L'Automne Du Coeur/C9 L'Automne DU Coeur/VIII
+ Add to Library
L'Automne Du Coeur/C9 L'Automne DU Coeur/VIII
+ Add to Library

C9 L'Automne DU Coeur/VIII

Malam ini Granny Louisa berkunjung menggantikan absennya Daddy dan Tante Millgueta yang masih dinas di luar negeri untuk merayakan ulang tahun Corrine. Ya, Richard juga di sana karena Corrine ingin semuanya hadir merayakan hari jadinya. Malam itu, untuk pertama kalinya meja makan yang muat hingg 20 kursi itu penuh tanpa terkecuali. Bukan perayaan besar memang, tapi Corrine mengundang teman dekat dan seluruh pekerja mansion untuk libur dan merayakan ulang tahunnya di sana.

Corrine duduk di kursi utama. Di sebelah kanannya Granny Louisa dan aku di sebelah kirinya. Aku nyaris menarik Brigitte duduk di sebelahku saat tersisa hanya dua kursi kosong dan Richard baru saja masuk membawa wine.

“Mira, anda tidak boleh seperti itu.” Brigitte menasehati dengan geli karena tahu alasanku ingin dia duduk di sampingku.

“Biarkan saja.” Sungutku tak peduli.

Makan malam berlangsung hangat. Granny Louisa tetap seramah biasanya. Bahkan Corrine mengenalkanku pada beberapa temannya sebagai adik sepupu. Yah, aku hanya ingat dua dari lima orang karena namanya yang susah dan gelarnya yang panjang. Aku harus mengakui, kalau malam ini membuktikan bahwa keluarga aristocrat tidaklah sekaku biasanya. Semua yang datang malam ini sama sekali tidak canggung harus bergabung dan makan satu meja dengan sopir, tukang kebun, tukang masak bahkan penjaga istal kuda. Senang rasanya mengetahui mereka tidak membedakan kasta.

Aku menyingkir setelah makan malam. Beberapa ada yang melanjutkan minum kopi di ruang tengah, beberapa lainnya pamit untuk melanjutkan pekerjaan setelah berpamitan pada tuan rumah, dan beberapa lainnya pergi ke halaman belakang sambil membawa kudapan dan alcohol untuk menghangatkan badan. Karena Brigitte menolak untuk kubantu, aku tidak bisa minum kopi karena alergiku, larangan dalam kepercayaanku untuk tidak minum alcohol, dan masih terlalu sore untuk pergi tidur, di sinilah akhirnya aku berada. Di depan perapian, sambil melihat-lihat album lawas keluarga Daddy.

Aku mengguman pelan saat seseorang duduk di sampingku. Masih enggan mengalihkan mataku dari potongan-potongan kehidupan keluarga Daddy.

“Apa yang membuatmu begitu serius?”

Aku kenal suara itu. Tapi nada dan sapaan yang tidak biasa itu yang membuatku menoleh untuk memastikan. Wah,tumben. Aku menjawab sambil mengangkat sebelah alisku sekilas, “Foto?”

“Aku yang bertanya, Mira. Harusnya kau menjawabku, bukan memberiku pertanyaan lainnya.”

Yes, itu Richard! Dan dia memanggil namaku, bukan Mademoiselle! Dia meng-aku-kan dirinya dan meng-kau-kan aku, bukan anda dan saya seperti biasanya! Apakah malam ini ada UFO yang mendarat di sekitar sini? Aku ingin memastikan siapa yang ada di dalam tubuhnya. Jangan - jangan memang benar ada alien yang memanfaatkan tubuhnya.

“A-aku sedang melihat foto.” Jawabku datar dan agak gagap. Masih belum yakin dengan mata dan telingaku.

“Untuk apa? Bukankah kau membenci mereka?” lanjutnya lagi.

C’est vrai. Tapi… “Apakah sebelumnya kau juga mengawal putri Daddy?”

“Kenapa kau bertanya?”

“Well, seharusnya kau menjawabku dan bukannya memberiku pertanyaan lain.” Aku menjiplak perkataan sebelumnya.

“Ya.” Akhirnya dia menjawab setelah jeda singkat tapi… entahlah. Rasanya dia agak enggan memberitahuku.

“Apakan putri Daddy bernama Arlaine?”

Jeda lagi, sebelum dia mengangguk membenarkan.

“Maukah kau bercerita tentangnya?”

Dia menoleh padaku. Tatapannya seperti memohon dan menyayangkan kenapa aku aku memintanya melakukan hal itu. Kenapa? Bukan kenapa dengan diriku, tapi kenapa tatapan matamu sebegitu terluka? Apakah aku membuat kesalahan?

