sudah tidak tersisa. Dipindahkan paksa semuanya."

"Bukan hanya pabrik, tapi rumah kita juga akan segera dibongkar!" seru Lillian. "Mereka sangat kejam! Dan kau, kaulah penyebab semua penderitaan keluarga kami!"

Kilatan di mata Harris terlihat dingin dan tajam. Jordan memang terlalu kejam.

Dia bermaksud menghancurkan keluarga Ruby hingga tidak ada yang tersisa.

"Hutang rumah dan pabrik semuanya ada di tangan Jordan sekarang. Dia berkata bahwa dia ingin kau dan Ruby bercerai. Aku sudah setuju. Jika kau masih punya malu, cepat tanda tangani sekarang," Lillian berkata tanpa ampun.

"Hentikan!" Guruh, yang sedang berbaring di tempat tidur, berseru dengan suara yang dalam. "Lillian, semua terjadi karena salahku. Akulah yang tidak mampu menghidupi keluarga ini. Berhentilah menyalahkan semuanya pada Harris."

"Mereka melakukan semua ini untuk mempermalukan keluarga kita," kata Guruh perlahan. "Dengarkan kata Ruby. Jika akhirnya kita harus menyerahkan rumah dan pabrik kepadanya, ya sudah, kita pindah dari Kota Tawang. Paling tidak kita tidak perlu melihat wajah mereka lagi."

Lillian tenggelam dalam keheningan yang dalam.

"Oh, semuanya sudah berkumpul di sini. Sampah, akhirnya kau berani juga menunjukkan wajahmu?"

Tiba-tiba, suara yang sarat hinaan datang dari luar ruangan.

Jordan datang mengenakan setelan mewah dengan kacamata hitam, bersama dua orang pengawal mengikuti di belakang.

"Paman dan Bibi, sudah memikirkan saranku?" Jordan berucap dengan santainya.

"Kalian harus mengerti, aku melakukan ini demi kebaikan keluarga kalian. Lihatlah sampah macam apa Harris itu. Dia tidak berani menunjukkan wajahnya bahkan ketika terjadi insiden besar di pabrik," wajah Jordan menunjukkan kesombongan. "Kalau saja aku tidak bergegas menyelamatkan Paman tepat waktu, apa yang akan terjadi? Mungkinkah Paman akan dipukuli sampai mati?"

"Diam! Semua ini terjadi karena kamu. Aku mual mendengarkan omong kosongmu. Munafik!" Ruby berteriak marah.

Siapa pun tidak akan tahan melihat wajah licik Jordan.

"Kalian benar-benar tidak tahu bagaimana menghargai kebaikan seseorang," Jordan menghela nafas panjang. "Aku membantu Paman dengan kebaikan hatiku mengumpulkan semua hutangnya di luar. Ini caraku melindungi Paman! Kalau aku tidak bertindak, mungkin Paman akan dimakan hidup-hidup oleh mereka."

"Aku hanya ingin membantu kalian," Jordan berkata dengan suara lembut. "Ruby, yakinlah, kau tidak perlu khawatir soal urusan rumah. Aku kenal dengan anak ketiga Keluarga Hermawan, dia sudah menyukaimu sejakdulu. Aku bersedia membantu kalian berdua."

"Pergi sana!" Ruby berkata denagan tubuh bergetar saking marahnya, tidak mampu menanggung penghinaan sedalam ini.

"Pergi?" Jordan tertawa. "Paman, kau harus ingat ini, aku sudah memberi kalian kesempatan. Kalian saja yang tidak tahu cara menghargai kebaikan orang lain. Besok akan kulepaskan hak kreditur kalian. Kalian tidak hanya akan kehilangan segalanya, tapi setiap hari penagih utang akan terus mengejar kalian kemana pun kalian pergi.”

"Omong kosong apa yang kau bicarakan? Semua hutang sudah selesai setelah menggadaikan pabrik perhiasan dan rumah. Hutang apa lagi yang kami miliki?" Ruby bertanya.