Richard’s POV

Arlaine Romana Goureille, nama yang cantik, pikirku saat pertama kali melihatnya di hari pertama tahun ajaran baru. Terasa baru terjadi kemarin, walaupun ternyata sudah lebih dari 15 tahun yang lalu. Karena tidak ada bangku kosong lain, wali kelas menyuruhnya duduk di sebelahku. Sejak saat itu, takdir seperti mengikat benang merah kami. Segala sesuatu tentangku dan tentangnya tak pernah berhenti bersinggungan.

Menjelang liburan musim panas, Juni 1996.

“Richard, sudah menemukan teman satu kelompokmu?” Aku menggeleng menjawab pertanyaan Ms Mason, guru sastra inggris kami saat itu.

“Well, Amyra, Kendal dan Arlain, kalian bergabung satu kelompok bersama Richard.”

“Yes Ma’am.”

“Hei Richard, kita satu kelompok lagi. Incredible ya.” Arlaine tersenyum padaku.

Hari kelulusan, May 2010.

“Richard, aku dengar kau akan ke BIS (Bogaerts International School)

Bogaerts International School, sekolah bilingual Inggris – Perancis yang didirikan pada tahun 1985 yang merupakan kolaborasi antara sekolah menengah Brussel (Brussels School) dan Scandinavian School of Brussels (SSB) sedang sangat diminati saat ini. Tidak mudah masuk ke sekolah tersebut karena mereka selalu memberi prioritas utama bagi lulusan pre elementary dan elementary-nya sendiri.

“Wah, its awesome!” kami berteriak kegirangan saling menyemangati dan memuji satu sama lain.

Satu babak lain dari kehidupanku, kulewati bersama Arlaine.

Hari pertama kuliah, Sorbone University – French, 2006

Hari pertamaku merantau di negeri orang. Bukan yang pertama kalinya memang aku ke Negara ini, tapi ini yang pertama kalinya untuk menuntut ilmu. Dan aku sendirian. Biasanaya, aku berkunjung ke sini mengawal ratu atau keluarga kerajaan yang sedang melakukan kunjungan resmi. Tapi hari ini, c’est vraiment pour une raison privée.

Huft, aku sudah dua kali masuk ke bangunan yang salah. Kampusku adalah Université Paris 1 Panthéon-Sorbonne, Unités de Formation et de Recherche du politics. Saat sedang menikmati hiruk-pikuk asing di sekitarku, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku pelan.

“Arly?”

“Tidak tampak terkejut.” Dia mengerucutkan bibirnya lucu.

“Qu’est-ce tu fais ici?” Apa yang dia lakukan di sini?

“Kuliah.” Dia tertawa melihat dahiku yang berkerut. “Hei, Mr Perfect, bukan hanya kau saja yang berhasil masuk di universitas terbesar Paris tahun ajaran ini.”

“Je sais, sûrement." Ini kan bukan kampus pribadiku, tentu saja semua orang boleh sekolah disini.

“Aku juga salah satunya.”

Penobatan Pengawal Resmi Kerajaan, October 2011

Aku berhasil masuk menjadi salah satu pengawal resmi kerajaan. Setelah lebih dari setahun menjalani pelatihan, senang rasanya mengetahui usahaku sia – sia. Aku menjadi pengawal resmi. bukan tenaga bantuan yang biasa diminta saat mereka kekurangan orang. Hari ini kami para prajurit kerajaan, sebutan resmi untuk pengawal kerajaan, berkumpul di aula untuk mendapatkan tugas pertama langsung dari sang Ratu. Arlain dan keluarganya juga ada di sana karena status dan jabatan ayahnya.

“Richard Berardi.” Sekertaris Ratu akhirnya memanggil namaku. “Pengawal Elit Kerajaan dan Devisi Politik. Sebagai tugas resmi perdanamu, adalah menjadi pengawal resmi Countessa Arlaine Goureille, hingga kau menerima tugas selanjutnya yang dititahkan Ratu”.

Kami bertemu lagi setelah upacara selesai. Arly menungguku di taman depan istana dengan sebuah bingkisan besar di pangkuannya. Dia melambai bersemangat menyuruhku mendekat dengan tidak sabar.

“Pour moi?” Tanyaku heran saat dia menyorongkan bingkisan tersebut kepadaku.

“Felicitation, Richard. I know you're the man with the capability.” Dia terkekeh setelah memberiku ucapan selamat, lalu dengan jahil dia menambahkan. “Mulai hari ini, keamanan dan kenyamananku bergantung pada anda, Prajurit Berardi.”

Ah, dan takdir kembali mempertemukan kami. Menautkan dan mendekatkan kami. Lalu akhirnya memisahkan kami. Dan untuk selamanya

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height