"Kau terlalu naif," kata Jordan sambil menunjukkan senyum bangga. "Semua peralatan di pabrik yang bobrok itu sudah rusak, tidak bernilai satu rupiah pun. Tidak mungkin cukup untuk melunasi hutang kalian. Belum lagi uang tunggakan sewa. Kalau tidak diselesaikan dengan benar, mungkin Paman Guruh akan dipenjara karena penipuan kontrak.”

Ruby mulai haus darah mendengarkan kata-katanya.

Yang dikatakan Jordan adalah cara yang umum terjadi di dunia bisnis. Sekadar menghancurkan pabrik perhiasan yang sudah di ambang kebangkrutan, dengan kekayaan dan pengaruh keluarga Jordan, mereka punya banyak cara.

"Pikirkan baik-baik. Apa kalian masih tidak mau memohon padaku?" melihat pemandangan di depannya, Jordan merasakan kegembiraan yang luar biasa.

"Sudah puas? Kalau sudah cukup mengocehmu, cepat pergi."

Harris akhirnya berucap, memandang Jordan tanpa ekspresi.

"Sampah tidak berguna, beraninya kau mengusirku?" Wajah gembira Jordan berubah seketika.

Karena Harris selalu tunduk pada Keluarga Kusuma, Jordan tidak pernah mengira dia akan berani melawan.

"Beraninya kamu!" Jordan tiba-tiba marah dan mengangkat telapak tangannya ke arah wajah Harris.

Namun yang terdengar adalah suara gemeretak tulang.

Harris dengan cepat meraih pergelangan tangan Jordan dan memutarnya tanpa ampun.

"Hah? Ahhhh!"

Jordan menjerit seperti babi yang disembelih. Keringat mengucur deras dari dahinya. Dia menatap Harris tidak percaya.

Setengah berlutut di depan Harris, Jordan gemetar hebat ketika rasa sakit dari tangannya menjalar ke seluruh tubuhnya.

Harris mendengus dingin lalu melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Jordan.

Tubuh Jordan jatuh ke lantai dengan suara keras.

Dia benar-benar lemas seperti boneka kain yang tidak berdaya. Meskipun telah dibebaskan dari cengkeraman kuat Harris, tangannya berkedut hebat, masih merasakan rasa sakit yang luar biasa.

"Harris, beraninya kau menyentuhku?!" Jordan berteriak sambil menatap Harris penuh ancaman. "Akan kubuat kau menyesal telah dilahirkan di dunia ini!"

"Keluargamu sudah tamat! Tidak ada yang bisa membantumu lagi!"

Jordan berhasil berdiri kembali dan mengancam dengan geram.

"Aku memberi kalian kesempatan, kalian tidak tahu bagaimana menghargainya. Tunggu saja sampai datang kehancuran kalian!"

Kemudian, Jordan buru-buru pergi dengan perasaan yang bercampur antara marah dan juga bingung.

"Harris, apa kau pikir ini masalah kecil? Beraninya kau melukai Jordan!" Lillian meratap dalam kesedihan. "Kita bisa apa sekarang?! Keluarga ini hancur semua karenamu!"

"Kau terlalu impulsif. Kekerasan tidak akan menyelesaikan apa-apa," kata Ruby perlahan.

"Aku bisa menangani masalah ini, kalian tidak perlu khawatir," kata Harris menjelaskan. "Jordan tidak bisa melakukan apa-apa pada kita."

"Hah? Bisa menangani apa kau ini?" Lillian berkata dengan senyum mencemooh. "Kau pikir kau itu siapa, bisa..."

Di tengah kalimatnya, Harris membungkam Lillian dengan tatapan tanpa emosi.

Lillian menggigil seolah-olah melihat Harris telah berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda. Seakan instingnya memberi tahunya supaya berhenti dan tidak jadi memarahi Harris.

Harris kemudian menatap Ruby, namun dengan kelembutan dimatanya.

"Jangan khawatir. Aku ada di sini. Semua akan baik-baik saja."

Meskipun Ruby tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dia bisa merasakan kehangatan yang luar biasa di hatinya. Untuk pertama kalinya, dia merasa seolah-olah pria ini bisa diandalkan.

"Baiklah," jawabnya dengan anggukan.

...

Pada saat yang sama, di tempat lain.

Perusahaan Perhiasan Grup Kusuma, Menara Kila.

Gedung ini memiliki lebih dari dua puluh lantai. Setiap lantainya ramai dipenuhi para karyawan yang berlarian tergesa-gesa, kecemasan tergambar jelas di wajah mereka seolah-olah sesuatu yang besar telah terjadi.

Di lantai dua puluh tiga, di aula konferensi.

Dewan Direksi Grup Kusuma mengadakan pertemuan darurat.

Di aula konferensi, lebih dari dua puluh orang duduk mengelilingi meja konferensi yang luas.

Para tokoh yang kaya raya dan berkuasa dari Keluarga Kusuma di Kota Tawang hadir seluruhnya.

"Apa yang terjadi? Mengapa semuanya berantakan seperti ini?"

"Apa yang sebenarnya terjadi? Aku baru saja bermain golf, kemudian seorang klien besar menghubungi kami ingin membatalkan kerja sama!"

"Tidak ada alasan lagi selain… apakah kita telah menyinggung seseorang tanpa kita ketahui? Kenapa perusahaan kita tiba-tiba runtuh seperti ini?!”

Diskusi panas berlanjut di ruang rapat, semua pemegang saham memiliki wajah cemas dan tidak sabar.

Suara batuk tiba-tiba memecah suasana.

Pemimpin Keluarga Kusuma sekaligus Direktur Grup Kusuma, Januar Kusuma, sengaja terbatuk keras untuk menarik perhatian semua orang.

"Semuanya, berhenti berdebat. Mari kita bicarakan dengan serius. Pasti ada cara untuk menyelesaikan semua ini."

Januar juga terlihat tidak senang. Dia telah memimpin Grup Kusuma selama beberapa tahun. Selama ini, perusahaan selalu berjalan mulus tanpa pernah menghadapi situasi berbahaya seperti yang terjadi saat ini.

Saat ruang pertemuan berubah tenang, semua orang menatap Januar dengan ekspresi khawatir, menunggu kata-katanya selanjutnya.

"Direktur Januar, data yang Anda minta telah selesai diproses."

Seorang sekretaris wanita muda berkacamata masuk membawa setumpuk dokumen.

"Sebutkan, berapa banyak klien besar dan pelanggan lama yang memutuskan kontrak mereka dengan kita hari ini?" Januar bertanya dengan gugup dan wajah kuyu. Dia belum tahu sepenuhnya berapa banyak kerugian yang diderita perusahaan.

Sekretaris membuka dokumen dan menyatakan, "Menurut statistik, saham Grup Kusuma telah anjlok lebih dari 30% hari ini. Para pemegang saham kecil panik dan meminta untuk segera menarik semua saham mereka."

"Selain itu, saluran penjualan perhiasan di lebih dari selusin kota semuanya telah terputus. Pada saat yang sama, kita juga terpaksa menghentikan semua kontrak."

"Lebih dari dua puluh perusahaan terkenal yang terkait dengan industri perhiasan di Provinsi Samudra Timur, termasuk Asosiasi Perdagangan Perhiasan dan Kamar Dagang Umum, semuanya bersama-sama mengumumkan secara terbuka bahwa mereka tidak akan lagi bekerja sama dengan Perusahaan Perhiasan Grup Kusuma."

"Grup Kusuma saat ini menghadapi krisis kepercayaan yangsangat besar..."

Suara sekretaris itu perlahan memudar, ragu-ragu apakah dia perlu berbicara lebih jauh. Bagaimana caranya dia memberi tahu bahwa perusahaan ini tinggal selangkah lagi menuju kehancuran?

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height